JAKARTA, KOMPAS.com - Partai Amanat Nasional masih terus merayu Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan untuk mengusung Tri Rismaharini menjadi calon Gubernur DKI Jakarta dalam Pilgub DKI 2017.
PAN melihat Wali Kota Surabaya itu adalah satu-satunya calon alternatif yang dapat mengalahkan petahana Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok.
"Ketum kami Pak Zulkifli sudah intens dan berkomunikasi dengan PDI-P dan masih on going juga. Jadi kita lihat saja nanti perkembangannya sampai dengan penghujung September," kata Wakil Ketua Umum PAN Hanafi Rais di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Kamis (25/8/2016).
(baca: Zulkifli: Peluang Menang Ahok Besar Sekali, tetapi Rakyat DKI Perlu Alternatif Risma)
Hanafi mengaku partainya belum memiliki skenario lain apabila PDI-P menolak memboyong Risma ke DKI. PAN masih menunggu kepastian dari PDI-P sebelum memutuskan skenario lainnya.
"Kami belum punya skenario itu dan belum berandai-andai, tapi kami berharap dari PDI-P," ucap Wakil Ketua Komisi I DPR ini.
Hanafi menambahkan, sosok alternatif selain Ahok harus dimunculkan untuk memberikan pilihan kepada masyarakat.
(baca: Hanura: PDI-P Tak Mungkin Jadikan Ahok Cawagub, Sulit Mencari Logikanya)
Apalagi, menurut dia, Ahok selama menjabat tidak menunjukkan etika yang baik.
"Kita hanya ingin melihat pemimpin DKI itu ramah dengan rakyat, tidak zalim," ucap Hanafi.
Hingga kini, PDI-P belum memutuskan pasangan calon gubernur dan wakil gubernur yang akan diusung pada Pilkada DKI Jakarta 2017.
Sekretaris Jenderal DPP PDI-P Hasto Kristiyanto sebelumnya mengatakan, ada tiga opsi bagi partainya untuk menghadapi Pilkada DKI.
(baca: Dukung Ahok-Djarot Jadi Opsi Pertama PDI-P pada Pilkada DKI 2017)
Opsi pertama adalah mendukung Ahok-Djarot Saiful Hidayat. Kedua, memilih calon dari hasil penjaringan yang dilakukan internal. DPP PDI-P telah mengerucutkan enam nama pendaftar yang lolos fit and proper test.
Kemudian, opsi ketiga adalah pilihan di luar opsi pertama dan kedua. Nantinya, kata dia, bisa saja muncul sebuah skenario yang menciptakan kejutan.
Sebab, DKI Jakarta merupakan pusat semua pergerakan politik sehingga ada agenda strategis ke depannya terkait pasangan calon tersebut.