JAKARTA, KOMPAS.com - Pengamat Komunikasi Politik Benny Susetyo mengatakan Ketua Umum Partai Golkar Setya Novanto adalah sosok yang cerdik dan memiliki banyak manuver politik. Novanto beberapa waktu lalu menyambangi Istana Kepresidenan untuk bertemu Presiden Joko Widodo.
Meski tak secara gamblang menyatakan Golkar meminta jatah kursi menteri, namun menurut Benny itulah strategi yang disusun Novanto. Menurutnya, kedatangan Novanto juga tak hanya untuk secara "simbolik" meminta kursi menteri namun untuk menakut-nakuti Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P).
"Dengan mengatakan (Golkar) dukung Jokowi maju Pilpres 2019, tanpa PDI-P siap mendukung. Artinya kalau macam-macam, menteri-menterinya bisa diisi oleh Golkar," ujar Benny di Kantor Para Syndycate, Kebayoran Baru, Jakarta, Jumat (27/5/2016).
Novanto sebelumnya menyatakan bahwa Golkar akan mendukung Jokowi untuk maju ke Pilpres 2019. Hal ini dinilai sejumlah pihak sebagai bentuk mendahului PDI-P sebagai partai dari Jokowi sendiri. Sebab, PDI-P sendiri belum memutuskan apakah akan kembali mengusung Jokowi untuk Pilpres 2019 atau tidak.
Meski Golkar berubah haluan dari oposisi pemerintah menjadi pendukung pemerintah, namun bantahan datang dari pihak Golkar bahwa dukungan mereka untuk meminta kursi menteri. (Baca: Dukungan Novanto kepada Jokowi pada Pilpres 2019 Dinilai untuk Selamatkan Citra Golkar)
Di sisi lain Benny menilai, jika Jokowi mengakomodasi Golkar dan PAN dalam kabinet pada reshuffle jilid II nanti, maka kabinet akan sangat gemuk.
Hal tersebut menurutnya akan membawa keuntungan untuk Jokowi, karena Jokowi bisa lebih leluasa dalam memilih orang-orang mana yang akan dia tempatkan di kursi menteri.
"Masalahnya adalah partai pengusung. Apakah mereka rela? Nah itu friksinya. Konflik kepentingan terjadi," kata Benny. (Baca: Ketum Partai Golkar Setya Novanto Temui Jokowi di Istana)
Koalisi gemuk, kata Benny, akan membuat kabinet tak efektif bekerja. Ia pun mewanti presiden karena waktu yang tersisa hanya lah satu tahun ke depan. Waktu satu tahun tersebut perlu dimanfaatkan secara efektif.
Waktu Jokowi hanya singkat, pasalnya Pemilu Legislatif dan Pemilu Presiden 2019 akan segera datang. Menurut Benny, dua tahun terakhir jelang Pileg dan Pilpres, partai akan jor-joran untuk mempersiapkan dua acara politik tersebut.
"Kalau satu tahun tidak ada story keberhasilan, maka dia akan menghadapi persoalan," tutup Benny.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.