Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Jodhi Yudono
Wartawan dan budayawan

Menulis esai di media sejak tahun 1989. Kini, selain menulis berita dan kolom di kompas.com, kelahiran 16 Mei ini juga dikenal sebagai musisi yang menyanyikan puisi-puisi karya sendiri maupun karya penyair-penyair besar semacam WS Rendra, Chairil Anwar, Darmanto Jatman, dan lain-lain.

Teknologi Membuat Terasing di Kamar Sendiri

Kompas.com - 29/09/2016, 05:01 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini
EditorJodhi Yudono

Entah sudah berapa pasangan suami isteri yang ribut bahkan sampai pisah gara-gara ponsel. Suami bercuriga dengan kegiatan sang isteri dan ponselnya, demikian pula sebaliknya. Di kamar tidur, pasangan suami isteri tidak lagi membicarakan masa depan atau memecahkan persoalan keluarga dari hati ke hati, tetapi malah asyik sendiri-sendiri dengan ponsel masing-masing. Sehingga, meski mereka dekat secara jarak, tapi hati mereka saling berjauhan. Walhasil, pasangan yang seharusnya saling mencurahkan kasih sayang di ranjang, malah seperti dua orang asing yang berada di dalam satu kamar.

Entah sudah berapa ribu kali terdengar teriakan dan makian orang tua terhadap anak-anak mereka gara-gara sang anak melalaikan waktu belajar gara-gara bermain games di ponsel mereka. Walhasil, hubungan mereka hanya dipertautkan tali biologis semata, selanjutnya tak lebih dari mahluk-mahluk asing di dalam rumah yang hanya bertegur sapa ketika lapar dan dahaga tiba.

Beberapa tahun lalu, jika kita bertemu dengan tokoh publik, bisa dipastikan kita akan berebut untuk bersalaman atau minta tandatangan. Tapi kini lihatlah, jika kita bertemu dengan figur populer, kita tidak langsung mengulurkan tangan, melainkan mengeluarkan ponsel untuk sesegera mungkin berselfie dengan sang idola.

Bukti, itulah yang dituntut manusia zaman ini. Dan foto, adalah rekaman sebuah peristiwa yang tak terbantahkan. Jadi, soal ini sebetulnya bisa menjadi inspirasi bagi para calon kepala daerah yang akan maju ke Pilkada 2017 nanti, berilah bukti jangan cuma janji, hehehe.

Bertahun lalu pula, di ruang-ruang publik sangat jamak kita melihat orang-orang membaca novel, koran, majalah atau bacaan lainnya. Sekarang, sudah sangat jarang kita menyaksikan kebiasaan warga seperti itu. Yang nampak kini semua orang berasyik mashuk dengan ponselnya masing-masing.

Siapa yang menyangka manusia akan sampai pada titik perjalanan seperti yang sedang kita alami sekarang. Satu atau dua dekade yang lalu, sebagaian dari kita membuka hari dengan secangkir kopi atau teh plus koran di tangan, tapi kini nyaris semua warga perkotaan langsung membuka hari dengan ponsel di tangan. Memegang gadget adalah ritual utama begitu kita membuka mata. Maka dari piranti teknologi mungil itu, dunia serasa berada di genggaman tangan kita.

Melalui piranti itulah, semua hal tersedia di sana. Anda bertanya, mbah google menjawab. Bayangkanlah pada dua dekade lampau, jika pertanyaan anda banyak jumlahnya dan beragam tema, maka bisa dipastikan di hadapan anda bertumpuk buku yang harus dibaca satu per satu. Tapi kini, cukup memasukkan satu kata kunci, apa yang anda mau sudah tersedia di depan mata. Anda tinggal copy paste, bereslah sudah persoalan.

Semua pertanyaan juga tersedia jawabannya, bahkan pertanyaan2 muskil yang dulu sulit dicari referensi jawabannya. Bahkan pertanyaan tentang hal gaib, termasuk mengenai setan dan Tuhan, tersedia pula jawabannya.

Youtube kemudian melengkapi semua keingintahuan kita dengan video dan audio dengan aneka tema. Mulai dari tema hiburan, mengajak ke sorga, juga mengajak ke neraka. Pendeknya...komplit plit!

Mungkin benar kata C. L. R. James, penulis dan wartawan berdarah Afrika-Trinidad, yang mengatakan, "Technological discoveries are the spermatozoa of social change." Ya, penemuan teknologi bagai spermatozoa yang membuahi peradaban dengan cepat dan masif. Penemuan teknologi itulah yang kemudian melahirkan perubahan perilaku individu-individu, sebelum akhirnya menjelma menjadi pubahan sosial.

Sosiolog kenamaan Indonesia Prof.Dr.Soerjono Soekanto pun pernah menegaskan soal ini, bahwa penemuan baru merupakan salah satu penyebab perubahan sosial dalam masyarakat.

Soerjono lantas melengkapi pendapatnya, bahwa penemuan-penemuan baru itu meliputi berbagai proses, seperti: discovery, penemuan unsur kebudayaan baru; Invention, pengembangan dari discovery; dan Inovasi, proses pembaharuan.

Perubahan sosial adalah sebuah keniscayaan seiring waktu yang berdetak. Perubahan adalah takdir manusia sebagai bagian untuk menyiasati hidup. Sedang teknologi, adalah anak zaman yang menggenapi peradaban yang bisa berakibat baik dan buruk.

