Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Bahas Revisi UU Pilkada, Sentimen "Netizen" Cenderung Negatif

Kompas.com - 01/06/2016, 17:25 WIB
Ayu Rachmaningtyas

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com — Pembahasan Revisi UU Pilkada ternyata menarik perhatian netizen melalui media sosial Twitter.

Hasil pantauan Data Sains Indonesia pada 21-23 Mei 2016, ada 986 tweet dengan kata kunci RUU Pilkada. Rinciannya, 1,4 persen tweet bernada negatif dan 1,3 persen yang bernada positif.

Menurut Kepala Litbang Data Sains Indonesia Satia Nugraha, sentimen negatif muncul ketika banyak pemberitaan yang mendesak pemerintah untuk segera menyelesaikan revisi UU Pilkada.

Hal tersebut berlanjut hingga puncak tertinggi tweet negatif terkait dengan pembahasan revisi UU Pilkada yang alot di Komisi II DPR.

"Ternyata, banyak netizen yang memperhatikan perkembangan revisi UU Pilkada," kata dia saat menyampaikan keterangan pers di Gedung Komisi Pemilihan Umum (KPU), Rabu (1/6/2016).

(Baca: Ini Cerita Komisi II tentang Pembahasan RUU Pilkada yang Sempat Alot...)

Satia mengatakan, pada awal pembahasan revisi UU Pilkada, respons publik masih menunjukkan sentimen positif. Hal tersebut terlihat pada tanggal 17-20 Mei 2016. Ada 35.613 tweet baik itu reply, retweet, maupun qoute tweet terkait pilkada. Sebanyak 216 tweet sentimen positif, 216 sentimen negatif, dan 35.921 netral.

Hal ini menunjukkan, publik masih berharap bahwa penyelenggaraan pilkada dapat dilaksanakan secara netral.

"Secara keseluruhan, kami melihat dukungan penyelenggaraan pilkada secara umum. Tanpa memihak atau menyerang pasangan calon atau partai politik," ujar dia.

(Baca: RUU Pilkada Tak Kunjung Selesai, KPU Dinilai Kesulitan Bikin Peraturan)

Ia mengatakan, menjelang akhir pembahasan revisi UU Pilkada, anomali masyarakat cenderung menurun. Hal ini terlihat dari sedikitnya netizen yang berkicau di Twitter terkait pembahasan revisi UU Pilkada.

Menurut dia, kemungkinan besar menurunnya partipasi publik disebabkan kurangnya informasi yang beredar di masyarakat mengenai poin-poin krusial yang dibahas di DPR. Pasalnya, selama membahas revisi UU Pilkada, DPR dan pemerintah cenderung tertutup, tanpa membuka informasi dan menyediakan wadah untuk masyarakat menyampaikan pendapatnya.

"Disinyalir memang banyaknya rapat-rapat yang dilakukan tertutup. Padahal, banyak sekali pembahasan yang penting dan patut diketahui dan mendapatkan perhatian masyarakat," ujar dia.

Kompas TV Soal RUU Pilkada, Pemerintah Belum Kompak?
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang


Terkini Lainnya

Bertemu Hampir 2 Jam, Jokowi dan Tony Blair Bahas Investasi Energi di IKN

Bertemu Hampir 2 Jam, Jokowi dan Tony Blair Bahas Investasi Energi di IKN

Nasional
Firli Disebut Minta Rp 50 Miliar ke SYL, Pengacara: Fitnah!

Firli Disebut Minta Rp 50 Miliar ke SYL, Pengacara: Fitnah!

Nasional
Nasib Putusan Sengketa Pilpres 2024 jika Komposisi Hakim Menolak dan Mengabulkan Imbang

Nasib Putusan Sengketa Pilpres 2024 jika Komposisi Hakim Menolak dan Mengabulkan Imbang

Nasional
KPK Periksa Anggota DPR Ihsan Yunus Jadi Saksi Pengadaan APD Covid-19

KPK Periksa Anggota DPR Ihsan Yunus Jadi Saksi Pengadaan APD Covid-19

Nasional
Jokowi dan Megawati Saling Memunggungi

Jokowi dan Megawati Saling Memunggungi

Nasional
Soal Resolusi Gencatan Senjata di Gaza, Menlu China Sebut AS Pakai Hukum Internasional Sesuai Keinginannya Saja

Soal Resolusi Gencatan Senjata di Gaza, Menlu China Sebut AS Pakai Hukum Internasional Sesuai Keinginannya Saja

Nasional
Indonesia dan China Akan Bahas Kelanjutan Proyek Kereta Cepat, Luhut Kembali Terlibat

Indonesia dan China Akan Bahas Kelanjutan Proyek Kereta Cepat, Luhut Kembali Terlibat

Nasional
KPU Siap Laksanakan Apa Pun Putusan MK soal Sengketa Pilpres 2024

KPU Siap Laksanakan Apa Pun Putusan MK soal Sengketa Pilpres 2024

Nasional
KPU Tegaskan Caleg Terpilih Wajib Mundur jika Maju Pilkada 2024

KPU Tegaskan Caleg Terpilih Wajib Mundur jika Maju Pilkada 2024

Nasional
Megawati Kirim 'Amicus Curiae' ke MK, KPU: Itu Bukan Alat Bukti

Megawati Kirim "Amicus Curiae" ke MK, KPU: Itu Bukan Alat Bukti

Nasional
KPK Tetapkan Eks Kepala Bea Cukai Yogyakarta Eko Darmanto Tersangka TPPU

KPK Tetapkan Eks Kepala Bea Cukai Yogyakarta Eko Darmanto Tersangka TPPU

Nasional
Menko Polhukam Sebut Mayoritas Pengaduan Masyarakat Terkait Masalah Agraria dan Pertanahan

Menko Polhukam Sebut Mayoritas Pengaduan Masyarakat Terkait Masalah Agraria dan Pertanahan

Nasional
Menko Polhukam Minta Jajaran Terus Jaga Stabilitas agar Tak Ada Kegaduhan

Menko Polhukam Minta Jajaran Terus Jaga Stabilitas agar Tak Ada Kegaduhan

Nasional
Bertemu Menlu Wang Yi, Jokowi Dorong China Ikut Bangun Transportasi di IKN

Bertemu Menlu Wang Yi, Jokowi Dorong China Ikut Bangun Transportasi di IKN

Nasional
Indonesia-China Sepakat Dukung Palestina Jadi Anggota Penuh PBB

Indonesia-China Sepakat Dukung Palestina Jadi Anggota Penuh PBB

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com