JAKARTA, KOMPAS.com - Wakil Ketua Badan Legislasi Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) Firman Soebagyo mempertanyakan sikap Presiden Joko Widodo (Jokowi) yang meminta DPR memperhatikan kualitas dibanding kuantitas Undang-undang.
Dia curiga presiden bersikap seperti itu karena terlalu mendengarkan pembisik di sekitarnya.
"Presiden sebaiknya berkomunikasi dengan DPR secara baik. Jangan hanya mendengarkan pembisiknya. Karena banyak LSM di sekitar Presiden," kata Firman saat dihubungi, Rabu (30/3/2016).
Firman mengatakan, Presiden dan DPR adalah sesama lembaga tinggi negara. Jika Presiden memang merasa ada masalah, dia cukup menjadwalkan rapat konsultasi dengan pimpinan DPR, pimpinan komisi, dan pimpinan alat kelengkapan dewan.
(Baca: Jokowi Sindir DPR soal "Hobi" Bikin Undang-undang)
Presiden tidak perlu bicara di media.
"Lebih baik secara kelembagaan Presiden konsultasi," kata dia.
Firman mengatakan, sebagian besar UU yang dibahas DPR juga diusulkan dan dibahas oleh pemerintah. Penentuan UU yang masuk program legislasi nasional juga dilakukan bersama pemerintah.
Di prolegnas 2016 sendiri, ada 40 Rancangan Undang-undang yang disepakati untuk dibahas. Sehingga aneh jika Presiden tiba-tiba meminta DPR untuk tidak mengejar kuantitas UU.
"Jangan sudah disepakati terus teriak-teriak," ujar dia.
(Baca: Jokowi Sindir "Hobi" DPR Buat Undang-undang, Apa Kata Ketua DPR?)
Presiden Jokowi sebelumnya meminta DPR RI tidak memproduksi terlalu banyak undang-undang.
"Setahun, tiga saja cukup. Lima ya cukup," ujar Jokowi pada acara dialog publik di Balai Kartini, Kuningan, Jakarta Selatan, Rabu (30/3/2016).
Bagi Jokowi, yang paling penting bukanlah kuantitas undang-undang, melainkan kualitas undang-undang tersebut.
"Jumlah 40, 50, untuk apa?" ujarnya.
Jokowi lalu mengungkapkan bahwa dirinya mengetahui alasan para wakil rakyat senang sekali memproduksi banyak UU.
"Tetapi, enggak usah saya sebutkan di sini kenapa DPR seneng banyak (bikin UU). Saya kira yang hadir di sini juga tahu," ujar dia.
Pernyataan Jokowi itu menuai tawa dari para peserta dialog. Acara dialog tersebut digagas Ikatan Sarjana Ekonomi Indonesia. Peserta dialog yakni para akademisi, pengusaha, pelaku perbankan, dan lain-lain.