Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Fahri Hamzah Nilai "Tax Amnesty" Bisa Sebabkan Jokowi Rusak Perekonomian

Kompas.com - 21/04/2016, 19:09 WIB
Fachri Fachrudin

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com — Wakil Ketua DPR RI Fahri Hamzah menilai, pengesahan Undang-Undang Pengampunan Pajak atau tentang tax amnesty dapat merusak sendi-sendi perekonomian Indonesia, apalagi kalau benar-benar disahkan pada masa pemerintahan Presiden Joko Widodo kali ini.

"Jokowi bisa menjadi presiden pertama yang merusak perekonomian karena membuka pintu masuknya uang-uang haram ini masuk," ujar Fahri di Kompleks Parlemen Senayan, Kamis (21/4/2016).

Meski tax amnesty akan memberikan suntikan dana ke Indonesia dengan dalih menguatkan sektor pajak, menurut Fahri, hal ituadalah cara yang tidak normal untuk mendapatkan uang secara cepat.

"Ini membuka pintu bagi masuknya uang-uang yang kita tidak tahu, dari 'Panama Papers' itu. Uang itu bersih atau kotor?" tutur Fahri.

"Kotornya itu menimbulkan kerusakan pada sistem tubuh keuangan kita yang lain. Nah, ini yang harus mendapat perdebatan serius," kata dia.

Menurut Fahri, pembahasan tax amnesty harus mendapat perdebatan serius. Pemerintah, kata Fahri, jangan diam-diam melakukan lobi-lobi politik di DPR.

"Harus terbuka semua kepada publik," kata politisi PKS itu.

Menurut Fahri, akan lebih efektif jika pemerintah berfokus untuk mereformasi sistem hukum karena cara itu dapat memberikan kepastian hukum perpajakan.

"Sekali lagi, kan belum tahu dari tax amnesty itu berapa (nominalnya yang akan didapatkan negara)," ujar politisi yang baru dipecat PKS itu.

"Benar enggak itu bisa menutupi kekurangan kita. Kalau bisa menutup, betul tidak ini baik buat kita? Masalahnya, ini merusak sistem," ucapnya.

Jika keterbukaan itu dilakukan, dia melanjutkan, proyeksi pendapatan negara diperkirakan sebesar 100 miliar dollar AS, atau lebih dari Rp 1.000 triliun.

"Ketimbang kita dapatnya ya, mohon maaf, ini agak remang ya kalau dari tax amnesty. Tunjukkan kepada negara luar bahwa Indonesia komitmen dengan tidak menyediakan tempat untuk money laundering. Jangan sampai ini masuk ke darah ekonomi kita," tuturnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Soal PDI-P Tak Hadiri Penetapan Prabowo-Gibran, Djarot Bilang Tidak Tahu

Soal PDI-P Tak Hadiri Penetapan Prabowo-Gibran, Djarot Bilang Tidak Tahu

Nasional
Rencana Revisi, DPR Ingin Sirekap dan Digitalisasi Pemilu Diatur UU

Rencana Revisi, DPR Ingin Sirekap dan Digitalisasi Pemilu Diatur UU

Nasional
BKKBN Minta Bocah 7 Tahun Sudah Tunangan Tak Dianggap Biasa

BKKBN Minta Bocah 7 Tahun Sudah Tunangan Tak Dianggap Biasa

Nasional
Terungkap di Sidang, Biaya Ultah Cucu SYL Di-“reimburse” ke Kementan

Terungkap di Sidang, Biaya Ultah Cucu SYL Di-“reimburse” ke Kementan

Nasional
Tanggapi Jokowi, Djarot PDI-P: Konstitusi Dilanggar dan Direkayasa, Kekaderannya Patut Diragukan

Tanggapi Jokowi, Djarot PDI-P: Konstitusi Dilanggar dan Direkayasa, Kekaderannya Patut Diragukan

Nasional
Polri Akan Gelar Operasi Puri Agung 2024, Kawal World Water Forum Ke-10 di Bali

Polri Akan Gelar Operasi Puri Agung 2024, Kawal World Water Forum Ke-10 di Bali

Nasional
Prabowo Guncangkan Badan Surya Paloh, Sama seperti Anies Kemarin

Prabowo Guncangkan Badan Surya Paloh, Sama seperti Anies Kemarin

Nasional
Kasus Dana PEN, Eks Bupati Muna Divonis 3 Tahun Bui

Kasus Dana PEN, Eks Bupati Muna Divonis 3 Tahun Bui

Nasional
Surya Paloh Bakal Bertemu Prabowo Sore Ini, Nasdem Belum Ambil Keputusan

Surya Paloh Bakal Bertemu Prabowo Sore Ini, Nasdem Belum Ambil Keputusan

Nasional
Jalankan Amanah Donatur, Dompet Dhuafa Berbagi Parsel Ramadhan untuk Warga Palestina

Jalankan Amanah Donatur, Dompet Dhuafa Berbagi Parsel Ramadhan untuk Warga Palestina

Nasional
Wapres Sebut Target Penurunan 'Stunting' Akan Dievaluasi

Wapres Sebut Target Penurunan "Stunting" Akan Dievaluasi

Nasional
Persilakan Golkar Tampung Jokowi dan Gibran, PDI-P: Kami Bukan Partai Elektoral

Persilakan Golkar Tampung Jokowi dan Gibran, PDI-P: Kami Bukan Partai Elektoral

Nasional
Dana Pensiun Bukit Asam Targetkan 4 Langkah Penyehatan dan Penguatan pada 2024

Dana Pensiun Bukit Asam Targetkan 4 Langkah Penyehatan dan Penguatan pada 2024

Nasional
Di Depan Wiranto-Hendropriyono, Prabowo Minta Maaf Pernah Nakal: Bikin Repot Senior...

Di Depan Wiranto-Hendropriyono, Prabowo Minta Maaf Pernah Nakal: Bikin Repot Senior...

Nasional
Albertina Dilaporkan Wakil Ketua KPK, Ketua Dewas: Apa yang Salah? Ada Surat Tugas

Albertina Dilaporkan Wakil Ketua KPK, Ketua Dewas: Apa yang Salah? Ada Surat Tugas

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com