JAKARTA, KOMPAS.com - Menko Politik, Hukum, dan Keamanan Wiranto menegaskan, Pemerintah Indonesia tidak akan membiarkan warga negaranya terlalu lama disekap atau dijadikan alat bagi kelompok separatis mana pun, untuk tujuan keuntungan finansial.
Pernyataan tersebut diungkapkan Wiranto karena lima WNI hingga saat ini masih menjadi sandera kelompok separatis asal Filipina, Abu Sayyaf.
Pada Minggu (18/9/2016), tiga WNI telah dibebaskan, dan satu WNI masih dalam proses pembebasan.
"Sandera yang belum (bebas) bagaimana? Terus diupayakan, tidak didiamkan. Selalu kami usahakan dengan cara terbaik untuk membebaskan mereka," ujar Wiranto, di Jakarta, Rabu (21/9/2016).
Ia berharap masyarakat percaya bahwa pemerintah bersama Pemerintah Filipina terus melakukan upaya penyelamatan sandera.
(Baca: Keluarga Sandera Abu Sayyaf Desak Pemerintah Upayakan Pembebasan)
Kedua negara juga telah sepakat untuk bekerja sama memerangi penculikan dan perompakan melalui beberapa cara seperti patroli maritim bersama dan latihan operasi militer darat.
Tak hanya Indonesia, kata Wiranto, Pemerintah Filipina juga merugi. Tindakan kelompok Abu Sayyaf telah menyebabkan pasokan batu bara Indonesia yang menjadi sumber energi listrik di negara tersebut menjadi terganggu.
"Karena itu kedua negara berusaha menyelesaikan masalah ini. Ke depannya kami berharap bisa mengeliminiasi secara total. Jangan sampai kita menjadi mesin ATM dari suatu kelompok separatis yang sekarang orientasinya bukan politik atau ideologi tetapi mencari uang," kata Wiranto.
(Baca: Wiranto Minta Pembayaran Tebusan Sandera Abu Sayyaf Tak Perlu Jadi Polemik)
Sebelumnya, tiga WNI asal Bulukumba, Nusa Tenggara Timur, baru berhasil dibebaskan pada September setelah menjadi tawanan kelompok Abu Sayyaf sejak Juli lalu.
Lorens Lagadoni Koten (34), Teodorus Kopong Koten (42), Emanuel Arakian Maran (40) merupakan anak buah kapal pukat tunda LD/114/5S milik Chia Tong Len yang diculik di perairan Lahad Datu, Malaysia.
Sementara, lima WNI lain yang merupakan ABK tongkang Charles 001 dan kapal tongkang Robby 152 yang telah diculik sejak Mei lalu, nasibnya belum bisa dipastikan.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.