Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kenapa Menteri Desa Begitu "Seksi"?

Kompas.com - 09/04/2016, 11:00 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini
EditorTri Wahono

KOMPAS.com - Isu reshuffle kabinet jilid 2 kembali berembus. Namun, kabar yang sebenarnya sudah bergulir sejak akhir tahun lalu itu tetap menjadi kabar burung hingga kini.

Seperti biasa, Presiden Joko Widodo tidak mengiyakan rencana perombakan kabinet, tidak juga membantah. Presiden Jokowi hanya bilang soal ganti-ganti menteri adalah urusannya.

Bagaimanapun, aroma reshuffle memicu gosip di sana-sini. Sebagian menteri mungkin saja merasakan "ancaman" terganti. Pengamat pun mulai menganalisis rapot kinerja menteri-menteri. Apalagi dengan masuknya PAN (Partai Amanat Nasional) sebagai anggota baru koalisi.

Kalau benar terjadi reshuffle, sudah pasti kocok ulang formasi menteri. Memang, biasanya reshuffle hanya menggeser dan mengganti beberapa menteri.

Pengalaman reshuffle babak pertama pada Agustus 2015, ada 6 posisi menteri yang mengalami perubahan.

Menteri Koordinator Bidang Politik dan Keamanan dari Tedjo Edhy Purdijanto menjadi Luhut Binsar Panjaitan. Menteri Koordinator Bidang kemaritiman dari Indroyono Soesilo menjadi Rizal Ramli. Menteri Perdagangan dari Rachmat Gobel menjadi Thomas Trikasih Lembong, dan Sekretaris Kabinet dari Andi Widjojanto menjadi Pramono Anung.

Darmin Nasution menjadi Menko Perekonomian menggantikan Sofjan Djalil. Sementara Sofjan Djalil dilantik untuk menggantikan Andrinof Chaniago sebagai Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Bappenas.

Pada reshuffle pertama, semua menteri yang digeser adalah menteri yang berasal dari non parpol. Penajaman kinerja ekonomi menjadi fokus perombakan saat itu terbukti lewat rangkaian paket ekonomi yang dijalankan lintas kementerian.  

Lantas, bagaimana dengan reshuffle jilid 2? Posisi menteri apa saja yang bakal diganti?

Setidaknya, ada dua kondisi saat ini yang mungkin menjadi alasan perombakan kabinet.

Pertama, masuknya PAN ke dalam koalisi partai pendukung pemerintah sehingga komposisi kekuatan partai di kabinet harus diatur kembali.

Kedua, Presiden Jokowi ingin kembali mempertajam program-program pemerintah dengan memperkuat posisi-posisi kementerian yang "nilai rapornya" dianggap kurang seperti yang dilakukan pada reshuffle pertama.

Situasinya memang berbeda. Jelang reshuffle pertama, Jokowi memberi sinyal lewat sejumlah sidak ke fasilitas penting yang dianggap masih tidak memadai. Kemarahan Jokowi dan ancaman mengganti pejabat terkait saat mengecek dwelling time adalah salah satu sinyal saat itu.

Kali ini, sinyal-sinyal yang muncul adalah pertemuan intensif antara Jokowi dengan pimpinan-pimpinan partai pendukung koalisi. Apakah Jokowi giliran mengotak-atik komposisi menteri yang berasal dari parpol?

Politisi PAN sempat menyebut sudah dapat tawaran 2 menteri meskipun akhirnya dibantah. Hanura berharap 2 kadernya yang menjadi menteri di kabinet tak dikurangi, malah kalau perlu ditambah. PDI-P membenarkan sinyal adanya rencana reshuffle. Nasdem dan PKB bahkan memberi sinyal "ancaman" jika kursi menterinya digoyang.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Jubir PDI-P Sebut Staf Hasto Diinterogasi dan Diintimidasi Penyidik KPK Selama 3 Jam

Jubir PDI-P Sebut Staf Hasto Diinterogasi dan Diintimidasi Penyidik KPK Selama 3 Jam

Nasional
Kloter SUB 106 Jadi Kloter Terakhir Jemaah Haji Indonesia Tiba di Tanah Suci

Kloter SUB 106 Jadi Kloter Terakhir Jemaah Haji Indonesia Tiba di Tanah Suci

Nasional
Pimpinan Komisi II Harap KPU Tak Ubah Syarat Usia Calon Kepala Daerah

Pimpinan Komisi II Harap KPU Tak Ubah Syarat Usia Calon Kepala Daerah

Nasional
Penyidik KPK Bakal Dilaporkan ke Dewas, Nawawi: Makin Banyak Laporan Makin Baik

Penyidik KPK Bakal Dilaporkan ke Dewas, Nawawi: Makin Banyak Laporan Makin Baik

Nasional
Moeldoko Minta Publik Tak Berlebihan soal Revisi UU Polri

Moeldoko Minta Publik Tak Berlebihan soal Revisi UU Polri

Nasional
2 Kadernya, Fuad Bawazier-Simon Aloysius, Jadi Komisaris BUMN, Gerindra Beri Penjelasan

2 Kadernya, Fuad Bawazier-Simon Aloysius, Jadi Komisaris BUMN, Gerindra Beri Penjelasan

Nasional
Pansel Diharap Mau Dengarkan Suara KPK soal Seleksi Capim

Pansel Diharap Mau Dengarkan Suara KPK soal Seleksi Capim

Nasional
KPK Sita Ponsel Hasto PDI-P: Berujung pada Pelaporan ke Dewas dan Penjelasan KPK

KPK Sita Ponsel Hasto PDI-P: Berujung pada Pelaporan ke Dewas dan Penjelasan KPK

Nasional
KPK Harap Proses Seleksi Capim oleh Pansel Tak Berbelit-belit

KPK Harap Proses Seleksi Capim oleh Pansel Tak Berbelit-belit

Nasional
Lantik 36 Pejabat Baru, Jaksa Agung Ingatkan Jajaran Jangan Salah Gunakan Wewenang dan Jabatan

Lantik 36 Pejabat Baru, Jaksa Agung Ingatkan Jajaran Jangan Salah Gunakan Wewenang dan Jabatan

Nasional
Sebut Pilkada Langsung Hambat Pembangunan, Mendagri Dianggap Tak Baca Situasi dengan Tepat

Sebut Pilkada Langsung Hambat Pembangunan, Mendagri Dianggap Tak Baca Situasi dengan Tepat

Nasional
5 Playground Terbaik di Surabaya, Cocok untuk Bermain bersama Buah Hati

5 Playground Terbaik di Surabaya, Cocok untuk Bermain bersama Buah Hati

Nasional
Soal Revisi UU TNI, Moeldoko Bilang TNI Sebenarnya Tak Mau Lampaui Tugas

Soal Revisi UU TNI, Moeldoko Bilang TNI Sebenarnya Tak Mau Lampaui Tugas

Nasional
Yakin Tak Jadi Ladang Korupsi, BP Tapera: Kami Diawasi OJK, BPK, hingga KPK

Yakin Tak Jadi Ladang Korupsi, BP Tapera: Kami Diawasi OJK, BPK, hingga KPK

Nasional
Kinerja Pertamina 2023 Tunjukkan Pertumbuhan Operasional di Semua Lini Bisnis

Kinerja Pertamina 2023 Tunjukkan Pertumbuhan Operasional di Semua Lini Bisnis

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com