Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Saham Garuda Turun, Nazaruddin Minta Uangnya Rp 300 Miliar Dikembalikan

Kompas.com - 27/01/2016, 21:52 WIB
Ambaranie Nadia Kemala Movanita

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com — Mantan Direktur Utama Mandiri Sekuritas, Harry Maryanto Supoyo, mengaku bahwa mantan Bendahara Umum Partai Demokrat, M Nazaruddin, pernah membeli saham Mandiri Sekuritas hingga Rp 800 miliar.

Selaku penjamin emisi saham Garuda, Mandiri Sekuritas juga menawarkan saham tersebut kepada Nazaruddin.

"Kami dapat konfirmasi lewat fax, akhirnya beliau memesan saham Garuda Rp 300 miliar," kata Harry saat bersaksi di Pengadilan Tindak Pidana Korupsi, Jakarta, Rabu (27/1/2016).

Pembelian saham dilakukan melalui lima perusahaan dengan masing-masing 30 juta lembar saham dan nilai per lembar Rp 750.

Suatu waktu, nilai saham Garuda merosot. Harga penawaran umum per lembar turun menjadi Rp 500. (Baca: Angie Sebut Adjie Massaid Dijanjikan Nazaruddin Posisi Ketua Komisi V, asalkan...)

"Terdakwa menghubungi saya dan komplain soal penurunan saham," kata Harry.

Pada pertengahan Februari 2011, Nazar meminta Harry bertemu untuk menyampaikan komplain. Nazar meminta Mandiri Sekuritas mengembalikan uangnya Rp 300 miliar.

Namun, Harry tidak dapat memutuskan sendiri. Ia pun menyampaikannya kepada direksi. Beberapa waktu kemudian, Nazar kembali memaksa uangnya dikembalikan.

Tak hanya itu, beberapa utusan Nazar mendatangi kantor Mandiri Sekuritas untuk meminta hal yang sama. (Baca: Demokrat: 1.000 Persen Ibas Tak Terkait Kasus Nazaruddin)

"Kami dilarang Dewan Komisaris kembalikan uang. Yulianis (Direktur Keuangan Permai Grup) menangis. Menelepon seseorang, Bu Yulianis bicara," kata Harry.

Salah satu staf Nazar mengancamnya, jika uangnya tidak dikembalikan, maka mereka akan membuat laporan ke polisi dengan tuduhan penipuan.

Namun, komisaris Mandiri Sekuritas tetap melarangnya untuk mengembalikan. Bahkan, ia juga dilarang bertemu dengan Nazar dan utusannya. (Baca: Akal-akalan Nazaruddin Samarkan Harta Puluhan Miliar Hasil Korupsi)

Akhirnya, beberapa perusahaan Nazar yang membeli saham itu meminta adanya pengalihan saham ke sekuritas lain.

"Tetapi tidak semua bisa dialihkan karena perintah pengalihan terakhir tidak bisa dilakukan karena masalah administrasi," kata dia.

Mendengar kesaksian tersebut, Nazar menuding Harry merekayasa penurunan saham. Menurut dia, hal tersebut sengaja diatur untuk meraup keuntungan.

"Ini rekayasa Harry Supoyo. Mereka yang mengatur bersama Munadi Herlambang," kata Nazar.

"Tidak ada rekayasa sama sekali. Saya tidak ada niatan apa pun untuk merekayasa apa pun," sahut Harry.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Tak Ada Tim Transisi pada Pergantian Pemerintahan dari Jokowi ke Prabowo

Tak Ada Tim Transisi pada Pergantian Pemerintahan dari Jokowi ke Prabowo

Nasional
Tok! Kasasi KPK Kabul, Eltinus Omaleng Dihukum 2 Tahun Penjara

Tok! Kasasi KPK Kabul, Eltinus Omaleng Dihukum 2 Tahun Penjara

Nasional
Penetapan Prabowo di KPU: Mesra dengan Anies hingga Malu-malu Titiek Jadi Ibu Negara

Penetapan Prabowo di KPU: Mesra dengan Anies hingga Malu-malu Titiek Jadi Ibu Negara

Nasional
Gibran Bertemu Ma'ruf Amin, Saat Wapres Termuda Sowan ke yang Paling Tua

Gibran Bertemu Ma'ruf Amin, Saat Wapres Termuda Sowan ke yang Paling Tua

Nasional
Anies Dinilai Masih Berpeluang Maju Pilkada Jakarta, Mungkin Diusung Nasdem dan PKB

Anies Dinilai Masih Berpeluang Maju Pilkada Jakarta, Mungkin Diusung Nasdem dan PKB

Nasional
Petuah Jokowi-Ma'ruf ke Prabowo-Gibran, Minta Langsung Kerja Usai Dilantik

Petuah Jokowi-Ma'ruf ke Prabowo-Gibran, Minta Langsung Kerja Usai Dilantik

Nasional
Kejagung Periksa 3 Saksi Terkait Kasus Korupsi Timah, Salah Satunya Pihak ESDM

Kejagung Periksa 3 Saksi Terkait Kasus Korupsi Timah, Salah Satunya Pihak ESDM

Nasional
Tak Dukung Anies Maju Pilkada Jakarta, PKS Dinilai Ogah Jadi “Ban Serep” Lagi

Tak Dukung Anies Maju Pilkada Jakarta, PKS Dinilai Ogah Jadi “Ban Serep” Lagi

Nasional
2 Prajurit Tersambar Petir di Mabes TNI, 1 Meninggal Dunia

2 Prajurit Tersambar Petir di Mabes TNI, 1 Meninggal Dunia

Nasional
Usung Perubahan Saat Pilpres, PKB-Nasdem-PKS Kini Beri Sinyal Bakal Gabung Koalisi Prabowo

Usung Perubahan Saat Pilpres, PKB-Nasdem-PKS Kini Beri Sinyal Bakal Gabung Koalisi Prabowo

Nasional
[POPULER NASIONAL] Anies-Muhaimin Hadir Penetapan Presiden-Wapres Terpilih Prabowo-Gibran | Mooryati Soedibjo Tutup Usia

[POPULER NASIONAL] Anies-Muhaimin Hadir Penetapan Presiden-Wapres Terpilih Prabowo-Gibran | Mooryati Soedibjo Tutup Usia

Nasional
Sejarah Hari Posyandu Nasional 29 April

Sejarah Hari Posyandu Nasional 29 April

Nasional
Tanggal 27 April 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 27 April 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
Wakil Ketua KPK Dinilai Punya Motif Buruk Laporkan Anggota Dewas

Wakil Ketua KPK Dinilai Punya Motif Buruk Laporkan Anggota Dewas

Nasional
Jokowi Ungkap Kematian akibat Stroke, Jantung dan Kanker di RI Capai Ratusan Ribu Kasus Per Tahun

Jokowi Ungkap Kematian akibat Stroke, Jantung dan Kanker di RI Capai Ratusan Ribu Kasus Per Tahun

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com