JAKARTA, KOMPAS.com - Mantan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Muhammad Nuh memiliki kenangan khusus terhadap mantan Menteri Agama, Maftuh Basyuni, yang baru berpulang pada Selasa (20/9/2016) kemarin.
Kenangan itu saat ia menjadi rektor di Institut Teknologi Sepuluh Nopember.
Menurut Nuh, Maftuh memiliki program yang luar biasa, yaitu dengan memberdayakan dan memperkuat kompetensi keilmuan santri.
Salah satu kelemahan pesantren, kata dia, adalah keterbatasan orang dengan latar belakang selain ilmu agama seperti sains dan teknologi.
"Oleh karena itu, eliau punya program menyekolahkan anak-anak pesantren di berbagai perguruan tinggi seperti ITS, ITB, UI, IPB, UGM, Unair. Harapannya setelah mereka lulus, mereka bisa kembali lagi ke pesantren untuk memperkuat pesanteren," kata Nuh, di rumah duka Jalan Pengadegan Barat No. 12 Pancoran, Jakarta, Rabu (21/9/2016).
Nuh menyebutkan, kini telah banyak alumni program buatan Maftuh yang telah kembali untuk memperkuat pesantren.
Dengan program itu, kata dia, Maftuh telah melakukan reformasi pesantren dari dalam.
"Program telah terjadi di 2004 atau 2005. Untuk melakukan transformasi pesantren itu tidak mudah. Ini yang beliau lakukan penguatan dari dalam. Istilahnya silence tranformation. Tidak ramai, tidak gaduh tapi sekarang sudah bisa terlihat," ucap Nuh.
Nuh berharap, program yang telah dimulai oleh Maftuh tetap dilanjutkan. Misalnya, dikombinasikan dengan program Bidik Misi.
"Itu sebagian anak-anak dari pesantren yang tidak mampu. Ada program beasiswa anak anak pesantren yang hafal Al Quran masuk di perguruan tinggi," ujar Nuh.
Maftuh meninggal dunia di Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat Gatot Soebroto, Selasa (20/9/2016), pukul 18.30 WIB.
Muhammad Maftuh Basyuni, SH yang lahir di Rembang, Jawa Tengah, 4 November 1939, adalah Menteri Agama pada Kabinet Indonesia Bersatu pimpinan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono.
Ia menyelesaikan pendidikan sarjananya di Universitas Islam Madinah, Arab Saudi pada tahun 1968.
Periode 1976-1979, ia tampil sebagai Sekretaris Pribadi Duta Besar Indonesia di Jeddah.
Selain sebagai kepala rumah tangga kepresidenan saat Soeharto memimpin negara Indonesia, ia juga menjabat Sekretaris Negara pada pemerintahan Presiden Abdurrahman Wahid.
Sejak 2002, ia adalah Duta Besar Indonesia untuk Arab Saudi. Pada 2004, ia tampil sebagai ketua Delegasi Indonesia pada Pertemuan Tingkat Menteri OKI.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.