JAKARTA, KOMPAS.com - Peneliti politik dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia Siti Zuhro menilai tidak ada urgensi bagi Partai Golkar untuk kembali mengusulkan mantan Presiden Soeharto sebagai pahlawan nasional.
Usulan tersebut diputuskan saat Musyawarah Nasional Luar Biasa Partai Golkar di Nusa Dua, Bali, Senin (16/5/2016).
"Sebetulnya prioritas Golkar setelah munaslub apa? Karena Golkar punya pekerjaan rumah yang sangat banyak, khususnya setelah friksi," kata Siti saat dihubungi Kompas.com, Selasa (17/5/2016).
Menurut Siti, hal yang paling penting dilakukan di tubuh Partai Golkar saat ini adalah bagaimana membangun soliditas kepengurusan baru dan membangun kepercayaan terhadap publik.
Selain itu, Golkar juga perlu membangun mekanisme solusi konfik dan silang pendapat di antara para elitenya.
"Itu jauh lebih penting untuk membangin internal dulu. Tidak mungkin Golkar akan meyakinkan publik kalau internal Golkar kocar-kacir. Pekerjaan pertamanya itu dulu, tidak perlu memikirkan pahlawan dulu," ucap Siti.
Usulan Partai Golkar agar Soeharto menjadi pahlawan nasional disampaikan Aburizal Bakrie saat menyampaikan pidatonya pada paripurna munaslub.
(Baca: Munaslub Golkar Usulkan Soeharto Jadi Pahlawan Nasional)
"Partai Golkar pernah mengusulkan Soeharto jadi pahlawan nasional. Belum berhasil. Kali ini, Munas mengusulkan kembali ke DPP agar Soeharto untuk menjadi Pahlawan Nasional," kata Aburizal.
Teknis pengusulan Soeharto menjadi pahlawan nasional nantinya akan dibahas di sidang komisi.