Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kejagung Masih Berupaya Dapatkan Keterangan Riza Chalid

Kompas.com - 10/08/2016, 16:47 WIB
Ambaranie Nadia Kemala Movanita

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Jaksa Agung Muda Tindak Pidana Khusus Arminsyah mengatakan, jajarannya masih menyelidiki dugaan pemufakatan jahat yang menyeret mantan Ketua DPR Setya Novanto. 

Penyelidik, kata Arminsyah, masih berupaya meminta keterangan pengusaha Muhammad riza Chalid. Nama yang disebut terakhir diduga terlibat dalam percakapan bersama Novanto dan Presiden Direktur PT Freeport saat itu, Maroef Sjamsoeddin (kini mantan presiden direktur).

"Upaya mendapatkan keterangan dari dia masih kita upayakan," ujar Arminsyah di kompleks Kejaksaan Agung, Jakarta, Rabu (10/8/2016).

Namun, Arminsyah enggan mengungkap proses untuk mendapatkan keterangan Riza. Yang jelas, kata dia, penyelidik tidak akan memanggil paksa Riza untuk hadir.

(Baca: Kasus Pemufakatan Jahat Diendapkan, Komitmen Jaksa Agung Diragukan)

"Pemanggilan enggak kali ya. Caranya tidak saya kasih tahu," kata Arminsyah.

Penyelidik tidak memanggil Riza karena kesulitan mendeteksi keberadaannya. Sebelumnya Kejagung telah berkali-kali melayangkan surat panggilan kepada Riza untuk dimintai keterangan, namun tidak direspons.

Hingga kini pun Arminsyah mengaku tidak mengetahui keberadaan Riza, apakah masih di luar negeri atau sudah kembali ke Indonesia.

Selain itu, kata Arminsyah, pihaknya juga masih menunggu putusan Mahkamah Konstitusi atas uji materi yang diajukan Novanto soal pasal pemufakatan jahat di KUHP.

"Kami juga tunggu keputusan MK. Itu kan berpengaruh juga, bisa merubah pasal. Nanti kita lihat MK putusannya bagaimana," kata Arminsyah.

Jaksa Agung Muhammad Prasetyo sebelumnya mengatakan, untuk sementara waktu pihaknya mengendapkan kasus pemufakatan jahat. Hal tersebut lantaran belum ada perkembangan yang berarti dalam penyelidikan.

Salah satunya karena Kejagung belum berhasil menghadirkan Riza untuk dimintai keterangan. Penyelidikan terbilang lama karena tim kejaksaan perlu menganalisis keterangan sejumlah orang yang sudah diperiksa.

Mereka yang sudah dipanggil Kejaksaan Agung yaitu Novanto dan Maroef, serta beberapa saksi ahli.

Ia tidak menargetkan kapan nasib perkara ini akan ditentukan, apakah naik penyidikan atau dihentikan.

(Baca: Lambat Usut Kasus Pemufakatan Jahat, Kejagung Bisa Dinilai Masuk Angin)

Selain itu, Kejagung juga masih mendalami perkara dengan bantuan para ahli untuk mengkajinya apakah ada tindak pidana dalam rekaman percakapan tersebut.

Kasus ini bermula dari pertemuan Maroef sewaktu menjabat Presiden Direktur PT Freeport, Novanto sewaktu menjabat Ketua DPR, dan Riza.

Berdasarkan rekaman percakapan yang direkam Maroef, pertemuan itu diduga ada permintaan saham Freeport Indonesia dengan mencatut nama Presiden Joko Widodo dan Wapres Jusuf Kalla.

Kompas TV Kejagung Bantu Kejati Jatim Jerat La Nyalla

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Pakar Hukum Duga Ada 'Orang Kuat' Lindungi Kasus Korupsi Timah yang Jerat Harvey Moeis

Pakar Hukum Duga Ada "Orang Kuat" Lindungi Kasus Korupsi Timah yang Jerat Harvey Moeis

Nasional
Gerindra: Prabowo Tidak Cuma Janji Kata-kata, Dia 'The New Soekarno'

Gerindra: Prabowo Tidak Cuma Janji Kata-kata, Dia "The New Soekarno"

Nasional
TNI Kirim 900 Payung Udara untuk Salurkan Bantuan ke Warga Palestina

TNI Kirim 900 Payung Udara untuk Salurkan Bantuan ke Warga Palestina

Nasional
Terseretnya Nama Jokowi di Pusaran Sengketa Pilpres 2024 di MK...

Terseretnya Nama Jokowi di Pusaran Sengketa Pilpres 2024 di MK...

Nasional
Serangan Balik KPU dalam Sidang Sengketa Pilpres di MK...

Serangan Balik KPU dalam Sidang Sengketa Pilpres di MK...

Nasional
Soal Flu Singapura, Menkes: Ada Varian Baru Tapi Tidak Mematikan Seperti Flu Burung

Soal Flu Singapura, Menkes: Ada Varian Baru Tapi Tidak Mematikan Seperti Flu Burung

Nasional
Kasus yang Jerat Suami Sandra Dewi Timbulkan Kerugian Rp 271 Triliun, Bagaimana Hitungannya?

Kasus yang Jerat Suami Sandra Dewi Timbulkan Kerugian Rp 271 Triliun, Bagaimana Hitungannya?

Nasional
Menkes Minta Warga Tak Panik DBD Meningkat, Kapasitas RS Masih Cukup

Menkes Minta Warga Tak Panik DBD Meningkat, Kapasitas RS Masih Cukup

Nasional
Kursi Demokrat di DPR Turun, AHY: Situasi di Pemilu 2024 Tidak Mudah

Kursi Demokrat di DPR Turun, AHY: Situasi di Pemilu 2024 Tidak Mudah

Nasional
Serba-serbi Pembelaan Kubu Prabowo-Gibran dalam Sidang Sengketa Pilpres di MK

Serba-serbi Pembelaan Kubu Prabowo-Gibran dalam Sidang Sengketa Pilpres di MK

Nasional
Kecerdasan Buatan Jadi Teman dan Musuh bagi Industri Media

Kecerdasan Buatan Jadi Teman dan Musuh bagi Industri Media

Nasional
Saat Sengketa Pilpres di MK Jadi Panggung bagi Anak Yusril, Otto, Maqdir, dan Henry Yoso...

Saat Sengketa Pilpres di MK Jadi Panggung bagi Anak Yusril, Otto, Maqdir, dan Henry Yoso...

Nasional
Pemerintah Kembali Banding di WTO, Jokowi: Saya Yakin Kita Mungkin Kalah Lagi, tapi...

Pemerintah Kembali Banding di WTO, Jokowi: Saya Yakin Kita Mungkin Kalah Lagi, tapi...

Nasional
Menteri ESDM Pastikan Divestasi Saham PT Freeport Akan Sepaket dengan Perpanjangan Kontrak Hingga 2061

Menteri ESDM Pastikan Divestasi Saham PT Freeport Akan Sepaket dengan Perpanjangan Kontrak Hingga 2061

Nasional
Kata Bahlil Usai Terseret dalam Sidang MK Imbas Dampingi Gibran Kampanye di Papua

Kata Bahlil Usai Terseret dalam Sidang MK Imbas Dampingi Gibran Kampanye di Papua

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com