21 Mei 2016, 18 tahun lalu adalah bangkitnya (kembali) anak-anak muda Indonesia ke pentas sejarah panjang negeri ini. Untuk apa ? Jawabnya: memperbaiki keadaan. Caranya? Reformasi!
Reformasi atas rezim pemerintahan orde baru yang berkuasa lama sekali; 32 tahun. Di jaman itu hingga hari ini kata ajaib "reformasi" seperti energi pemersatu bagi anak muda untuk memastikan gerakannya sebagai "social movement" yang dasyat.
Aku sendiri menjadi bagian dari reformasi itu yang kulakoni di jantung reformasi, Semanggi, Unika Atma Jaya Jakarta; Saksi sejarah negeri ini.
Untuk memastikan semangat reformasi sekaligus sebagai semangat hari kebangkitan nasional tetap hidup dan membara di relung jiwa, kali ini saya melakukan kerja politik bersama ratusan anak muda di Tanjung Pinang, ibukota Kepulauan Riau, sang Negeri pantun kota Gurindam.
Kepri: 12 Tahun
1 Juli 2016 nanti, genap 12 tahun Kepulauan Riau (Kepri) menjadi provinsi yang lepas dari provinsi induknya, Riau daratan. Orang Melayu menyebut Kepri dengan negeri segantang lada (banyak pulau).
Tak tanggung-tanggung ada 2.408 pulau yang bertebaran di lintasan Selat Malaka; lalu lintas perdagangan dunia yang super sibuk sejak ribuan tahun lalu dan dilayari tak kurang 50 ribu kapal besar, diapit tiga wilayah negara Indonesia, Singapura dan Malaysia.
Ribuan pulau itu hanya membentuk daratan 10.595 km persegi atau setara 4 persen saja wilayahnya. Sisanya 96 persen terdiri dari air, air dan air yang membentuk lautan; 241.215 km persegi. "
Wuih... panjang kali lebar sama dengan luas luas sekali," kataku bergurau mendengar penjelasan teman teman budayawan Makyong, di Tanjung Pinang.
Jumlah penduduknya 2 juta jiwa lebih tersebar di Kota Batam, Tanjungpinang, Kabupaten Bintan, Karimun, Natuna, Lingga dan Kepulauan Anambas. Sebaran penduduk terbesar ada di Batam dengan jumlah 1,2 juta jiwa atau 60 persen dari penduduk Kepri.
"Secara ekonomi, Batam, Bintan dan Karimun (BBK) menjadi kawasan strategis nasional yang diberi kekhususan sebagai kawasan perdagangan bebas (free trade zone). Kawasan BBK oleh pemerintah diharapkan mampu menggerakkan perekonomian nasional bahkan regional," kata Surya Makmur, anggota DPRD Kepri dari Partai Demokrat.
"Sementara Natuna, Anambas dan Lingga (NAL) dijadikan sebagai kawasan strategis provinsi, yang menopang pertumbuhan ekonomi daerah. Natuna dan Anambas mengandalkan dana bagi hasil migas yang belakangan mengalami penurunan sangat drastis. Sedangkan Lingga mengharapkan hasil pertambangan umum, pertanian dan perikanan yang juga belum bergerak maju", kata Hotman Hutapea, ketua Fraksi Partai Demokrat di DPRD Kepri.
Yang sangat menarik adalah ternyata ada 19 pulau-pulau terdepan berbatasan langsung dengan negara-negara tetangga; antara lain Pulau Nipah dengan Singapura, Pulau Karimun Kecil dengan Malaysia, Pulau Sekatung (Natuna) dengan Vietnam.
"Ini beranda terdepan Indonesia yang super penting dilihat dari keamanan, ekonomi dan tentu dari sisi kedaulatan negara Indonesia,"batinku.
Semangat Kebangkitan
Semangat kebangkitan nasional itu mengiringiku menuju kota Tanjung Pinang, sekalipun cuaca mendung menaungi Bandara Soekarno Hatta sore itu, 21 Mei 2016.
Mendung hari itu seolah mengingatkan cuaca politik di seantero nusantara 18 tahun lalu saat reformasi mencapai puncaknya. Reformasi menuntut kebebasan bersuara dan demokrasi serta melawan korupsi digerakkan anak-anak muda dan mahasiswa serta masyarakat Indonesia.
