Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

MA Diminta Tak Kebiri PK Terpidana Mati

Kompas.com - 26/07/2016, 11:57 WIB
Rakhmat Nur Hakim

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Direktur Eksekutif Institute for Criminal Justice Reform (ICJR) Supriyadi Eddyono mengimbau Mahkamah Agung (MA) tak mengebiri proses peninjauan kembali (PK) yang tengah diajukan para terpidana mati gelombang ketiga.

Hal tersebut berkaca pada kasus Zainal Abidin, terpidana mati dalam eksekusi gelombang kedua yang PKnya ditolak dalam waktu singkat. Padahal Zainal telah mengajukan berkas PKnya sejak 2005.

"Waktu eksekusi 29 April 2015 MA menolak pengajuan PK Zainal dalam waktu tiga hari. Jadi MA menerima berkas 24 April dan memutus untuk menolak PKnya pada 27 April," tulis Supriyadi dalam keterangan persnya, Selasa (26/7/2016).

(Baca: Anggota Komisi III: Penundaan Eksekusi Mati Kesankan Indonesia Tak Darurat Narkotika)

Supriyadi mengatakan putusan PK Zainal itu merupakan rekor waktu tercepat pemeriksaan dan pengumuman putusan yang pernah dilakukan MA. Terlebih saat itu Zainal telah dipindahkan ke ruang isolasi pada saat PKnya sedang diperiksa.

Putusan penolakannya pun baru dibacakan dua hari sebelum eksekusi mati. "Itu menunjukan proses yang janggal, tidak dapat diterima, dan sewenang-wenang," papar Supriyadi.

Dengan demikian Supriyadi mengindikasikan MA sengaja memutus PK Zainal dengan cepat dan tidak wajar untuk memuluskan eksekusi mati yang akan dihadapi Zainal.

Hal itu tentu bertentangan dengan asas penyelenggaraan kekuasaan kehakiman tepatnya dalam Pasal 2 ayat (1) Undang-undang (UU) Kekuasaan Kehakiman.

Pasal tersebut menyatakan peradilan dilakukan demi keadilan berdasarkan Ketuhanan yang Maha Esa.

Menurut Supriyadi tindakan MA memutus untuk semata memuluskan eksekusi mati bertentangan dengan asas ini. Karena lewat tindakannya tersebut MA sama sekali tidak melihat kepentingan keadilan bagi Zainal yang bahkan permohonan PKnya terselip selama sepuluh tahun dan baru diproses lima hari menjelang eksekusi matinya.

Supriyadi pun mengusulkan agar Komisi III DPR turut mengawasi kinerja MA dalam mengeluarkan putusan PK terhadap terpidana mati gelombang ketiga. Menurut dia bila perlu Komisi III memanggil MA untuk menjamin lembaga tertinggi peradilan itu mengeluarkan putusan yang adil.

"Kami ingatkan MA agar tak mengulang kisah Zainal terhadap terpidana mati gelombang ketiga yang tengah mengajukan PK agar PKnya diputus secara adil dan tidak dikebut," lanjut Supriyadi.

(Baca: Siap Eksekusi Mati, Polri Tunggu Kepastian Tanggal dari Kejagung)

Sebelumnya, Jaksa Agung HM Prasetyo mengatakan, persiapan di lapangan terkait eksekusi mati tahap tiga terhadap terpidana mati kasus narkoba sudah rampung. Eksekusi akan dilakukan di Lapas Nusakambangan, Cilacap.

Pihak kejaksaan sudah menyiapkan rohaniawan, regu tembak dan dokter. "Persiapan di lapangan sudah oke," kata Prasetyo di Jakarta, Senin (18/7/2016).

Namun, Prasetyo mengatakan, pihaknya saat ini masih menunggu sejumlah terpidana yang mengajukan peninjauan kembali ke Mahkamah Agung.

