JAKARTA, KOMPAS.com - Pendamping ahli relawan "Teman Ahok", I Gusti Putu Artha, memandang Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok sebagai sebuah eksperimen yang sedang diuji dalam sebuah laboratorium.
"Ahok buat saya adalah simbol. Simbol bagaimana eksperimen kebangsaan ini sedang diuji coba di laboratorium Jakarta," ujar Putu di Setiabudi, Jakarta Selatan, akhir pekan (26/6/2016).
Selain itu, dia juga menilai Ahok sebagai uji coba pada sistem demokrasi yang berkualitas di Indonesia.
"Simbol bagaimana kualitas demokrasi yang jadi cita-cita saya di KPU sedang dipertaruhkan di sini," kata dia.
Oleh karena itu, seluruh tim relawan dan partai politik pendukung Ahok harus dikonsolidasikan agar memiliki komitmen bersama untuk memenangkan Ahok pada Pilkada DKI 2017.
"Dalam rangka menyelamatkan simbol itulah, maka kami harus punya komitmen bersama untuk mengawal Ahok bagaimana caranya harus jadi pada 15 Februari (2017) dan memenangkan pertarungan dengan cepat," tutur Putu.
Jika tim pendukung berhasil mengantarkan Ahok terpilih menjadi gubernur pada 2017 nanti, Putu menilai hal tersebut akan menjadi contoh dan ditiru di tempat-tempat lainnya di Indonesia.
"Kalau simbol ini berhasil kami implementasikan di lapangan, maka dia akan jadi virus di tempat lain. Kawan-kawan relawan semacam ini akan jadi virus di tempat lain," ucapnya.
Ahok memiliki dua tiket untuk maju pada Pilkada DKI 2017. Di jalur perseorangan, Teman Ahok telah mengumpulkan 1 juta KTP.
Sementara di jalur parpol, Ahok didukung oleh Partai Nasdem, Hanura, dan Golkar. Kursi ketiga parpol tersebut di DPRD DKI Jakarta telah mencukupi untuk mengusung Ahok pada Pilkada DKI 2017.
Namun, hingga saat ini Ahok belum mendeklarasikan jalur mana yang akan dipilihnya. Dia akan bertemu dengan Tim Ahok terlebih dahulu untuk membicarakan hal tersebut.