Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Koalisi Kekeluargaan Masih Terganjal Pusat...

Kompas.com - 12/08/2016, 09:19 WIB
Ihsanuddin

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Keputusan PDI-P, Gerindra, Demokrat, PKB, PAN, PKS dan PPP untuk membentuk Koalisi Kekeluargaan dalam menghadapi pemilihan Gubernur DKI Jakarta masih bisa terganjal dan dikoreksi oleh keputusan masing-masing parpol di tingkat pusat.

Perwakilan ketujuh parpol di tingkat pusat menyatakan bahwa koalisi kekeluargaan ini belum final, masih bisa berubah tergantung dengan dinamika politik yang ada.

Sekjen DPP PDI-P Hasto Kristiyanto memastikan bahwa keikutsertaan PDI-P dalam koalisi kekeluargaan bukan atas instruksi Ketua Umum Megawati Soekarnoputri.

Sebab, koalisi ini masih dalam tahap penyeragaman pandangan politik, termasuk soal penentuan sosok yang bakal dimajukan.

"Koalisi sifatnya masih dalam tahap penjajakan," ujar Hasto, Rabu (10/8/2016). (Baca: Megawati Tak Pernah Instruksikan PDI-P Gabung Koalisi Kekeluargaan)

Koordinator Juru Bicara Partai Demokrat Ruhut Sitompul juga menyatakan bahwa koalisi kekeluargaan dibentuk tidak atas sepengetahuan apalagi restu dari Ketua Umum Partai Susilo Bambang Yudhoyono.

Ia menegaskan bahwa keputusan membangun koalisi ini masih bisa dikoreksi oleh keputusan DPP.

"Parpol itu hanya di tingkat pusat. Tingkat I dan II hanya kepanjangan tangan," kata anggota Komisi III DPR ini.

(Baca: Ruhut Sebut Demokrat DKI Gabung Koalisi Kekeluargaan Tanpa Sepengetahuan SBY)

 

Sedangkan Wakil Ketua Umum Partai Gerindra Fadli Zon menyebut bahwa Prabowo mendukung langkah Gerindra DKI bergabung ke Koalisi Kekeluargaan.

Namun ia juga memastikan bahwa keputusan Gerindra DKI ini masih bisa dikoreksi dengan keputusan di tingkat pusat.

"Itu inisiatif dari bawah yang belum mengikat secara final. Tapi saya kira makin banyak komunikasi politik dengan membangun kebersamaan kan makin bagus," ujar Fadli.

(Baca: Prabowo Dukung Inisiatif DPD Gerindra DKI Bentuk Koalisi Kekeluargaan)

DPP PKS menganggap koalisi kekeluargaan baru sebatas forum komunikasi antar parpol untuk menjaring calon gubernur dan wakil gubernur di DKI.

Setelah koalisi menentukan calon yang akan diusung, maka DPP PKS yang akan memutuskan apakah tetap bergabung dengan koalisi dan mendukung calon tersebut atau mengambil langkah lain.

"Keputusan akhir dibahas di Dewan Pimpinan Tingkat Pusat secara musyawarah," kata Ketua DPP PKS Mardani Ali.

DPP PPP juga masih menunggu siapa calon yang akan dijagokan oleh Koalisi Kekeluargaan. Sebelum calon ditentukan, maka DPP PPP masih memberi keleluasaan yang seluasnya bagi DPW di DKI untuk melakukan komunikasi politik dengan Koalisi Kekeluargaan.

"Sesuai ketentuan UU Pilkada penetapan calon memang oleh DPP, pelaksanaannya oleh DPW/DPC," ucap Arsul.

Sementara PAN dan PKB sama-sama berharap PDI-P bisa mengusung Walikota Surabaya Tri Rismaharini untuk dijagokan sebagai calon gubernur dari koalisi kekeluargaan.

Wakil Sekjen PKB Daniel Johan ragu koalisi akan bertahan jika PDI-P batal memboyong Risma ke DKI. Menurut dia, enam partai lainnya akan menunggu hingga satu minggu sebelum jadwal pendaftaran kepala daerah ditutup.

