JAKARTA, KOMPAS.com - Aksi teror bom kembali terjadi di beberapa negara menjelang Hari Raya Idul Fitri.
Pada Senin (4/7/2016), aksi bom bunuh diri terjadi di tiga kota di Arab Saudi, salah satunya di kawasan Masjid Nabawi, Madinah.
Kemudian disusul aksi teror di Mapolresta Surakarta, Indonesia, Selasa (5/7/2016) pagi.
Kepala Polri Jenderal Pol Badrodin Haiti mengakui bahwa sampai saat ini tidak ada cara yang ampuh untuk mengantisipasi aksi teror bom bunuh diri.
Berbeda dengan bentuk aksi teror lainnya, kepolisian sulit untuk melakukam deteksi awal atau menangkap pelaku teror bom bunuh diri sebelum melakukan aksinya.
"Namanya bom bunuh diri tak bisa diantisipasi. Anda mau tangkap di rumah, diledakkan di rumah. Anda mau tangkap di jalan, diledakkan di jalan. Ditangkap di penjagaan, diledakkan di penjagaan. Tidak ada upaya antisipasi yang mujarab," ujar Badrodin saat ditemui usai Shalat Id di Masjid Al Iklhas Mabes Polri, Jakarta, Rabu (6/7/2016).
(baca: Kapolda Jateng: Sidik Jari Pelaku Bom Bunuh Diri Milik Nur Rohman)
Badrodin menjelaskan, selama ini pihaknya sudah berusaha mendeteksi segala kemungkinan ancaman teror yang ada.
Bahkan, lanjut Badrodin, Polri berhasil mengurangi risiko aksi teror yang lebih besar dengan melakukan penangkapan terduga teroris di Surabaya.
Menurut Badrodin, tiga terduga teroris, yakni PHP, BRN, dan FN merencanakan aksi teror bom bunuh diri yang lebih besar.
(baca: Kapolri: Nur Rohman Diduga Pelaku Tunggal, Berasal dari Kelompok JADKN)
Saat penangkapan dilakukan, Densus 88 menyita barang bukti berupa tiga bom aktif berdaya ledak tinggi, dua pucuk senjata api laras panjang, senjata api laras pendek, cairan kimia, sangkur, hingga ponsel.
"Sudah saya sampaikan bahwa ada perintah dari juru bicara ISIS Abu Muhammad agar semua anggota ISIS melakukan aksi di bulan Ramadan. Kebetulan, kami sudah mengurangi risiko itu dengan melakukan penangkapan di Surabaya. Itu lebih besar dibanding ini. Aksi mereka direncanakan pada 17 Juni 2016," ungkap Badrodin.
Kepala Biro Penerangan Masyarakat Polri Brigadir Jenderal (Pol) Agus Rianto sebelumnya mengaku bahwa Polri mendapat peringatan dini dari interpol terkait rencana serangan teroris di Indonesia.
(baca: Sebelum Bom di Solo Meledak, Polri Dapat Peringatan dari Interpol)