JAKARTA, KOMPAS.com - Kehadiran Masjid Istiqlal yang kini tercatat sebagai masjid terbesar di Asia Tenggara memang tidak bisa lepas dari peran presiden pertama RI, Soekarno.
Pembangunan masjid ini tidak hanya dimulai pada era Soekarno, tapi juga dipimpin oleh proklamator kemerdekaan Indonesia itu.
Bentuk Istiqlal yang megah dan modern memang merupakan hasil keinginan Soekarno untuk menjadikan Jakarta sebagai Ibu Kota dengan bermacam bangunan monumental.
Upaya pembangunan ini dikenal lawan politik Soekarno dengan sebutan "proyek mercusuar". Proyek yang terlihat megah, namun menyisakan ekonomi yang semakin terpuruk.
Megalomania
Soekarno memulai pembangunan masjid Istiqlal pada 24 Agustus 1961, yang ditandai dengan peletakan batu pertama.
Masjid itu dibangun satu periode dengan bangunan monumental lain di Jakarta, seperti Hotel Indonesia, Kompleks DPR/MPR Senayan, dan Gelora Bung Karno.
Dikutip dari artikel Harian Kompas (19/7/1966), Soekarno memang menginginkan Istiqlal menjadi masjid yang terbesar dan terindah di dunia. Tidak hanya itu, masjid itu juga diharapkan kokoh berdiri, "dapat tahan seribu tahun".
Karena itu masjid tidak dibangun dengan berunsur utama kayu. Soekarno memilih pembangunan dengan berbahan stainless, marmer dan keramik.
Soekarno pun memahami bahwa pembangunan itu memerlukan proses yang panjang dan lama. Ini sekaligus untuk menjawab sejumlah pertanyaan mengenai pembangunan masjid itu yang dianggap lambat.
Namun, Soekarno juga sadar bahwa keinginan untuk membuat masjid terbesar itu menuai kritik.