Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Isu-isu yang Disorot dalam "Fit and Proper Test" Calon Komisioner KPI

Kompas.com - 19/07/2016, 08:16 WIB
Nabilla Tashandra

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Komisi I menyoroti sejumlah isu krusial yang menjadi fokus dalam uji kepatutan dan kelayakan (fit and proper test) calon komisioner Komisi Penyiaran Indonesia (KPI).

Wakil Ketua Komisi I, Hanafi Rais menuturkan, isu pertama adalah terkait digitalisasi media yang jika berlaku maka akan terjadi proliferasi televisi.

Saat era digitalisasi media kian meluas, kata dia, pengawasan terhadap isi siaran menjadi lebih rumit. Apalagi jika mengacu pada sumber daya KPI saat ini.

"Implikasi terhadap digitalisasi isi siaran menjadi hal yang semua komisioner juga sadar dan tadi dipertajam oleh teman-teman Komisi I," tutur Hanafi di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Senin (18/7/2016).

(Baca: Calon Komisioner KPI Ini Usulkan Ada Klinik Etika Penyiaran untuk Artis)

Poin lain adalah mengenai konten iklan politik dan iklan produk-produk yang berkaitan dengan kesehatan yang selama ini belum dibatasi secara tegas, bahkan tanpa pelarangan.

"Ini nanti menjadi fokus di KPI berikutnya supaya ada ketegasan terkait iklan-iklan semacam itu," kata dia.

Lalu, soal kepemilikan media televisi, radio dan koran. Kepemilikan silang tersebut, lanjut dia, juga perlu diatur dalam regulasi, baik dalam Undang-Undang Penyiaran maupun diterjemahkan oleh KPI.

Salah satu isu yang paling disorot sesi uji kepatutan dan kelayakan adalah berkaitan surat izin perpanjangan siar 10 televisi swasta yang berakhir pada akhir tahun ini.

Menurut Hanafi, Komisi I menekankan bahwa izin stasiun televisi sebaiknya jangan terus diperpanjang. Apalagi, kata dia, jika melihat kondisi saat ini yang banyak terjadi pelanggaran terhadap etika jurnalistik maupun Pedoman Perilaku Penyiaran dan Standar Program Siaran (P3SPS) terus terjadi.

"Kalau banyak pelanggaran tapi izin diberikan apa gunanya ada peraturan? Kami ingin itu jadi perhatian khusus dan ada ketegasan terkait perpanjangan izin dengan kualitas konten," ucap Politisi Partai Amanat Nasional itu.

Komisi I pun meminta agar KPI periode 2016-2019 nantinya bisa bekerja berdasarkan regulasi, baik Undang-Undang maupun P3SPS.

Diharapkan, KPI sebagai lembaga independen pun jika bertemu dengan lembaga penyiaran yang berkaitan dengan politik atau berafiliasi dengan politik mampu menegur atau memberi penalti.

"Karena di UU Penyiaran nanti KPI akan kamu beri senjata yang lebih kuat berupa mekanisme seperti denda sampai pembatalan izin frekuensi penyiaran. Selama ini belum ada, cuma imbauan-imbauan saja," tuturnya.

(Baca: Calon Komisioner KPI Juga Soroti Minimnya Siaran TV Lokal)

Sebanyak 27 orang berupaya untuk memikat hati anggota Komisi I DPR. Mereka akan memperebutkan sembilan kursi komisioner Komisi Penyiaran Indonesia.

Sembilan nama itu akan menggantikan komisioner KPI periode 2013-2016 yang habis masa tugasnya pada 27 Juli 2016.

Uji kelayakan dan kepatutan bagi 27 calon komisioner tersebut dibagi menjadi lima kelompok dengan masing-masing kelompok terdiri dari lima calon. Adapun pada hari pertama, DPR menguji tiga kelompok calon komisioner. Fit and proper test berlangsung selama dua hari, sejak kemarin, Senin (18/7/2017) hingga hari ini. 

