JAKARTA, KOMPAS.com - Ketua Umum Partai Golkar Setya Novanto mengaku miris mendengar berita pemukulan guru di salah satu sekolah di Makassar yang dilakukan oleh orangtua murid.
Ia mengajak para orangtua agar tak menggunakan cara-cara kekerasan sebagai solusi penyelesaian masalah karena justru akan menimbulkan permasalahan baru.
"Terlepas apa yang telah dilakukan guru tersebut, tidak masuk dalam logika saya, kenapa orangtua murid bertindak seperti preman pasar. Bukankah karena guru anak-anak kita bisa pandai? Merekalah yang mendidik anak-anak kita," ujar Novanto dalam keterangan tertulis, Jumat (12/8/2016).
Sebagai ketua umum partai, Novanto mengaku sudah menugaskan anggota Fraksi Golkar di DPR untuk membahas sekaligus mencari solusi dengan kementerian terkait agar kejadian sama tak berulang.
"Dunia pendidikan kita tidak boleh seperti ini, guru seharusnya kita hormati, kita sejahterakan. Merekalah pahlawan tanpa tanda jasa. Kalau bukan karena guru, saya mungkin juga tidak akan bisa seperti sekarang ini," kata mantan Ketua DPR RI itu.
(baca: Guru Dipukul Orangtua Siswa, Murid-muridnya Datangi Kantor Polisi)
Sebelumnya, seorang guru Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) 2 Makassar, Dahrul (52), dianiaya oleh Adnan Achmad (43), seorang orangtua siswa, saat proses belajar berlangsung, Rabu (10/8/2016).
Akibat penganiayaan itu, Dahrul mengalami luka memar di wajah dan mulutnya. Dahrul lalu melaporkan peristiwa yang menimpa dirinya kepada Polsekta Tamalate.
Penganiayaan ini terjadi setelah anak Adnan ditegur oleh Dahrul karena tidak mengerjakan tugas dan tidak membawa perlengkapan menggambar dan buku. Dahrul lalu menyuruhnya keluar dari ruang kelas.
Muh Alif pun lalu menelpon ayahnya dan menceritakan perlakuan tidak menyenangkan yang dialaminya. Tidak lama kemudian, Adnan datang dan langsung memukul wajah korban.
Kepolisian sudah menetapkan ayah dan anak tersebut sebagai tersangka. Belakangan, sang murid melaporkan balik Dahrul dengan sangkaan penganiayaan.