Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Nah... Uji Coba Plastik Berbayar Sudah Ada Hasilnya

Kompas.com - 13/05/2016, 05:27 WIB
Sri Noviyanti

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com – Kebijakan kantong plastik berbayar yang sudah diuji coba di 23 kota di seluruh Indonesia sejak 21 Februari 2016, disebut telah membuahkan hasil. Ada penurunan penggunaan kantong plastik di kota-kota itu.

“Ada penurunan penggunaan kantong plastik di 23 kota, (dengan penurunan) 25 persen sampai 80 persen,” ujar Dirjen Pengelolaan Sampah, Limbah, dan Bahan Beracun Berbahaya (PLSB3) Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) Tuti Hendrawati Mintarsih, Kamis (28/4/2016).

Berbicara dala konferensi pers sosialisasi tas belanja berulang kali pakai dari Tempo Scan Love Earth, Tuti menyebutkan, tim evaluasi berasa dari jajaran kementeriannya yang bekerja sama dengan personel Gerakan Diet Kantong Plastik.

Uji coba penerapan kantong plastik berbayar ini berlaku di toko-toko ritel di 23 kota tersebut. “Pengurangan (penggunaan kantong plastik) paling tinggi ada di Banjarmasin, turun sampai 80 persen. Kalau yang terendah ada di Kendari,” imbuh Tuti.

Tas khas lokal

Tuti mengakui keberhasilan Banjarmasin tak lepas dari peran pemerintah daerah setempat. Dia pun berharap kesadaran dan inisiatif serupa bisa tumbuh di kota-kota lain. (Baca: Sore-sore, "Rampok Plastik" Kejutkan Kota Kasablanka)

“Di Banjarmasin, pemda sigap berkoordinasi dengan komunitas. Tidak segan-segan, banyak masyarakat yang dilibatkan langsung,” ungkap Kepala Subdirektorat Barang dan Kemasan Direktorat Pengelola Sampah Ditjen PSLB3 KLHK Ujang Solihin Sidik, melengkapi paparan Tuti.

Bahkan, kata Ujang, ada cerita menarik saat timnya mengevaluasi Banjarmasin. Di sana, wali kota sudah memberlakukan pelarangan penggunaan plastik sekali pakai. “Sebagai gantinya, masyarakat diwajibkan memakai tas khas (Banjarmasin), yaitu (tas) bakul purun,” ujar dia.

Thinkstock Ilustrasi sampah plastik.
Ide tersebut, kata Ujang, patut dicontoh. Sebab, selain bisa menekan penggunaan kantong plastik, kewajiban itu sekaligus melestarikan kerajinan tangan yang menjadi identitas masyarakat.

“Berbeda sekali dengan yang kami dapati di Kendari. Di sana, banyak masyarakat yang belum tahu kalau pemerintah sudah memberlakukan kebijakan kantong pastik berbayar,” kata Ujang. Menurut dia, informasi belum terserap penuh di Kendari.

Sebelumnya, kebijakan kantong plastik berbayar didasari hasil riset yang menyebutkan bahwa Indonesia adalah penyumbang sampah plastik kedua terbanyak ke laut. Sampah yang dihasilkan mencapai 187,2 juta ton. Riset tersebut dilakukan oleh Jenna Jambeck dan kawan-kawan pada 2015.

“Kebijakan kantong plastik berbayar bukan ditujukan untuk mendapatkan untung, melainkan sebagai konsekuesi bagi kita kalau sudah terlibat dalam (topik) pencemaran lingkungan,” kata Tuti.

Tuti pun lalu bertutur soal tumpukan sampah yang dia temukan setiap kali mendatangi tempat pembuangan akhir (TPA).  “Itu gunungan sampah tidak pernah turun. Tandanya, sampah yang menumpuk bukanlah (sampah) organik, melainkan plastik,” tegas dia.

Seperti banyak diungkap, plastik pada dasarnya punya sifat sulit terurai. Kalaupun bisa terurai, butuh waktu yang sangat panjang, sampai-sampai bisa diibaratkan fosil plastik bisa menjadi warisan bagi anak cucu bila kondisi saat ini tak dibenahi. (Baca: Apa Mau Anak Cucu Tinggal di Atas “Fosil”?

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Halalbihalal Merawat Negeri

Halalbihalal Merawat Negeri

Nasional
Tak Ada Tim Transisi pada Pergantian Pemerintahan dari Jokowi ke Prabowo

Tak Ada Tim Transisi pada Pergantian Pemerintahan dari Jokowi ke Prabowo

Nasional
Kasasi KPK Dikabulkan, Eltinus Omaleng Dihukum 2 Tahun Penjara

Kasasi KPK Dikabulkan, Eltinus Omaleng Dihukum 2 Tahun Penjara

Nasional
Penetapan Presiden di KPU: Prabowo Mesra dengan Anies, Titiek Malu-malu Jadi Ibu Negara

Penetapan Presiden di KPU: Prabowo Mesra dengan Anies, Titiek Malu-malu Jadi Ibu Negara

Nasional
Gibran Bertemu Ma'ruf Amin, Saat Wapres Termuda Sowan ke yang Paling Tua

Gibran Bertemu Ma'ruf Amin, Saat Wapres Termuda Sowan ke yang Paling Tua

Nasional
Anies Dinilai Masih Berpeluang Maju Pilkada Jakarta, Mungkin Diusung Nasdem dan PKB

Anies Dinilai Masih Berpeluang Maju Pilkada Jakarta, Mungkin Diusung Nasdem dan PKB

Nasional
Petuah Jokowi-Ma'ruf ke Prabowo-Gibran, Minta Langsung Kerja Usai Dilantik

Petuah Jokowi-Ma'ruf ke Prabowo-Gibran, Minta Langsung Kerja Usai Dilantik

Nasional
Kejagung Periksa 3 Saksi Terkait Kasus Korupsi Timah, Salah Satunya Pihak ESDM

Kejagung Periksa 3 Saksi Terkait Kasus Korupsi Timah, Salah Satunya Pihak ESDM

Nasional
Tak Dukung Anies Maju Pilkada Jakarta, PKS Dinilai Ogah Jadi “Ban Serep” Lagi

Tak Dukung Anies Maju Pilkada Jakarta, PKS Dinilai Ogah Jadi “Ban Serep” Lagi

Nasional
2 Prajurit Tersambar Petir di Mabes TNI, 1 Meninggal Dunia

2 Prajurit Tersambar Petir di Mabes TNI, 1 Meninggal Dunia

Nasional
Usung Perubahan Saat Pilpres, PKB-Nasdem-PKS Kini Beri Sinyal Bakal Gabung Koalisi Prabowo

Usung Perubahan Saat Pilpres, PKB-Nasdem-PKS Kini Beri Sinyal Bakal Gabung Koalisi Prabowo

Nasional
[POPULER NASIONAL] Anies-Muhaimin Hadir Penetapan Presiden-Wapres Terpilih Prabowo-Gibran | Mooryati Soedibjo Tutup Usia

[POPULER NASIONAL] Anies-Muhaimin Hadir Penetapan Presiden-Wapres Terpilih Prabowo-Gibran | Mooryati Soedibjo Tutup Usia

Nasional
Sejarah Hari Posyandu Nasional 29 April

Sejarah Hari Posyandu Nasional 29 April

Nasional
Tanggal 27 April 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 27 April 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
Wakil Ketua KPK Dinilai Punya Motif Buruk Laporkan Anggota Dewas

Wakil Ketua KPK Dinilai Punya Motif Buruk Laporkan Anggota Dewas

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com