JAKARTA, KOMPAS.com - Ketua Umum Lembaga Perlindungan Anak (LPA) Indonesia Seto Mulyadi menyarankan agar Menteri Kesehatan (Menkes) Nila F. Moeloek tak mengeluarkan pernyataan yang dapat membuat masyarakat emosi menyikapi kasus vaksin palsu.
Pernyataannya itu menanggapi pernyataan Nila yang menyatakan vaksin palsu tak membawa efek samping apapun bagi anak-anak sebab cairannya hanya diganti air.
"Harusnya Bu Menkes jangan seperti itulah, itu menyinggung perasaan orang tua yang anaknya menjadi korban vaksin palsu," ujar Seto di Kantor Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak, Sabtu (16/7/2016).
Dia mengatakan pernyataan Nila itu semestinya baru bisa disampaikan ke khalayak setelah efek samping vaksin palsu diuji secara ilmiah oleh pakarnya.
"Kalau sudah diuji dan terbukti tak memiliki efek samping ya tidak apa-apa disampaikan, tapi jangan seperti sekarang, belum diuji tetapi sudah bisa bilang tak ada efeknya," kata Seto.
Dia pun mewajari para orang tua yang menyatakan jika memang tak ada efeknya, semestinya vaksin palsu itu bisa diberikan pula kepada cucu Nila. (Baca: Ini Dampak Vaksin Palsu Menurut Kementerian Kesehatan)
"Akhirnya kan benar juga apa yang dikatakan para orang tua, kalau memang vaksin palsunya tidak memiliki efek apapun, sekalian saja cucunya Bu Menkes dikasih vaksin palsu, kan tidak ada efeknya," tutur Seto.
Berdasarkan paparan Bareskrim Polri dan Kementerian Kesehatan di Komisi IX DPR kemarin, ada 14 rumah sakit, 8 klinik, dan tenaga kesehatan yang menggunakan vaksin palsu.
Sebagian besar beroperasi di sekitar Bekasi, Jawa Barat. Rinciannya, 10 rumah sakit di Kabupaten Bekasi dan tiga di Kota Bekasi. Adapun daftar 14 rumah sakit tersebut adalah sebagai berikut:
1. RS DR Sander, Cikarang
2. Bhakti Husada, Terminal Cikarang
3. Sentral Medika, Jalan Industri Pasir Gombong
4. RSIA Puspa Husada
5. Karya Medika, Tambun
6. Kartika Husada, Jalan MT Haryono Setu Bekasi