Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Korupsi Merajalela, Kalla Nilai karena "Ganasnya" Kekuasaan

Kompas.com - 22/04/2016, 20:24 WIB
Yoga Sukmana

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Wakil Presiden Jusuf Kalla yakin korupsi dan kekuasaan selalu punya benang merah. Bagi Kalla, korupsi dan kekuasaan punya keterkaitan yang kuat, begitu erat.

"Sebenarnya kalau kita bicara korupsi, tentu korupsi itu ya bicara kekuasaan," ujar Kalla di Istana Wakil Presiden, Jakarta, Jumat (22/4/2016).

Ia mengungkapkan, ada kekuatan dari kekuasaan yang selalu menjadi celah bagi seseorang untuk melakukan korupsi. Kewenangan, itu yang Kalla maksudkan.

Selama ini tutur Kalla, para pemegang kekuasaan kerap kali menggunakan kewenangannya untuk kepentingan pribadi atau kelompok tertentu. Di situ lah ucap dia, kewenangannya justru menjadi komoditas.

"Kalau Anda tidak punya kewenangan, ya Anda tidak bisa korup. Karena yang diperdagangkan ialah kewenangan," kata Wapres.

"Kalau wartawan mau korupsi, korupsi apa? Anda tidak punya kewenangan memutuskan orang mendapat apa, atau meringankan apa-apa," tuturnya.

Dulu dan kini

Kalla bukan politikus kemarin sore. Tokoh yang usianya akan genap 74 tahun pada 15 Mei 2016 itu sudah kenyang makan asam garam kekuasaan.

Pada 1982, ia sudah menjadi anggota Majelis Permusyawaratan Rakyat Fraksi Golongan Karya. Bahkan, pada 1965 silam, ia sudah menjadi Anggota DPRD Sulawesi Selatan dari Golkar.

Pengalaman politiknya itu memberikannya pengetahuan sehingga mampu melihat fenomena dari berbagai sudut pandang.

Kalla melihat masa kini dengan kacamata masa silam, atau sebaliknya, melihat masa silam dengan kacamata masa kini. Begitu pula soal korupsi dan kekuasaan.

"Saya kira (korupsi dan kekuasaan dulu dan sekarang) sama saja," kata Kalla.

Namun ia tak bergeming dengan waktu. Era reformasi telah membawa keterbukaan informasi yang sangat gamblang. Jauh dibandingkan era Orde Baru.

"(Hanya saja) dulu tidak terbuka. Sekarang terbuka, ada KPK, ada semua media yang tebuka. Kalau ada orang kena tangkap (suap) live di mana-mana," ucap Mantan Ketua Himpunan Mahasiswa Islam Makassar 1965 itu.

Era keterbukaan informasi itu telah mengubah masyakarat Indonesia menjadi masyarakat yang melek politik dan melek hukum. Namun, di era yang serba terbuka ini pula, keganasan kekuasaan dinilai masih belum bisa dijinakkan.

Kewenangan masih menjadi komoditas yang kerap diperdagangkan. Bahkan, ucap Kalla, celah korupsi bisa semakin lebar sebab jumlah anggaran pemerintah yang tersedia kini begitu besar. Kira-kira, sepuluh kali lipat dari Orde Baru.

"Tapi memang itu (yang korupsi) orang tinggi. Ada 9 menteri contohnya, ada 19 gubernur, ada ratusan bupati, ada 40 anggota DPR, ratusan anggota DPRD, memang banyak," ujarnya.

Dalam sejumlah kesempatan, Wapres selalu menekankan pentingnya peran penegak hukum dalam memberantas korupsi. Baik itu, KPK, Polri, dan Kejaksaan.

Meski begitu, ia juga kerap mengingatkan pengawasan terhadap pejabat negara dan anggaran negara tak boleh dilupakan. Sebab, dari situlah upaya pencegahan tindak pidana korupsi bisa dilakukan.

Kompas TV Untuk Siapa Proyek Reklamasi Jakarta?
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

DPR Segera Panggil KPU untuk Evaluasi Pemilu, Termasuk Bahas Kasus Dugaan Asusila Hasyim Asy'ari

DPR Segera Panggil KPU untuk Evaluasi Pemilu, Termasuk Bahas Kasus Dugaan Asusila Hasyim Asy'ari

Nasional
Sinyal 'CLBK' PKB dengan Gerindra Kian Menguat Usai Nasdem Dukung Prabowo-Gibran

Sinyal "CLBK" PKB dengan Gerindra Kian Menguat Usai Nasdem Dukung Prabowo-Gibran

Nasional
Jadi Presiden Terpilih, Prabowo Tidak Mundur dari Menteri Pertahanan

Jadi Presiden Terpilih, Prabowo Tidak Mundur dari Menteri Pertahanan

Nasional
Polri: Hingga April 2024, 1.158 Tersangka Judi Online Berhasil Ditangkap

Polri: Hingga April 2024, 1.158 Tersangka Judi Online Berhasil Ditangkap

Nasional
Ganjar Bilang PDI-P Bakal Oposisi, Gerindra Tetap Ajak Semua Kekuatan

Ganjar Bilang PDI-P Bakal Oposisi, Gerindra Tetap Ajak Semua Kekuatan

Nasional
Nasdem Resmi Dukung Prabowo-Gibran, Elite PKS dan PKB Bertemu

Nasdem Resmi Dukung Prabowo-Gibran, Elite PKS dan PKB Bertemu

Nasional
Ahmad Ali Akui Temui Prabowo untuk Cari Dukungan Maju Pilkada Sulteng

Ahmad Ali Akui Temui Prabowo untuk Cari Dukungan Maju Pilkada Sulteng

Nasional
PSI Daftarkan 10 Sengketa Pileg ke MK, Anwar Usman Dilarang Mengadili

PSI Daftarkan 10 Sengketa Pileg ke MK, Anwar Usman Dilarang Mengadili

Nasional
Golkar Lebih Ingin Ridwan Kamil Maju Pilkada Jabar

Golkar Lebih Ingin Ridwan Kamil Maju Pilkada Jabar

Nasional
Polri Lanjutkan Tugas Satgas Pengamanan untuk Prabowo

Polri Lanjutkan Tugas Satgas Pengamanan untuk Prabowo

Nasional
Menhan AS Telepon Prabowo Usai Penetapan KPU, Sampaikan Pesan Biden dan Apresiasi Bantuan Udara di Gaza

Menhan AS Telepon Prabowo Usai Penetapan KPU, Sampaikan Pesan Biden dan Apresiasi Bantuan Udara di Gaza

Nasional
Terima Nasdem, Prabowo: Surya Paloh Termasuk yang Paling Pertama Beri Selamat

Terima Nasdem, Prabowo: Surya Paloh Termasuk yang Paling Pertama Beri Selamat

Nasional
Partai Pendukung Prabowo-Gibran Syukuran Mei 2024, Nasdem dan PKB Diundang

Partai Pendukung Prabowo-Gibran Syukuran Mei 2024, Nasdem dan PKB Diundang

Nasional
MKMK: Hakim MK Guntur Hamzah Tak Terbukti Langgar Etik

MKMK: Hakim MK Guntur Hamzah Tak Terbukti Langgar Etik

Nasional
Ratusan Bidan Pendidik Tuntut Kejelasan, Lulus Tes PPPK tapi Dibatalkan

Ratusan Bidan Pendidik Tuntut Kejelasan, Lulus Tes PPPK tapi Dibatalkan

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com