JAKARTA, KOMPAS.com — Pengamat politik dari Center for Strategic and International Studies (CSIS), J Kristiadi, menuturkan, Musyawarah Nasional Luar Biasa Partai Golkar merupakan arena bertanding bagi dua calon ketua umum terkuat, yaitu Setya Novanto dan Ade Komarudin.
Dua figur tersebut dinilai memiliki patron, jaringan, dan pasukan yang sama kuat.
"Pertarungan ini begitu keras. Sekeras (Munas) Bali, (Munas) Riau," ujar Kristiadi seusai mengisi acara diskusi di bilangan Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, Rabu (4/5/2016).
Kristiadi pun menilai pemerintah punya kepentingan terhadap Munaslub Partai Golkar. Karena itu, calon ketua umum pun diharapkan mampu bekerja sama dengan pemerintah.
"Supaya agenda pemerintah bisa berjalan lancar," ucapnya.
Namun, di luar dua figur tersebut, ia melihat sosok Airlangga Hartarto sebagai figur yang diperkirakan dapat bersaing dengan Novanto dan Ade.
Ia beranggapan, Airlangga mampu bekerja sama dan bisa mengakomodasi kepentingan pemerintah.
"Menurut saya, orang inilah yang paling nyaman di hati Jokowi dan JK," kata Kristiadi.
Namun, Kristiadi meragukan sepak terjang Airlangga, terutama jika Airlangga ditandingkan dengan Novanto dan Ade.
"Enggak bisa, susah. Medan itu bukan punya Airlangga. Medan itu milik Ical (Aburizal Bakrie). Ical kan punya Setnov," ujarnya.
Adapun 11 orang yang mencalonkan diri sebagai ketua umum Partai Golkar yaitu Tommy Soeharto, Ade Komarudin, Setya Novanto, Airlangga Hartarto, Idrus Marham, Aziz Syamsudin, Mahyudin, Syahrul Yasin Limpo, Indra Bambang Utoyo, Priyo Budi Santoso, dan Wati Amir.
Namun, Idrus Marham telah membatalkan diri sebagai calon ketua umum. Karena itu, bakal calon ketua umum Partai Golkar hanya tinggal 10 orang.