Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Lilin Suster Laurentina untuk Merry Utami yang Akan Dieksekusi Mati

Kompas.com - 29/07/2016, 00:51 WIB
Kristian Erdianto

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Suster Laurentina berdiri terdiam di depan Istana Negara. Tangannya memegang sebuah lilin yang sumbunya masih belum menyala. Tidak berapa lama, Suster Laurentina berjalan mendekati sekumpulan lilin yang sudah lebih dulu menyala.

Dengan hati-hati dia menyalakan lilin miliknya kemudian meletakannya di antara lilin-lilin itu.

"Itu lilin untuk Merry Utami. Kabarnya dia akan dieksekusi mati malam ini," ujarnya, Kamis malam (28/7/2016).

Suster Laurentina dan puluhan orang lainnya melakukan aksi damai dengan menyalakan 1000 lilin di depan Istana Negara sebagai bentuk protes terhadap rencana pemerintah melaksanakan eksekusi mati tahap 3. 

Di antara daftar 14 nama terpidana mati kasus narkoba yang akan dieksekusi, ada nama Merry Utami, seorang buruh migran yang dijatuhi hukuman mati pada tahun 2003.

(Baca: Terpidana Mati Merry Utami Tempati Sel Isolasi di Nusakambangan)

Merri tertangkap membawa heroin sebanyak 1,1 kilogram oleh petugas bandara Soekarno Hatta saat baru tiba dari berlibur di Nepal bersama kekasihnya seorang warga negara Nigeria.

Suster Laurentina yang sehari-hari aktif di Jaringan Peduli Buruh Migran Keuskupan Agung Jakarta, merasa tergerak untuk menyampaikan rasa kekecewaannya terhadap pemerintah yang tetap melaksanakan eksekusi mati terhadap Merry Utami.

Menurut dia, seberat apa pun kesalahan yang telah diperbuat seseorang, tetap tidak layak untuk dihukum mati. Negara tidak memiliki hak untuk mencabut nyawa seseorang.

Dia pun berharap Presiden Jokowi memberikan grasi terhadap Merry Utami dan 14 terpidana mati lainnya.

(Baca: Terpidana Mati Merry Utami Kirim Surat ke Jokowi, Ini Isinya..)

"Ya saya hanya bisa berharap pemerintah mau memberikan grasi kepada mereka," kata dia.

Suster Laurentina berpendapat pemerintah seharusnya menghapus kebijakan hukuman mati. Dia menilai bentuk hukuman tersebut tidak manusiawi. Gereja Katolik pun, kata Suster Laurentina, telah menyatakan menolak keras hukuman mati.

Ketua Presidium Konferensi Wali Gereja Indonesia (KWI) Mgr. Ignatius Suharyo pernah menegaskan pernyataan tersebut.

Dalam ensiklik Evangelium Vitae yang diterbitkan tahun 1995, Paus Yohanes Paulus II menghapuskan status persyaratan untuk keamanan publik dari hukuman mati dan menyatakan bahwa dalam masyarakat modern saat ini, hukuman mati tidak dapat didukung keberadaannya.

(Baca: Istana: Tak Mudah Merespons Permintaan Penangguhan Hukuman Mati)

Gereja Katolik menolak hukuman mati karena Gereja berpandangan setiap orang harus menghormati hidup manusia. Alasan kedua, menurut Mgr. Ignatius, hidup adalah suci karena hidup merupakan hak asasi manusia yang diberikan langsung oleh Tuhan.

"Gereja Katolik dengan tegas menolak hukuman mati. Saya tergerak untuk memberikan rasa solidaritas saya kepada mereka yang akan dieksekusi karena hukuman itu tidak manusiawi," ungkap Suster Laurentina.

Kompas TVRibuan Polisi Amankan Eksekusi Mati
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

KPK Duga Hakim Agung Gazalba Saleh Cuci Uang Rp 20 Miliar

KPK Duga Hakim Agung Gazalba Saleh Cuci Uang Rp 20 Miliar

Nasional
Gibran Bakal ke Istana Malam Ini, Bersama Prabowo?

Gibran Bakal ke Istana Malam Ini, Bersama Prabowo?

Nasional
Surya Paloh Sebut Nasdem dan PKS Siap Bergabung ke Pemerintahan Prabowo maupun Jadi Oposisi

Surya Paloh Sebut Nasdem dan PKS Siap Bergabung ke Pemerintahan Prabowo maupun Jadi Oposisi

Nasional
KPK Cek Langsung RSUD Sidoarjo Barat, Gus Muhdlor Sudah Jalani Rawat Jalan

KPK Cek Langsung RSUD Sidoarjo Barat, Gus Muhdlor Sudah Jalani Rawat Jalan

Nasional
Bertemu Presiden PKS, Surya Paloh Akui Diskusikan Langkah Politik di Pemerintahan Prabowo-Gibran

Bertemu Presiden PKS, Surya Paloh Akui Diskusikan Langkah Politik di Pemerintahan Prabowo-Gibran

Nasional
Respons Jokowi dan Gibran Usai Disebut PDI-P Bukan Kader Lagi

Respons Jokowi dan Gibran Usai Disebut PDI-P Bukan Kader Lagi

Nasional
Wapres Ma'ruf Amin Doakan Timnas Indonesia U-23 Kalahkan Korsel

Wapres Ma'ruf Amin Doakan Timnas Indonesia U-23 Kalahkan Korsel

Nasional
Soal Ahmad Ali Bertemu Prabowo, Surya Paloh: Bisa Saja Masalah Pilkada

Soal Ahmad Ali Bertemu Prabowo, Surya Paloh: Bisa Saja Masalah Pilkada

Nasional
Prabowo Sangat Terkesan Anies-Muhaimin Hadiri Penetapan Hasil Pilpres 2024

Prabowo Sangat Terkesan Anies-Muhaimin Hadiri Penetapan Hasil Pilpres 2024

Nasional
Prabowo: Saya Enggak Tahu Ilmu Gus Imin Apa, Kita Bersaing Ketat…

Prabowo: Saya Enggak Tahu Ilmu Gus Imin Apa, Kita Bersaing Ketat…

Nasional
Prabowo: PKB Ingin Terus Kerja Sama, Mengabdi demi Kepentingan Rakyat

Prabowo: PKB Ingin Terus Kerja Sama, Mengabdi demi Kepentingan Rakyat

Nasional
Jokowi: UU Kesehatan Direvisi untuk Permudah Dokter Masuk Spesialis

Jokowi: UU Kesehatan Direvisi untuk Permudah Dokter Masuk Spesialis

Nasional
Cak Imin Titipkan Agenda Perubahan PKB ke Prabowo, Harap Kerja Sama Berlanjut

Cak Imin Titipkan Agenda Perubahan PKB ke Prabowo, Harap Kerja Sama Berlanjut

Nasional
Gibran Cium Tangan Ma'ruf Amin Saat Bertemu di Rumah Dinas Wapres

Gibran Cium Tangan Ma'ruf Amin Saat Bertemu di Rumah Dinas Wapres

Nasional
KPK Pecat 66 Pegawai yang Terlibat Pungli di Rutan

KPK Pecat 66 Pegawai yang Terlibat Pungli di Rutan

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com