JAKARTA, KOMPAS.com - Mantan Juru Bicara Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Ibnu Hamad menilai ide sekolah kokurikuler merupakan gagasan bagus.
Namun, ia menilai perlu ada grand design sebagai pedoman untuk penyelenggaraan gagasan tersebut.
Pemikiran sekolah kokurikuler dilontarkan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Muhadjir Effendy.
(Baca: Kokurikuler, Gagasan Mendikbud yang Menuai Polemik...)
"Pernyataan Pak Menteri saya rasa perlu direspons staf ahli menteri, biro perencanaan, serta para dirjen untuk menyusun grand design. 5W+1H sampai bagaimana caranya ini dilaksanakan," ujar Ibnu seusai acara diskusi di bilangan Menteng, Jakarta Pusat, Sabtu (13/8/2016).
Menurutnya, ide awal kokurikuler sebetulnya baik lantaran sekolah bisa menjadi "one stop service" pendidikan.
Sekolah bisa jadi tempat menimba ilmu yang tak hanya menjadi sarana pembelajaran namun juga tempat bermain, berkembang, dan lainnya.
Proposal grand design sekolah kurikuler, lanjut dia, perlu disusun secara serius dan terperinci baru kemudian dapat dilempar ke publik.
Ibnu menilai, banyak hal yang perlu dipikirkan bahkan mulai hal terkecil seperti kelayakan kamar kecil.
(Baca: Kokurikuler Baik Dilakukan asalkan Tak Membebani Siswa dan Orangtua)
"Kondisi kamar mandi gimana? Airnyavmengalir enggak? Lalu sekolahnya ada shift pagi dan petang enggak? Makan siangnya bagaimana? Siapa yang akan membiayai? Dalam BOS (Bantuan Operasional Selolah) tidak ada skema makan siang," tutur Ibnu.
"Jadi ide bagus ini mestinya dilanjutkan dengan grand design dulu. Bukan pak menteri menarik kembali gagasannya,", lanjut dia.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.