"Artinya partai lain tidak akan menunggu PDI-P. Akan melakukan komunikasi politik," ucap Wakil Ketua Komisi IV DPR itu.

Halaman:


Terkini Lainnya

Kejagung Terus Telusuri Aset Mewah Harvey Moeis, Jet Pribadi Kini dalam Bidikan

Kejagung Terus Telusuri Aset Mewah Harvey Moeis, Jet Pribadi Kini dalam Bidikan

Nasional
Yusril Tegaskan Pencalonan Gibran Sah dan Optimistis dengan Putusan MK

Yusril Tegaskan Pencalonan Gibran Sah dan Optimistis dengan Putusan MK

Nasional
Soal Tawaran Masuk Parpol, Sudirman Said: Belum Ada karena Saya Bukan Anak Presiden

Soal Tawaran Masuk Parpol, Sudirman Said: Belum Ada karena Saya Bukan Anak Presiden

Nasional
Sudirman Said Beberkan Alasan Tokoh Pengusung Anies Tak Ajukan 'Amicus Curiae' seperti Megawati

Sudirman Said Beberkan Alasan Tokoh Pengusung Anies Tak Ajukan "Amicus Curiae" seperti Megawati

Nasional
Soal Peluang Anies Maju Pilkada DKI, Sudirman Said: Prabowo Kalah 'Nyapres' Tidak Jadi Gubernur Jabar

Soal Peluang Anies Maju Pilkada DKI, Sudirman Said: Prabowo Kalah "Nyapres" Tidak Jadi Gubernur Jabar

Nasional
Beda Sikap PSI: Dulu Tolak Proporsional Tertutup, Kini Harap Berlaku di Pemilu 2029

Beda Sikap PSI: Dulu Tolak Proporsional Tertutup, Kini Harap Berlaku di Pemilu 2029

Nasional
Banjir “Amicus Curiae”, Akankah Lahir “Pahlawan” Pengadilan?

Banjir “Amicus Curiae”, Akankah Lahir “Pahlawan” Pengadilan?

Nasional
Tanggal 22 April 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 22 April 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
TNI Tembak 2 Anggota OPM yang Serang Pos Prajurit di Paro Nduga, tapi Berhasil Melarikan Diri

TNI Tembak 2 Anggota OPM yang Serang Pos Prajurit di Paro Nduga, tapi Berhasil Melarikan Diri

Nasional
Sebut Jaksa TI Tak Punya Mercy, KPK: Foto di Rumah Tetangga

Sebut Jaksa TI Tak Punya Mercy, KPK: Foto di Rumah Tetangga

Nasional
Kasus Korupsi Timah, Kejagung Dalami Kepemilikan Jet Pribadi Harvey Moeis

Kasus Korupsi Timah, Kejagung Dalami Kepemilikan Jet Pribadi Harvey Moeis

Nasional
Prabowo Minta Pendukung Tak Gelar Aksi saat MK Bacakan Putusan Sengketa Pilpres 2024

Prabowo Minta Pendukung Tak Gelar Aksi saat MK Bacakan Putusan Sengketa Pilpres 2024

Nasional
Demokrat Sampaikan Kriteria Kadernya yang Bakal Masuk Kabinet Mendatang

Demokrat Sampaikan Kriteria Kadernya yang Bakal Masuk Kabinet Mendatang

Nasional
Antam Fokus Eksplorasi 3 Komoditas, Pengeluaran Preliminary Unaudited  Capai Rp 17,43 Miliar

Antam Fokus Eksplorasi 3 Komoditas, Pengeluaran Preliminary Unaudited Capai Rp 17,43 Miliar

Nasional
KPK Akan Panggil Kembali Gus Muhdlor sebagai Tersangka Pekan Depan

KPK Akan Panggil Kembali Gus Muhdlor sebagai Tersangka Pekan Depan

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com