Kompas TV Menkominfo Hadiri Peringatan Harsiarnas
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Komisi II Sebut 'Presidential Threshold' Jadi Target Rencana Revisi UU Pemilu

Komisi II Sebut "Presidential Threshold" Jadi Target Rencana Revisi UU Pemilu

Nasional
Prabowo Nyanyi 'Pertemuan' di Depan Titiek Soeharto: Sudah Presiden Terpilih, Harus Tepuk Tangan walau Suara Jelek

Prabowo Nyanyi "Pertemuan" di Depan Titiek Soeharto: Sudah Presiden Terpilih, Harus Tepuk Tangan walau Suara Jelek

Nasional
Fraksi Golkar Bakal Dalami Usulan Hakim MK soal RUU Pemilu dan Pembentukan UU Lembaga Kepresidenan

Fraksi Golkar Bakal Dalami Usulan Hakim MK soal RUU Pemilu dan Pembentukan UU Lembaga Kepresidenan

Nasional
Politikus Senior PDI-P Tumbu Saraswati Meninggal Dunia, Penghormatan Terakhir di Sekolah Partai

Politikus Senior PDI-P Tumbu Saraswati Meninggal Dunia, Penghormatan Terakhir di Sekolah Partai

Nasional
Bubar Jalan dan Merapat ke Prabowo, Koalisi Perubahan Dinilai Hanya Jual Gimik Narasi Kritis

Bubar Jalan dan Merapat ke Prabowo, Koalisi Perubahan Dinilai Hanya Jual Gimik Narasi Kritis

Nasional
Ucapkan Selamat ke Prabowo-Gibran, PPP: Tak Ada Lagi Koalisi 01 dan 03

Ucapkan Selamat ke Prabowo-Gibran, PPP: Tak Ada Lagi Koalisi 01 dan 03

Nasional
CSIS: Pemilu 2024 Hasilkan Anggota DPR Muda Paling Minim Sepanjang Sejarah sejak 1999

CSIS: Pemilu 2024 Hasilkan Anggota DPR Muda Paling Minim Sepanjang Sejarah sejak 1999

Nasional
PPATK Koordinasi ke Kejagung Terkait Aliran Dana Harvey Moeis di Kasus Korupsi Timah

PPATK Koordinasi ke Kejagung Terkait Aliran Dana Harvey Moeis di Kasus Korupsi Timah

Nasional
Prabowo-Titiek Soeharto Hadiri Acara Ulang Tahun Istri Wismoyo Arismunandar, Ada Wiranto-Hendropriyono

Prabowo-Titiek Soeharto Hadiri Acara Ulang Tahun Istri Wismoyo Arismunandar, Ada Wiranto-Hendropriyono

Nasional
Banyak Catatan, DPR Dorong Revisi UU Pemilu Awal Periode 2024-2029

Banyak Catatan, DPR Dorong Revisi UU Pemilu Awal Periode 2024-2029

Nasional
Pakar Ragu UU Lembaga Kepresidenan Terwujud jika Tak Ada Oposisi

Pakar Ragu UU Lembaga Kepresidenan Terwujud jika Tak Ada Oposisi

Nasional
Istana Sebut Pertemuan Jokowi dan Prabowo-Gibran Semalam atas Inisiatif Prabowo

Istana Sebut Pertemuan Jokowi dan Prabowo-Gibran Semalam atas Inisiatif Prabowo

Nasional
Presiden Jokowi Ucapkan Selamat Saat Bertemu Prabowo Semalam

Presiden Jokowi Ucapkan Selamat Saat Bertemu Prabowo Semalam

Nasional
Jokowi Siapkan Program Unggulan Prabowo-Gibran Masuk RAPBN 2025

Jokowi Siapkan Program Unggulan Prabowo-Gibran Masuk RAPBN 2025

Nasional
CSIS: Mayoritas Caleg Muda Terpilih di DPR Terindikasi Dinasti Politik

CSIS: Mayoritas Caleg Muda Terpilih di DPR Terindikasi Dinasti Politik

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com