JAKARTA, KOMPAS.com — Mantan aktivis yang kini berada di lingkaran Presiden. Begitu label yang melekat kepada sosok Kepala Staf Presiden (KSP) Teten Masduki.
Perjuangannya memerangi korupsi Tanah Air pasca-reformasi bersama Indonesia Corruption Watch (ICW) membawa karier Teten ke berbagai posisi, mulai dari calon kepala daerah hingga posisi saat ini, orang dekat Presiden Joko Widodo.
Sebagai mantan aktivis yang berada di lingkar kekuasaan tertinggi di negeri ini, Teten sadar banyak "nada sumbang" terhadap dirinya yang berasal dari orang-orang yang masih berada di jalur perjuangan aktivis.
Salah satunya aktivis sekaligus dosen departemen politik dan pemerintahan Universitas Gadjah Mada (UGM), Amalinda Savirani, beberapa waktu lalu.
"Ya, saya baca beritanya soal itu," ujar Teten saat berbincang santai dengan sejumlah jurnalis di Istana Kepresidenan, Selasa (14/6/2016) malam.
(Baca: Aktivis dan Akademisi di Istana Dinilai Tak Berguna dalam Dorong Perubahan)
Amalinda mengatakan, kehadiran sejumlah aktivis dan akademisi di lingkungan Istana Kepresidenan seharusnya menjadi peluang untuk mendorong perubahan di sektor demokrasi birokrasi.
Namun, ia merasakan hal yang sebaliknya. Kehadiran mereka seakan tidak ada gunanya.
"Kami punya teman di Istana, tetapi mereka itu kayak enggak berguna," ujar Amalinda dalam acara peluncuran buku Reclaiming the State di salah satu kedai kopi di Cikini, Jakarta Pusat, Jumat (3/6/2016) lalu.
Tak berguna yang dimaksud Amalinda lantaran mantan-mantan aktivis dan akademisi itu tidak memberikan informasi sejumlah isu publik ke para aktivis.
(Baca: Dosen UGM Klarifikasi Pernyataan soal Aktivis dan Akademisi di Istana)
Teten meluruskan pernyataan Amalinda. Meski pernah berjuang di garis aktivis, kini dia telah memegang jabatan penting di negara ini. Seiring dengan itu, ada tanggung jawab besar yang harus ia jaga benar.
"Saya ini kan terikat. Ada banyak informasi di Istana di mana saya terikat. Enggak bisa semua bisa saya sampaikan ke publik, kecuali yang bisa saya sampaikan," ujar Teten.
"Waktu saya masih jadi aktivis, saya memang tidak mau tahu. Yang penting ada perubahan. Bahwa ada faktor lain-lain yang menghalangi, bukan urusan saya, tetapi ketika saya ada di pemerintahan, ada banyak faktor yang harus saya perhatikan. Saya kira memang begitu," lanjut dia.
Meski berubah peran, Teten menyatakan tak meninggalkan dunia aktivis. Sebagai KSP yang menggodok program-program pemerintahan, Teten terbuka dengan masukan dari siapa saja, apalagi dari para aktivis.