"Mereka yang pusing anaknya tidak bisa dikasih uang jajan seperti biasanya, dia yang pusing apakah besok bisa makan atau tidak," kata dia.
Dia mengaku tak berharap tinggi-tinggi terkait apresiasi pemerintah terhadap Hari Ibu dan kaum ibu itu sendiri.
(Baca: Kilas Balik 22 Desember dan Makna Hari Ibu yang Bergeser)
Terlebih, menurut Ratna, sebetulnya di tanah air juga sudah terbentuk suatu tradisi di mana seorang anak sangat hormat kepada orang tua.
Ratna menuturkan yang terpenting adalah bagaimana pemerintah berhenti membuat kebijakan-kebijakan yang memiskinkan rakyat, karena kaum ibu adalah pihak yang paling dirugikan atas hal itu.
(Baca: Dikunjungi Pejabat Berkali-kali, Oma Nofriani Masih Terus Menderita di Gubuk Reyotnya)
Dia juga memilih memaknai Hari Ibu tidak hanya terbatas pada kaum ibu atau bahkan gender, namun pada arti kehidupan itu sendiri. Tak hanya membuat pesta-pesta perayaan saja, melainkan nilai lebih yang bisa didapatkan oleh kaum ibu dan perempuan.
"Harusnya memberikan poin lebih, apakah pengakuan kita, apakah penghargaan kita, apakah empati kita," ucap wanita kelahiran Tapanuli Utara tersebut.