Dari sisi kemanusiaan, perubahan paling signifikan adalah makin hilangnya rasa malu dan munculnya kepercayaan diri yang berlebih. Lihatlah, tak tua tak muda bisa foto sendiri (selfie) sambil senyum-senyum sendiri, tertawa sendiri, monyong-monyong sendiri. Sementara di medsos, kita juga acap membaca status-status yang sifatnya pribadi berkait dengan keluarga atau sengketa dengan orang lain yang diumbar menjadi konsumsi publik.

Begitulah, teknologi telah melahirkan kebiasan dan peradaban baru. Hal ini sebetulnya sudah kama kita duga bakal terjadi. Barangkali, yang tidak kita duga adalah karena perubahan demi perubahan itu datang lebih cepat dari yang kita duga.

Tentu, rak semua perubahan sosial itu berdampak negatif. Yang baik dari perubahan-perubahan itu adalah, jarak serasa semakin dekat. Apa yang terjadi di Amerika, bisa langsung diketahui oleh orang yang berada di Gunung Kidul.

Melalui media sosial, saudara atau kawan lama bisa dengan mudah berkumpul kembali. Silaturahmi terjalin kembali. Kenangan dan kemesraan seperti terulang kembali. Di antara mereka ada yang berkawin-mawin, ada yang membuat komunitas baru; tapi sebagian di antaranya hanya bertahan sesaat. Sebab ternyata, waktu tak selamanya membuat manusia menjadi lebih arif, sabar dan bijaksana. Akhirnya, hanya dalam tempo yang singkat, seorang anggota komunitas bisa dengan gampang keluar dari grup karena tersinggung dengan perkara yang remeh.

@JodhiY

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

'Checks and Balances' terhadap Pemerintahan Dinilai Lemah jika PDI-P Gabung Koalisi Prabowo

"Checks and Balances" terhadap Pemerintahan Dinilai Lemah jika PDI-P Gabung Koalisi Prabowo

Nasional
Nasdem Gabung Pemerintahan Prabowo-Gibran, Berikut Daftar Koalisi Terbaru Indonesia Maju

Nasdem Gabung Pemerintahan Prabowo-Gibran, Berikut Daftar Koalisi Terbaru Indonesia Maju

Nasional
PKS Temui PKB Bahas Potensi Kerja Sama untuk Pilkada 2024, Jateng dan Jatim Disebut

PKS Temui PKB Bahas Potensi Kerja Sama untuk Pilkada 2024, Jateng dan Jatim Disebut

Nasional
Dilaporkan ke Dewas, Wakil Ketua KPK Bantah Tekan Pihak Kementan untuk Mutasi Pegawai

Dilaporkan ke Dewas, Wakil Ketua KPK Bantah Tekan Pihak Kementan untuk Mutasi Pegawai

Nasional
Lantik Sekjen Wantannas, Menko Polhukam Hadi Ingatkan Situasi Keamanan Dunia yang Tidak Pasti

Lantik Sekjen Wantannas, Menko Polhukam Hadi Ingatkan Situasi Keamanan Dunia yang Tidak Pasti

Nasional
Dudung Abdurahman Datangi Rumah Prabowo Malam-malam, Mengaku Hanya Makan Bareng

Dudung Abdurahman Datangi Rumah Prabowo Malam-malam, Mengaku Hanya Makan Bareng

Nasional
Idrus Marham Sebut Jokowi-Gibran ke Golkar Tinggal Tunggu Peresmian

Idrus Marham Sebut Jokowi-Gibran ke Golkar Tinggal Tunggu Peresmian

Nasional
Logo dan Tema Hardiknas 2024

Logo dan Tema Hardiknas 2024

Nasional
Nasdem Gabung Pemerintahan Prabowo-Gibran, Nasib Koalisi Perubahan di Ujung Tanduk

Nasdem Gabung Pemerintahan Prabowo-Gibran, Nasib Koalisi Perubahan di Ujung Tanduk

Nasional
PKS Undang Prabowo ke Markasnya, Siap Beri Karpet Merah

PKS Undang Prabowo ke Markasnya, Siap Beri Karpet Merah

Nasional
Selain Nasdem, PKB Juga Gabung Pemerintahan Prabowo-Gibran

Selain Nasdem, PKB Juga Gabung Pemerintahan Prabowo-Gibran

Nasional
BRIN Bahas Pengembangan Satelit untuk Waspadai Permasalahan Keamanan Antariksa

BRIN Bahas Pengembangan Satelit untuk Waspadai Permasalahan Keamanan Antariksa

Nasional
Nasdem dukung Prabowo-Gibran, Golkar Tak Khawatir Jatah Menteri Berkurang

Nasdem dukung Prabowo-Gibran, Golkar Tak Khawatir Jatah Menteri Berkurang

Nasional
GASPOL! Hari Ini: Hasto Kristiyanto dan Hadirnya Negara Kekuasaan

GASPOL! Hari Ini: Hasto Kristiyanto dan Hadirnya Negara Kekuasaan

Nasional
Kumpulkan 777 Komandan Satuan, KSAD: Jangan Hanya 'Copy Paste', Harus Bisa Berinovasi

Kumpulkan 777 Komandan Satuan, KSAD: Jangan Hanya "Copy Paste", Harus Bisa Berinovasi

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com