JAKARTA, KOMPAS.com - Dosen Komunikasi Politik Universitas Bengkulu sekaligus Ketua Program Pascasarjana Komunikasi Universitas Jayabaya Jakarta, Lely Arrianie menilai Partai Persatuan Pembangunan kini tak memiliki sosok yang mampu menyatukan seluruh kader PPP.
Pasalnya, masih ada kader yang tak terangkul meski Muktamar untuk memilih ketua umum telah berlangsung.
"Partai itu kehilangan sosok perekat yang berkharisma yang bisa diterima semuanya," ujar Lely saat dihubungi, Senin (11/4/2016).
"Buktinya masih ada yang tidak menghormati tokoh seperti Mbah Moen sekalipun," imbuhnya.
Pihak yang dianggap tak menghormati Mbah Moen tersebut adalah kubu Djan Faridz yang masih enggan mengakui penyelenggaraan Muktamar.
(Baca juga: PPP Janjikan Tempat Terhormat bagi Djan Faridz)
Senior PPP yang juga dianggap sebagai pendiri partai, KH Maimun Zubair atau yang akrab disapa Mbah Moen, mendukung terselenggaranya Muktamar PPP beberapa waktu lalu.
Lely melihat, Mbah Moen mendukung Romahurmuziy sepenuhnya untuk maju. Apalagi, lebih dari seribu atau nyaris 90 persen kader menginginkan musyawarah mufakat.
Meski kepengurusan Djan Faridz telah dimenangkan Mahkamah Agung, Lely menambahkan, namun yang mendapatkan pengakuan yuridis dari pemerintah lah yang berhak melakukan proses dan mekanisme politik lain, termasuk pencalonan kepala daerah.
"Kubu di luar Romy tetap akan menjadi duri dalam daging," kata Lely.
Karena itu, lanjut dia, Romy sebagai ketua umum terpilih harus mampu merangkul Djan Faridz dan kader-kader lainnya yang masih enggan bergabung.
"Jadi, jika sekarang muktamar dianggap selesai, tugas Romy harus mampu menarik Djan Faridz itu," ujarnya