JAKARTA, KOMPAS.com - Juru Bicara Kementerian Luar Negeri Arrmanatha Nasir mengatakan, pihaknya telah berkoordinasi dengan otoritas Filipina terkait informasi ancaman pembunuhan yang ditujukan kepada empat ABK kapal tunda Charles.
Kemenlu menganggap ancaman pembunuhan tersebut sebagai masalah serius.
"Intinya mereka ditahan saja sudah merupakan ancaman bagi nyawa mereka, jadi apapun yang mereka katakan kita anggap serius," kata Arrmanatha di sela-sela kegiatan World Islamic Economic Forum ke-12 di Jakarta Convention Center, Selasa (2/8/2016).
Kendati demikian, ia meminta agar pihak keluarga dapat tetap bersabar. Sebab, pemerintah akan terus berupaya untuk membebaskan seluruh sandera dengan selamat.
"Ini bukan satu hal yang simpel ya, tapi kompleks. Sehingga kita hati-hati bergeraknya, cari terobosan, agar jangan sampai kesehatan atau nyawa yang disandera terganggu," ujarnya.
Sebelumnya, kelompok Al Habsyi Misaya, salah satu faksi bersenjata Filipina, Abu Sayyaf, mengancam akan membunuh empat ABK kapal tunda Charles, jika tuntutan uang tebusan mereka tidak dipenuhi perusahaan.
"Saya dihubungi orang yang mengaku dari kelompok Al Habsy Misaya, mengancam akan membunuh kru kapal tunda Charles satu per satu jika tuntutan uang tebusan mereka tidak dipenuh," ujar istri Ismail, Mualim I kapal tunda Charles, Dian Megawati, di Samarinda, Rabu (27/7/2016). (Baca: Keluarga Korban Khawatirkan Kesehatan WNI yang Disandera Abu Sayyaf)
Ia mengaku pertama kali ditelepon orang yang mengaku dari kelompok Al Habsy, sekitar pukul 17.17 WITA, Selasa (26/7/2017).
"Orang yang menelpon itu menggunakan bahasa Inggris dan menyampaikan uang tebusan terhadap empat kru kapal tunda Charles yang mereka Tawan sebesar Rp 250 juta peso atau sekitar Rp 69 miliar," kata dia.
(baca: Datangi Kedubes Filipina, Pengunjuk Rasa Desak Pembebasan WNI)
"Setelah menelpon, saya kembali mendapat pesan singkat melalui telepon genggam saya dari nomor Filipina yang kembali menegaskan uang tebusan empat ABK kapal tunda Charles yang mereka minta, yakni 250 juta Peso. Pada pesan singkat berbahasa Inggris itu, mereka menyampaikan agar pesan tersebut juga disampaikan kepada Presiden Republik Indonesia dan media," tutur Megawati.