Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Surat Kartini Sang Perintis dan Susi Pudjiastuti...

Kompas.com - 25/04/2016, 07:02 WIB
Bayu Galih

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Perjuangan Raden Ajeng Kartini agar perempuan bisa mendapatkan hak yang setara dengan laki-laki tidak mudah. Hal ini pun dipahami oleh Kartini semasa hidup.

Hal ini terungkap dalam surat Kartini kepada Rosa Abendanon-Mandri, tanggal 7 Oktober 1900. Rosa Abendanon merupakan istri dari Jacques Henrij Abendanon, Menteri Kebudayaan, Agama, dan Kerajinan Pemerintah Hindia Belanda, yang mendekati Kartini demi Politik Etis yang dijalaninya.

Kartini menyadari bahwa jalan yang ditempuhnya agar perempuan dapat menentukan sendiri masa depannya itu tidak mudah, saat berbincang dengan ibu kandungnya.

"Belum selang lama ini saya dan Ibu bercakap-cakap ihwal perempuan. Lalu saya nyatakan sekian kalinya lagi, bahwa saya hendak lepas. Berusaha sendiri, melayang bebas bagai burung di langit," tulis Kartini, seperti dikutip dari buku Habis Gelap Terbitlah Terang (1938) yang diterjemahkan Armijn Pane.

Ketika itu, perempuan Jawa, terutama bangsawan seperti Kartini, memang hidup serba dalam keterbatasan. Di usia 12 tahun, Kartini harus menjalani masa pingitan, tidak boleh keluar rumah hingga ada yang melamarnya menjadi seorang istri.

Saat Kartini menyatakan bahwa dia ingin agar perempuan bebas menentukan nasibnya, sang ibu berusaha menjelaskan bahwa impian itu sulit terwujud.

"Kata Ibu, 'Tetapi belum ada orang kita yang berbuat begitu...'," tulis Kartini.

Ibunya kembali menjelaskan, "Tetapi tahukah engkau, segala usaha memulai itu sukar adanya? Segala orang yang merintis, mulai mencari jalan, nasibnya tentu susah? Tahukah engkau, celaan, kecewa berturut-turut, sindiran, akan datang nanti menimpamu…?"

Kartini pun memahami bahwa perjuangannya sulit. Jalan yang ditempuh pun tidak mudah.

"Saya tahu, jalan yang hendak saya tempuh itu sukar, banyak duri dan onaknya dan lubang-lubangnya. Jalan itu berbatu-batu, berlekak-lekuk, licin. Jalan itu… belum dirintis."

Meski begitu, Kartini rela menempuh jalan itu, meskipun dia belum tentu bisa sampai ke ujung jalan.

"Meskipun patah di tengah jalan, saya akan mati dengan merasa berbahagia. Karena jalannya sudah terbuka dan saya ada turut membantu mengadakan jalan menuju ke tempat perempuan Bumiputra merdeka dan mandiri."

Dalam memperingati Hari Kartini, Kompas.com meminta Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti untuk membacakan kutipan surat Kartini tersebut.

Susi Pudjiastuti selama ini memang dikenal sebagai perempuan tangguh yang ikut merintis jalan untuk membuka jalur perhubungan di wilayah pelosok dengan maskapai Susi Air yang dikembangkannya.

Selain itu, Susi Pudjiastuti pun menjadi ujung tombak dalam merintis jalan Indonesia menuju Poros Maritim Dunia, seperti yang dicanangkan Presiden Joko Widodo dan Wakil Presiden Jusuf Kalla.

Simak penampilan Susi membacakan surat Kartini itu dalam video di halaman khusus Visual Interaktif Kompas (VIK) edisi "Menjaga Api Kartini" di tautan ini:

http://vik.kompas.com/kartini

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Golkar: Belum Ada Pernyataan Resmi Pak Jokowi Keluar dari PDI-P, Kami Enggak Mau 'Ge-er'

Golkar: Belum Ada Pernyataan Resmi Pak Jokowi Keluar dari PDI-P, Kami Enggak Mau "Ge-er"

Nasional
Politeknik KP Sidoarjo Buka Pendaftaran, Kuota Masyarakat Umum 80 Persen

Politeknik KP Sidoarjo Buka Pendaftaran, Kuota Masyarakat Umum 80 Persen

Nasional
Surya Paloh: Nasdem Dukung Pemerintahan Prabowo-Gibran

Surya Paloh: Nasdem Dukung Pemerintahan Prabowo-Gibran

Nasional
Kenaikan Pangkat TNI: 8 Perwira Pecah Bintang, Kabais Resmi Berpangkat Letjen

Kenaikan Pangkat TNI: 8 Perwira Pecah Bintang, Kabais Resmi Berpangkat Letjen

Nasional
JK Nilai Konflik Papua terjadi karena Pemerintah Dianggap Ingin 'Merampok'

JK Nilai Konflik Papua terjadi karena Pemerintah Dianggap Ingin "Merampok"

Nasional
Biasa Koordinasi dengan PPATK, Dewas Nilai Laporan Wakil Ketua KPK Aneh

Biasa Koordinasi dengan PPATK, Dewas Nilai Laporan Wakil Ketua KPK Aneh

Nasional
Kementerian KP Luncurkan Pilot Project Budi Daya Udang Tradisional Plus di Sulsel

Kementerian KP Luncurkan Pilot Project Budi Daya Udang Tradisional Plus di Sulsel

Nasional
Soal PDI-P Tak Hadiri Penetapan Prabowo-Gibran, Djarot Bilang Tidak Tahu

Soal PDI-P Tak Hadiri Penetapan Prabowo-Gibran, Djarot Bilang Tidak Tahu

Nasional
Rencana Revisi, DPR Ingin Sirekap dan Digitalisasi Pemilu Diatur UU

Rencana Revisi, DPR Ingin Sirekap dan Digitalisasi Pemilu Diatur UU

Nasional
BKKBN Minta Bocah 7 Tahun Sudah Tunangan Tak Dianggap Biasa

BKKBN Minta Bocah 7 Tahun Sudah Tunangan Tak Dianggap Biasa

Nasional
Terungkap di Sidang, Biaya Ultah Cucu SYL Di-“reimburse” ke Kementan

Terungkap di Sidang, Biaya Ultah Cucu SYL Di-“reimburse” ke Kementan

Nasional
Tanggapi Jokowi, Djarot PDI-P: Konstitusi Dilanggar dan Direkayasa, Kekaderannya Patut Diragukan

Tanggapi Jokowi, Djarot PDI-P: Konstitusi Dilanggar dan Direkayasa, Kekaderannya Patut Diragukan

Nasional
Polri Akan Gelar Operasi Puri Agung 2024, Kawal World Water Forum Ke-10 di Bali

Polri Akan Gelar Operasi Puri Agung 2024, Kawal World Water Forum Ke-10 di Bali

Nasional
Prabowo Guncangkan Badan Surya Paloh, Sama seperti Anies Kemarin

Prabowo Guncangkan Badan Surya Paloh, Sama seperti Anies Kemarin

Nasional
Kasus Dana PEN, Eks Bupati Muna Divonis 3 Tahun Bui

Kasus Dana PEN, Eks Bupati Muna Divonis 3 Tahun Bui

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com