JAKARTA, KOMPAS.com - Kapolri Jenderal Pol Badrodin Haiti mengatakan, dana yang digunakan pelaku serangan teror di kawasan Sarinah, Thamrin, Jakarta Pusat beberapa waktu lalu terbilang cukup minim.
"Itu karena mereka kekurangan biaya, cuma Rp 900 ribu (biaya untuk merakit bom pos polisi)," kata Badrodin saat rapat gabungan dengan Komisi I dan III di Kompleks Parlemen, Senin (15/2/2016).
Meski kasus penyerangan berhasil diungkap dalam waktu singkat, bukan berarti ancaman terhadap terorisme berakhir.
Badrodin menuturkan, setidaknya 33 orang ditangkap pasca peristiwa tersebut.
Dari 33 orang yang diamankan, 17 orang diantaranya terkait serangan Sarinah. Sementara yang lainnya tidak memilk keterkaitan secara langsung.
"Ancaman teroris ini akan terus terjadi. Karena banyak kelompok yang masih berhubungan sama Bahrun Naim," ujarnya.
Muhammad Bahrun Naim alias Anggih Tamtomo alias Abu Rayan merupakan eks narapidana kepemilikan senjata api dan bahan peledak.
Bahrun Naim pernah ditangkap Datasemen Khusus 88 Antiteror Polri pada November 2010. Seusai menjalani hukuman, ia bebas sekitar Juni 2012.
Menurut catatan Satuan Tugas Khusus Antiteror Polri, Naim diduga telah melakukan baiat atau menobatkan diri sebagai bagian dari Negara Islam di Irak dan Suriah pada 2014. Di tahun yang sama, Naim menuju Suriah.
Badrodin menambahkan, jaringan Bahrun Naim yang berada di Tanah Air terus melakukan jihad dengan memotivasi orang lain agar mengikuti ajaran mereka.
Tak hanya itu, kelompok tersebut juga mengajarkan cara membuat bom dan bersedia mengirimkan dana dari luar negeri kepada siapa saja yang bersedia untuk melancarkan aksi.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.