Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Hakim Kembali Ditangkap, Kepercayaan Masyarakat terhadap Pengadilan Terus Menurun

Kompas.com - 24/05/2016, 17:00 WIB
Ayu Rachmaningtyas

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com — Kembali tertangkapnya hakim dengan sangkaan korupsi dinilai bakal semakin menurunkan kepercayaan publik kepada hukum dan peradilan di Indonesia.

"Persepsi dan kepercayaan publik diperkirakan akan terus menurun dengan berulangnya kejadian serupa," kata Juru Bicara Komisi Yudisial (KY) Farid Wadji di Jakarta, Selasa (24/5/2016).

Hal itu disampaikan Farid menyikapi operasi tangkap tangan terhadap hakim Pengadilan Tindak Pidana Korupsi di Bengkulu berinisial JP oleh Komisi Pemberantasan Korupsi.

(Baca: Hakim Tipikor Bengkulu yang Tertangkap Tangan KPK Dibawa ke Jakarta)

Farid mengatakan, dalam catatan KY, sejak Januari sampai dengan hari ini, muncul 11 kasus yang melibatkan aparat pengadilan, yang terdiri dari tiga pejabat pengadilan dan delapan hakim.

Untuk itu, KY mendesak Mahkamah Agung (MA) agar lebih terbuka dalam proses pembenahan internal demi mencegah permasalahan serupa terjadi.

(Baca: Kasus Tangkap Tangan Hakim Tunjukkan Pengadilan Jadi Tempat "Berdagang")

"Perlu ditegaskan bahwa pengawasan tidak ditujukan untuk tujuan merusak, tetapi justru untuk mengembalikan kepercayaan publik yang telah semakin terpuruk," katanya.

Menurut Farid, perlu ada langkah progresif dari aspek internal MA untuk melakukan evaluasi dalam menjaga kehormatan dan martabat peradilan.

(Baca: JP, Hakim Tipikor Keenam yang Ditangkap KPK)

Ke depan, KY akan melakukan koordinasi antara KPK dan MA untuk dilanjutkan ke masing-masing lembaga sesuai dengan kewenangan konstitusional yang dimiliki.

"Termasuk di dalamnya lebih memperketat pengawasan dan internalisasi kode etik kepada para hakim serta perbaikan sistem promosi dan mutasi," ujarnya.

Farid menambahkan, permalasahan ini harus dijadikan pelajaran berharga bagi para hakim agar lebih profesional dan menjaga integritas.

(Baca: Hakim Diciduk KPK, Sidang Putusan Kasus Korupsi di Bengkulu Ditunda)

Ia mengingatkan bahwa hakim adalah wakil Tuhan serta profesi yang mulia. Orang-orang yang menjadi hakim adalah pilihan. Seharusnya, seorang hakim mampu menunjukkan sikap keteladanan dalam semua aspek berkehidupan.

"Pilihlah satu dari dua, berhenti melakukan pelanggaran atau mengundurkan diri sebagai hakim," kata Farid.

KPK melakukan operasi tangkap tangan terhadap hakim Pengadilan Tindak Pidana Korupsi di Bengkulu, Senin (23/5/2016). Hakim berinisial JP tersebut juga menjabat sebagai Kepala Pengadilan Negeri Kabupaten Kepahiang.

Operasi tangkap tangan dilakukan di rumah dinas Kepala PN Kepahiang. Hingga saat ini, belum ada penjelasan lebih lanjut mengenai dugaan tindak pidana korupsi yang diduga dilakukan JP.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Obituari Tumbu Saraswati, Politikus Senior PDI-P Sekaligus Pendiri TPDI

Obituari Tumbu Saraswati, Politikus Senior PDI-P Sekaligus Pendiri TPDI

Nasional
Wakil Ketua KPK Bantah Serang Balik Dewas dengan Laporkan Albertina Ho

Wakil Ketua KPK Bantah Serang Balik Dewas dengan Laporkan Albertina Ho

Nasional
Nurul Ghufron Gugat Dewas KPK ke PTUN Jakarta

Nurul Ghufron Gugat Dewas KPK ke PTUN Jakarta

Nasional
JK Puji Prabowo Mau Rangkul Banyak Pihak, tapi Ingatkan Harus Ada Oposisi

JK Puji Prabowo Mau Rangkul Banyak Pihak, tapi Ingatkan Harus Ada Oposisi

Nasional
Mantan Anak Buah SYL Mengaku Dipecat Lantaran Tolak Bayar Kartu Kredit Pakai Dana Kementan

Mantan Anak Buah SYL Mengaku Dipecat Lantaran Tolak Bayar Kartu Kredit Pakai Dana Kementan

Nasional
Beri Selamat ke Prabowo-Gibran, JK: Kita Terima Kenyataan yang Ada

Beri Selamat ke Prabowo-Gibran, JK: Kita Terima Kenyataan yang Ada

Nasional
DPR Bakal Kaji Ulang Desain Pemilu Serentak karena Dianggap Tak Efisien

DPR Bakal Kaji Ulang Desain Pemilu Serentak karena Dianggap Tak Efisien

Nasional
Komisi II Sebut 'Presidential Threshold' Jadi Target Rencana Revisi UU Pemilu

Komisi II Sebut "Presidential Threshold" Jadi Target Rencana Revisi UU Pemilu

Nasional
Prabowo Nyanyi 'Pertemuan' di Depan Titiek Soeharto: Sudah Presiden Terpilih, Harus Tepuk Tangan walau Suara Jelek

Prabowo Nyanyi "Pertemuan" di Depan Titiek Soeharto: Sudah Presiden Terpilih, Harus Tepuk Tangan walau Suara Jelek

Nasional
Fraksi Golkar Bakal Dalami Usulan Hakim MK soal RUU Pemilu dan Pembentukan UU Lembaga Kepresidenan

Fraksi Golkar Bakal Dalami Usulan Hakim MK soal RUU Pemilu dan Pembentukan UU Lembaga Kepresidenan

Nasional
Politikus Senior PDI-P Tumbu Saraswati Meninggal Dunia, Penghormatan Terakhir di Sekolah Partai

Politikus Senior PDI-P Tumbu Saraswati Meninggal Dunia, Penghormatan Terakhir di Sekolah Partai

Nasional
Bubar Jalan dan Merapat ke Prabowo, Koalisi Perubahan Dinilai Hanya Jual Gimik Narasi Kritis

Bubar Jalan dan Merapat ke Prabowo, Koalisi Perubahan Dinilai Hanya Jual Gimik Narasi Kritis

Nasional
Ucapkan Selamat ke Prabowo-Gibran, PPP: Tak Ada Lagi Koalisi 01 dan 03

Ucapkan Selamat ke Prabowo-Gibran, PPP: Tak Ada Lagi Koalisi 01 dan 03

Nasional
CSIS: Pemilu 2024 Hasilkan Anggota DPR Muda Paling Minim Sepanjang Sejarah sejak 1999

CSIS: Pemilu 2024 Hasilkan Anggota DPR Muda Paling Minim Sepanjang Sejarah sejak 1999

Nasional
PPATK Koordinasi ke Kejagung Terkait Aliran Dana Harvey Moeis di Kasus Korupsi Timah

PPATK Koordinasi ke Kejagung Terkait Aliran Dana Harvey Moeis di Kasus Korupsi Timah

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com