Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Jodhi Yudono
Wartawan dan budayawan

Menulis esai di media sejak tahun 1989. Kini, selain menulis berita dan kolom di kompas.com, kelahiran 16 Mei ini juga dikenal sebagai musisi yang menyanyikan puisi-puisi karya sendiri maupun karya penyair-penyair besar semacam WS Rendra, Chairil Anwar, Darmanto Jatman, dan lain-lain.

Kebersamaan yang Melahirkan Keindahan

Kompas.com - 30/06/2016, 00:44 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini
EditorJodhi Yudono

Kebersamaan dalam kebaikan selalu menggetarkan hati kita. Demikian juga yang dilakukan oleh kawan saya bersama isterinya. Mereka berdua menulis novel atau lebih tepatnya hendak menerbitkan buku yang berisi catatan panjang tentang anak lanang mereka yang disekolahkan ke sebuah pesantren ternama di Jawa Timur yang disebutnya sebagai Pondok Mandiri.

Menurut sang suami yang bernama Hertanto Soebijoto, sebetulnya buku ini karya sang isteri yang bernama Alifta Achadiyah Said. Dirinya yang masih tercatat sebagai wartawan di sebuah penerbitan, hanya bertindak sebagai editor dan penyelaras bahasa. Selebihnya, buku yang diberi judul "from Kampung Damai with Love", itu merupakan kumpulan catatan sang isteri yang sayang jika catatan tersebut hanya disimpan di laci almari.

Lantaran Hertanto menganggap buku ini tak sekedar catatan harian, maka dia pun meyakinkan sang isteri bahwa catatannya yang memiliki dimensi yang cukup kompleks sekitar dunia batin sebuah keluarga yang menyekolahkan anaknya ke pesantren, tradisi pesantren, dan juga kultur masyarakat Jawa pesisir utara, itu layak juga untuk dibaca oleh banyak orang.

Novel ini dibuka dengan peristiwa lulusnya salah putera ketiga mereka dari sebuah Sekolah Dasar (SD) di daerah Lubang Buaya, Jakarta Timur. Gilang nama anak mereka, mendadak mengutarakan keinginannya untuk masuk pesantren. Keinginan tersebut tentu saja mengagetkan kedua orang tuanya dan juga guru-guru di sekolahnya. Bagi pihak sekolah, Gilang yang meraih nilai kelulusan memuaskan alangkah sayangnya jika harus melanjutkan sekolah di pesantren. Padahal, jika Gilang mau, dia dapat dengan mudah masuk SMP Negeri unggulan.

Sementara bagi kedua orang tuanya, niat Gilang ini menjadi semacam kejutan psikologis sekaligus kultural. Sehabis Gilang mengutarakan maksudnya, kedua orang tuanya, terutama ibundanya, seperti diingatkan pada tradisi turun temurun keluarga besarnya yang selalu melahirkan pendakwah. Kakek ibunda Gilang adalah seorang kyai terkenal di Kaliwungu, Kendal, Jawa Tengah.

Setelah kedua kakak Gilang lebih memilih bersekolah di sekolah umum, benih harapan akan munculnya pendakwah tumbuh kembali seiring dengan keinginan Gilang untuk melanjutkan sekolah di Pesantren.

Tentu, sempat juga terjadi konflik yang nyaris membatalkan kepergian Gilang menuntut ilmu di pesantren, salah satunya adalah faktor beaya. Penghasilan sebagai seorang wartawan sempat menumbuhkan keraguan apakah bisa membeayai Gilang hingga lulus? Untunglah sang isteri lebih optimistis. Ibunda Gilang yakin, Tuhan akan mempermudah jalan bagi mereka yang memiliki niat baik.

Begitulah, setelah melewati berbagai rintangan, akhirnya Gilang bisa menuntut ilmu di Pondok Mandiri yang terkenal itu. Tidak seperti kebanyakan pondok pesantren, Pondok Mandiri tempat Gilang bersekolah ternyata sangat berbeda dengan pondok-pondok salaf yang bertebaran di kota kelahiran Alifta, Kaliwungu. Di Pondok Mandiri sangat menjunjung tinggi kedisiplinan.

Ujian ketabahan seorang ibu terasa betul di novel ini. Digambarkan, betapa sang ibu melihat dengan mata kepala sendiri saat puteranya mendapatkan hukuman. Atau di lain waktu, pernah juga sang ibu mendapati anaknya tidak makan dari pagi sampai malam.

Bobot novel ini saya kira terletak pada spirit yang ditunjukan seorang ibu rumah tangga biasa yang berjuang keras agar puteranya menyandang status sebagai alumni Pondok Mandiri, kendati harus dibayar bukan saja dengan sisa-sisa gaji suaminya yang pas-pasan, tapi juga dengan segenap perasaannya. Mulai dari rasa kangen, rasa sayang, hingga tidak tega ketika sang putera dihukum.

