Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Korupsi dan Ketidakbahagiaan Kolektif

Kompas.com - 11/05/2016, 05:15 WIB

 

Oleh: Antony Lee

Di Gedung Komisi Pemberantasan Korupsi di Jakarta, beberapa wartawan sempat bergunjing soal tahanan KPK yang kerap menebar senyum saat diwawancara.

Salah satu pertanyaan yang sempat mengemuka ialah apakah senyuman itu pertanda mereka sebenarnya tetap bahagia kendati ketahuan korupsi.

Jawabannya macam-macam. Ada yang menyampaikan mereka bahagia-bahagia saja karena hukumannya bakal tak terlalu berat.

Setelah bebas, mereka tetap bisa menikmati hidupnya dari harta hasil korupsi yang aman tersimpan. Namun, ada juga yang berpendapat mereka sebenarnya tidak bahagia.

"Itu senyum karena mereka stres saja paling," kata wartawati surat kabar yang bertugas meliput di KPK.

Jawaban dari celetukan pertanyaan itu tentu hanya si koruptor yang benar-benar tahu. Namun, bagaimana jika pertanyaan itu diubah, bukan dilihat dari perspektif pelaku, tetapi korban? Apakah ulah para koruptor itu membuat orang-orang Indonesia menjadi tidak bahagia?

Belum lama ini, Laporan Kebahagiaan Dunia (World Happiness Report) tahun 2016 menempatkan Indonesia sebagai negara yang tingkat kebahagiaannya sedang-sedang saja. Indonesia menduduki peringkat ke-79 dari 157 negara.

Posisi itu turun lima tingkat dari laporan tahun sebelumnya. Dalam laporan yang diluncurkan Maret 2016 itu, di kawasan Asia Tenggara, Indonesia masih berada di bawah Singapura (22), Thailand (33), dan Malaysia (47).

Sementara posisi 10 besar didominasi negara Nordik, seperti Denmark, Eslandia, Swedia, Norwegia, dan Finlandia.

Laporan Kebahagiaan Dunia disusun peneliti independen atas dukungan United Nations Sustainable Development Solutions Network (UNSDSN).

Dalam menyusun peringkat kebahagiaan negara, para peneliti itu menggunakan delapan indikator, yakni produk domestik bruto per kapita, data seri tingkat harapan hidup, dukungan sosial, kebebasan untuk menentukan pilihan hidup, kedermawanan, persepsi korupsi, perasaan positif, dan perasaan negatif.

Laporan yang menguantifikasi tingkat kebahagiaan kolektif negara ini pertama kali diluncurkan tahun 2012 sebagai alternatif dari indikator pembangunan yang terlalu menitikberatkan pada aspek ekonomi.

Nah, kembali ke soal kaitan antara korupsi dan kebahagiaan, beberapa riset mulai menggali korelasi di antara kedua variabel itu. Memang, belum sesignifikan kajian-kajian dampak korupsi terhadap perekonomian atau terhadap tingkat kemiskinan.

Secara anekdotikal, korelasi antara kedua hal itu juga bisa dilihat jika data Indeks Persepsi Korupsi (IPK) yang disusun Transparency International disandingkan dengan peringkat Laporan Kebahagiaan Dunia.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

TNI Kirim 900 Payung Udara untuk Salurkan Bantuan ke Warga Palestina

TNI Kirim 900 Payung Udara untuk Salurkan Bantuan ke Warga Palestina

Nasional
Terseretnya Nama Jokowi di Pusaran Sengketa Pilpres 2024 di MK...

Terseretnya Nama Jokowi di Pusaran Sengketa Pilpres 2024 di MK...

Nasional
Serangan Balik KPU dalam Sidang Sengketa Pilpres di MK...

Serangan Balik KPU dalam Sidang Sengketa Pilpres di MK...

Nasional
Soal Flu Singapura, Menkes: Ada Varian Baru Tapi Tidak Mematikan Seperti Flu Burung

Soal Flu Singapura, Menkes: Ada Varian Baru Tapi Tidak Mematikan Seperti Flu Burung

Nasional
Kasus yang Jerat Suami Sandra Dewi Timbulkan Kerugian Rp 271 Triliun, Bagaimana Hitungannya?

Kasus yang Jerat Suami Sandra Dewi Timbulkan Kerugian Rp 271 Triliun, Bagaimana Hitungannya?

Nasional
Menkes Minta Warga Tak Panik DBD Meningkat, Kapasitas RS Masih Cukup

Menkes Minta Warga Tak Panik DBD Meningkat, Kapasitas RS Masih Cukup

Nasional
Kursi Demokrat di DPR Turun, AHY: Situasi di Pemilu 2024 Tidak Mudah

Kursi Demokrat di DPR Turun, AHY: Situasi di Pemilu 2024 Tidak Mudah

Nasional
Serba-serbi Pembelaan Kubu Prabowo-Gibran dalam Sidang Sengketa Pilpres di MK

Serba-serbi Pembelaan Kubu Prabowo-Gibran dalam Sidang Sengketa Pilpres di MK

Nasional
Kecerdasan Buatan Jadi Teman dan Musuh bagi Industri Media

Kecerdasan Buatan Jadi Teman dan Musuh bagi Industri Media

Nasional
Saat Sengketa Pilpres di MK Jadi Panggung bagi Anak Yusril, Otto, Maqdir, dan Henry Yoso...

Saat Sengketa Pilpres di MK Jadi Panggung bagi Anak Yusril, Otto, Maqdir, dan Henry Yoso...

Nasional
Pemerintah Kembali Banding di WTO, Jokowi: Saya Yakin Kita Mungkin Kalah Lagi, tapi...

Pemerintah Kembali Banding di WTO, Jokowi: Saya Yakin Kita Mungkin Kalah Lagi, tapi...

Nasional
Menteri ESDM Pastikan Divestasi Saham PT Freeport Akan Sepaket dengan Perpanjangan Kontrak Hingga 2061

Menteri ESDM Pastikan Divestasi Saham PT Freeport Akan Sepaket dengan Perpanjangan Kontrak Hingga 2061

Nasional
Kata Bahlil Usai Terseret dalam Sidang MK Imbas Dampingi Gibran Kampanye di Papua

Kata Bahlil Usai Terseret dalam Sidang MK Imbas Dampingi Gibran Kampanye di Papua

Nasional
[POPULER NASIONAL] Gugatan Anies dan Ganjar Tak Mustahil Dikabulkan | Harvey Moeis Tersangka Korupsi

[POPULER NASIONAL] Gugatan Anies dan Ganjar Tak Mustahil Dikabulkan | Harvey Moeis Tersangka Korupsi

Nasional
Jaksa KPK Diduga Peras Saksi Rp 3 Miliar

Jaksa KPK Diduga Peras Saksi Rp 3 Miliar

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com