Menurut Sutopo, kebakaran hutan akan sulit dicegah, karena telah menjadi kebiasaan petani dan masyarakat membuka lahan dengan cara membakar. Sementara, besar atau kecilnya skala kebakaran akan sangat tergantung pada kondisi alam dan penanganan.
Titik-titik panas (hot spot) diperkirakan akan terdeteksi pada Juni-Oktober, dengan puncak hot spot pada Sepetember hingga Oktober 2016.
Sementara untuk kabut asap yang timbul akibat kebakaran hutan, menurut Sutupo, akan kecil kemungkinannya terjadi kembali seperti pada 2015.
Apalagi, di 2016 BMKG memprediksi terjadinya La Nina, sehingga kemarau tidak akan sampai pada kondisi ekstrim kering.
"Selain itu, sudah ada upaya intensif pemerintah untuk mengatasi kebakran hutan, sehingga dampaknya akan lebih signifikan," kata Sutopo.