Pagi Pukul 5.40 saya terbang ke Denpasar untuk memastikan ruang publik untuk demokrasi dan politik tambah lagi. Ruang publik itu namanya Cafe Demokrat yang akan terus lahir di banyak tempat sebagai kedai atau Lapo (lapangan politik) tempat orang Indonesia bercengkrama.
Pukul 14.00 aku balik ke Jakarta untuk kejar pesawat Garuda yang akan menerbangkan ku ke Bandara Hang Nadim di Batam pukul 16.00. Untuk apa ? Bergabung dengan Pepy Chandra, perempuan seniman terkenal Makyong yang juga anggota DPRD Tanjung Pinang Partai Demokrat.
"Aku seniman yang politisi," katanya sambil menambahkan "Anda besok akan bicara dengan 300 anak muda Kepri dalam acara sembang-sembang".
"Apa itu sembang sembang?" tanyaku padanya.
"Sama seperti yang anda sering sebutkan nonangnonang,"katanya menjawab.
"Wah...kaya sekali budaya kita," kataku membalasnya.
Persis pukul 20.00 kami mendarat di Batam disambut cuaca mendung. Kali ini saya ditemani Bung Harris Wijaya, Bung Pakpahan, Bung Saiman, tim Polhukam DPP Partai Demokrat dan beberapa anggota DPRD Pandeglang asal Partai Demokrat.
"15 menit menuju pelabuhan dan langsung ke Tanjung Pinang 45 menit," kata Husnizar Hood menjelaskan, karena ada yang kurang siap nyebrang malam lewat laut.
"Ok, kita nginap di Batam, besok pagi kita nyebrang," kataku memutuskan dan mengajak makan ayam kampung goreng bawang dan sop ikan batam yang terkenal di kota itu.
Saat kami menikmati makan malam, tiba-tiba badai kencang menerjang kota Batam. “Sering begini kejadiannya?” tanyaku pada pemilik rumah makan.
“Jarang sekali pak, paling paling hanya 2 kali dalam setahun,” jawabnya.
“Sudah betul bang Sekjen batal berangkat ke Tanjung Pinang malam ini,” sahut bung Harris.
Tidak ada yang kebetulan. Kalau kami berangkat tadi, bisa jadi kapal kami dihantam angin tersebut di tengah perjalanan, atau menyusahkan tim penyambutan di Tanjung Pinang, karena tak lama badai terjadi di Batam.
Ternyata setengah jam kemudian Tanjung Pinang pun dilewati badai dan menyebabkan banyak pohon tumbang dan arus listrik mati dan gelap di sana. Tapi itu berlangsung tak lama, Kota Tanjung Pinang terang lagi.
Sembang Sembang Generasi Juara
Acara Sembang Sembang Kepemimpinan Masa Depan yang di prakarsai oleh DPC Tanjung Pinang Demokrat pun dibuka oleh Pepy Candra. "Selamat Datang Bung Hinca dan rombongan di Tanjung Pinang Kota Gurindam, Negeri Pantun,” langsung melepas pantun dan kata bijak ala Melayu.
“Di Tanjung Pinang tempat berada, banyak orang menjual sampan. Acara digagas untuk generasi muda, agar menjadi pemimpin di masa depan. Partai Demokrat hanya penggagas, untuk berbagi kepada semua. Kearifan orang Melayu adalah cerdas, untuk menjadi bangsa juara. Ingat pesan Gurindam Duabelas, karya agung Raja Ali Haji. Jika kita berpikir cerdas, Insha Allah jadi peneraju (pemimpin) negeri”.
Saya jadi pembicara akhir setelah dua pembicara tampil. Wakil walikota Tanjung Pinang, Haji Syahrul menyampaikan pesan untuk anak muda Kepri dengan pantun yang memberi nilai-nilai kearifan lokal. Prof Dr. Suhardi Mukhlis, M.Si, Ph. D, dosen Universitas STISOSPOL Raja Haji bicara memanaskan semangat ratusan pemuda di ruangan itu.
#Bangsajuara