JAKARTA, KOMPAS.com — Direktur Eksekutif Indikator Politik Burhanudin Muhtadi menilai, komposisi calon yang diusung Koalisi Cikeas, yakni Agus Harimurti Yudhoyono dan Sylviana Murni, menarik.
Sebab, keduanya berasal dari latar belakang yang berbeda dan saling melengkapi.
Agus merupakan perwira menengah berpangkat mayor infanteri yang kini menjabat sebagai Komandan Batalyon Infanteri Mekanis 203/Arya Kemuning.
Sementara itu, Sylviana masih menjabat sebagai Deputi Gubernur bidang Kebudayaan dan Pariwisata di Pemprov DKI Jakarta.
Mereka diusung Partai Demokrat, PPP, PKB, dan PAN.
"Komposisinya menarik. Kombinasi militer dan birokrat. Agus juga berasal dari keturunan Jawa, Sylvi Betawi. Dari sisi usia dan jender keduanya juga saling melengkapi," ujar Burhanudin ketika dihubungi di Jakarta, Jumat (23/9/2016).
(Baca: Ruhut: Agus Yudhoyono Bukan Kader Demokrat, Aku Tetap Dukung Ahok)
Kendati demikian, komposisi tersebut tak serta-merta membuat elektabilitas Agus-Sylviana dapat terdongkrak naik.
Pasalnya, tambah Burhanudin, kondisi tersebut juga bergantung pada calon yang akan diusung oleh Partai Gerindra dan PKS.
Kedua partai dalam Koalisi Kertanegara itu baru akan mengumumkan siapa pasangan yang diusung pada hari ini.
"Sangat tergantung siapa yang diajukan koalisi Gerindra dan PKS. Saya tidak mau berandai-andai. Kalau Gerindra-PKS memajukan calon yang lebih kuat resonansinya ke publik, sulit buat Agus untuk kompetitif," ucap Burhanudin.
(Baca: Ruhut: Agus Yudhoyono Dibunuh Kariernya di TNI oleh Demokrat)
Menurut Burhanudin, elektabilitas petahana, Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok dan Djarot Syaiful Hidayat saat ini jauh lebih tinggi, dibandingkan calon yang diusung Koalisi Cikeas ataupun Koalisi Kertanegara.
Ini menyebabkan sepasang calon selain Ahok-Djarot harus mampu bertahan menuju putaran kedua Pilkada DKI. Karena itu, Agus-Sylviana dinilai perlu mendapatkan suara di bawah Ahok-Djarot.
"Dengan adanya tiga poros ini, maka peluang Koalisi Cikeas dan Koalisi Kertanegara sangat ditentukan oleh seberapa mampu mereka menjadi peraih suara terbesar kedua dan memaksakan putaran kedua," ujar Burhanudin.
(Baca: Koalisi Kekeluargaan Pecah, Peluang Menang Ahok-Djarot Dinilai Semakin Besar)
Sebelumnya, Ahok-Djarot sudah lebih dulu mendaftar ke KPU dengan diusung PDI-P, Hanura, Golkar, dan Nasdem.