Selama pemerintahan Joko Widodo, pemerintah sudah menjalankan eksekusi terpidana mati kasus narkoba dalam dua gelombang.

Enam terpidana mati dieksekusi pada 18 Januari 2015. Pada gelombang kedua, Rabu (29/4/2015), delapan terpidana mati juga dieksekusi.

Kompas TV Presiden: Hukuman Mati Harus Dilaksanakan

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Tanggal 22 April 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 22 April 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
TNI Tembak 2 Anggota OPM yang Serang Pos Prajurit di Paro Nduga, tapi Berhasil Melarikan Diri

TNI Tembak 2 Anggota OPM yang Serang Pos Prajurit di Paro Nduga, tapi Berhasil Melarikan Diri

Nasional
Sebut Jaksa TI Tak Punya Mercy, KPK: Foto di Rumah Tetangga

Sebut Jaksa TI Tak Punya Mercy, KPK: Foto di Rumah Tetangga

Nasional
Kasus Korupsi Timah, Kejagung Dalami Kepemilikan Jet Pribadi Harvey Moeis

Kasus Korupsi Timah, Kejagung Dalami Kepemilikan Jet Pribadi Harvey Moeis

Nasional
Prabowo Minta Pendukung Tak Gelar Aksi saat MK Bacakan Putusan Sengketa Pilpres 2024

Prabowo Minta Pendukung Tak Gelar Aksi saat MK Bacakan Putusan Sengketa Pilpres 2024

Nasional
Demokrat Sampaikan Kriteria Kadernya yang Bakal Masuk Kabinet Mendatang

Demokrat Sampaikan Kriteria Kadernya yang Bakal Masuk Kabinet Mendatang

Nasional
Antam Fokus Eksplorasi 3 Komoditas, Pengeluaran Preliminary Unaudited  Capai Rp 17,43 Miliar

Antam Fokus Eksplorasi 3 Komoditas, Pengeluaran Preliminary Unaudited Capai Rp 17,43 Miliar

Nasional
KPK Akan Panggil Kembali Gus Muhdlor sebagai Tersangka Pekan Depan

KPK Akan Panggil Kembali Gus Muhdlor sebagai Tersangka Pekan Depan

Nasional
Gibran Dikabarkan Ada di Jakarta Hari Ini, TKN: Agenda Pribadi

Gibran Dikabarkan Ada di Jakarta Hari Ini, TKN: Agenda Pribadi

Nasional
Unjuk Rasa di Patung Kuda Diwarnai Lempar Batu, TKN Minta Pendukung Patuhi Imbauan Prabowo

Unjuk Rasa di Patung Kuda Diwarnai Lempar Batu, TKN Minta Pendukung Patuhi Imbauan Prabowo

Nasional
Pemerintahan Baru Indonesia dan Harapan Perdamaian Rusia-Ukraina

Pemerintahan Baru Indonesia dan Harapan Perdamaian Rusia-Ukraina

Nasional
Prabowo Terima Kunjungan Eks PM Inggris Tony Blair di Kemenhan, Ini yang Dibahas

Prabowo Terima Kunjungan Eks PM Inggris Tony Blair di Kemenhan, Ini yang Dibahas

Nasional
KPK Sebut Surat Sakit Gus Muhdlor Ganjil: Agak Lain Suratnya, Sembuhnya Kapan Kita Enggak Tahu

KPK Sebut Surat Sakit Gus Muhdlor Ganjil: Agak Lain Suratnya, Sembuhnya Kapan Kita Enggak Tahu

Nasional
Panglima AL Malaysia Datang ke Indonesia, Akan Ikut Memperingati 3 Tahun KRI Nanggala

Panglima AL Malaysia Datang ke Indonesia, Akan Ikut Memperingati 3 Tahun KRI Nanggala

Nasional
Beralasan Sakit, Gus Muhdlor Tak Penuhi Panggilan KPK

Beralasan Sakit, Gus Muhdlor Tak Penuhi Panggilan KPK

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com