Entah disadari atau tidak oleh penulisnya, rasanya sang penulis sadar benar kebutuhan pembacanya untuk merasai kejutan demi kejutan di tiap babnya. Tapi begitulah, penulisnya meski baru pertama kali menulis novel, tapi sudah lumayan terampil mengatur dinamika dan dramaturgi penceritaan.

Walhasil, pembaca diajak sport jantung saat Gilang nyaris teringgal saat pendaftaran ulang yang berakhir pukul 00.00, sementara mereka belum sampai ke meja panitia.

Tentu, sebagai penulis pemula, masih banyak kelemahannya. Mulai dari plot, diksi, hingga kelancaran bercerita. Tapi bagi saya, kebersamaan mereka telah menutup kekurangan-kekurangan yang ada.

Yang muncul kemudian adalah keharuan yang menggetarkan. Bayangkanlah, saat banyak pasangan yang mati gaya ketika usia pernikahan sudah di atas 20 tahun, pasangan Hertanto dan Alifta justru bahu membahu menulis novel bersama. Ketika banyak pasangan yang berjalan sendiri-sendiri, kalian justru menggenapi pernikahan dengan karya yang indah.

Selamat Hertanto, Alifta, kalian telah menyemangati saya, dan mungkin juga banyak orang untuk mengisi hari-hari dalam pernikahan dengan karya yang bermanfaat.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Yusril Akui Sebut Putusan 90 Problematik dan Cacat Hukum, tapi Pencalonan Gibran Tetap Sah

Yusril Akui Sebut Putusan 90 Problematik dan Cacat Hukum, tapi Pencalonan Gibran Tetap Sah

Nasional
Bukan Peserta Pilpres, Megawati Dinilai Berhak Kirim 'Amicus Curiae' ke MK

Bukan Peserta Pilpres, Megawati Dinilai Berhak Kirim "Amicus Curiae" ke MK

Nasional
Perwakilan Ulama Madura dan Jatim Kirim 'Amicus Curiae' ke MK

Perwakilan Ulama Madura dan Jatim Kirim "Amicus Curiae" ke MK

Nasional
PPP Tak Lolos ke DPR karena Salah Arah Saat Dukung Ganjar?

PPP Tak Lolos ke DPR karena Salah Arah Saat Dukung Ganjar?

Nasional
Kubu Prabowo Sebut 'Amicus Curiae' Megawati soal Kecurangan TSM Pilpres Sudah Terbantahkan

Kubu Prabowo Sebut "Amicus Curiae" Megawati soal Kecurangan TSM Pilpres Sudah Terbantahkan

Nasional
BMKG Minta Otoritas Penerbangan Waspada Dampak Erupsi Gunung Ruang

BMKG Minta Otoritas Penerbangan Waspada Dampak Erupsi Gunung Ruang

Nasional
Demokrat Tak Resisten jika Prabowo Ajak Parpol di Luar Koalisi Gabung Pemerintahan ke Depan

Demokrat Tak Resisten jika Prabowo Ajak Parpol di Luar Koalisi Gabung Pemerintahan ke Depan

Nasional
Kubu Prabowo-Gibran Yakin Gugatan Anies-Muhaimin dan Ganjar-Mahfud Ditolak MK

Kubu Prabowo-Gibran Yakin Gugatan Anies-Muhaimin dan Ganjar-Mahfud Ditolak MK

Nasional
Aktivis Barikade 98 Ajukan 'Amicus Curiae', Minta MK Putuskan Pemilu Ulang

Aktivis Barikade 98 Ajukan "Amicus Curiae", Minta MK Putuskan Pemilu Ulang

Nasional
Kepala Daerah Mutasi Pejabat Jelang Pilkada 2024 Bisa Dipenjara dan Denda

Kepala Daerah Mutasi Pejabat Jelang Pilkada 2024 Bisa Dipenjara dan Denda

Nasional
KPK Panggil Bupati Sidoarjo Gus Muhdlor sebagai Tersangka Hari Ini

KPK Panggil Bupati Sidoarjo Gus Muhdlor sebagai Tersangka Hari Ini

Nasional
Daftar 33 Pengajuan Amicus Curiae Sengketa Pilpres 2024 di MK

Daftar 33 Pengajuan Amicus Curiae Sengketa Pilpres 2024 di MK

Nasional
Apa Gunanya 'Perang Amicus Curiae' di MK?

Apa Gunanya "Perang Amicus Curiae" di MK?

Nasional
Dampak Erupsi Gunung Ruang: Bandara Ditutup, Jaringan Komunikasi Lumpuh

Dampak Erupsi Gunung Ruang: Bandara Ditutup, Jaringan Komunikasi Lumpuh

Nasional
Megawati Lebih Pilih Rekonsiliasi dengan Jokowi atau Prabowo? Ini Kata PDI-P

Megawati Lebih Pilih Rekonsiliasi dengan Jokowi atau Prabowo? Ini Kata PDI-P

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com