Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kini, Masyarakat Tak Lagi Menggantungkan Harapan kepada MKD

Kompas.com - 13/12/2015, 16:49 WIB
Fabian Januarius Kuwado

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Proses sidang etika Ketua DPR RI Setya Novanto oleh Mahkamah Kehormatan Dewan (MKD) dianggap 'masuk angin'.

Hal itu menjadi alasan utama massa yang mengatasnamakan Komite Penyelamat Nawacita turun ke jalan mendatangi kantor-kantor penegak hukum, Selasa (15/12/2015) mendatang.

"Kami bergerak karena MKD sudah 'masuk angin'. Itu terlihat dari sidang terakhir di mana pelaksanannya tertutup. Kenapa mesti dibuka ditutup, seperti nonton televisi saja," ujar anggota komite, Osmar Tanjung, dalam konferensi pers di Cikini, Jakarta Pusat, pada Minggu (13/12/2015).

Oleh sebab itu, Komite Penyelamat Nawacita akan lebih mendorong sektor hukumnya. Sekitar 750 orang yang diklaim dalam koalisi ini mengaku sudah tidak lagi berharap pada proses persidangan etika yang ada di MKD.

"Namun, kalau oleh hukum dinyatakan salah, jelas sisi etikanya juga salah. Tangkap dan penjarakan Novanto dan Chalid," lanjut dia.

Osmar mengapresiasi Kejaksaan Agung yang proaktif menyelidiki dugaan korupsi yang dilakukan Setya Novanto dan Riza Chalid.

Namun, Osmar mengatakan bahwa unsur pidana yang diduga dilakukan kedua orang itu tidak hanya soal korupsi, tetapi pidana umum, yakni pencemaran nama baik dan penipuan melalui tindakan pencatutan nama Presiden dan Wakil Presiden.

Selain itu, lanjut Osmar, Presiden juga sudah mengekspresikan kemarahannya terhadap apa yang dilakukan Novanto dan Chalid.

Oleh sebab itu, tidak ada alasan lain bagi aparat penegak hukum untuk tidak mengusut pidana Novanto dan Chalid.

"Bagi kami, Presiden, sekaligus lembaga kepresidenan sudah dihina, dicabik-cabik kehormatannya. Oleh sebab itu penegakan hukum benar-benar harus berdiri tegak atas perkara itu. Itu yang akan kami dorong," ujar Osmar.

Sebelumnya, sekitar 750 massa dari Komite Penyelamat Nawacita berencana mendatangi Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), Mabes Polri, dan Kejaksaan Agung, Selasa (15/12/2015) mendatang.

Massa akan mendorong aparat penegak hukum memproses unsur pidana yang dilakukan Setya Novanto dan Riza Chalid.

Massa berasal dari sejumlah elemen masyarakat, mulai dari mahasiswa, buruh hingga orang-orang yang terlibat dalam pemenangan Joko Widodo-Jusuf Kalla dalam pemilihan presiden 2014 lalu.

Massa terlebih dahulu akan berkumpul di Tugu Proklamasi pada Selasa pagi.

Setelah itu, massa mulai bergerak ke Kantor KPK, Mabes Polri, dan terakhir Kejaksaan Agung dengan menggunakan bus. Ia memastikan bahwa aksi tersebut merupakan aksi damai dan tidak berbau kekerasan.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Penetapan Prabowo di KPU: Mesra dengan Anies hingga Malu-malu Titiek Jadi Ibu Negara

Penetapan Prabowo di KPU: Mesra dengan Anies hingga Malu-malu Titiek Jadi Ibu Negara

Nasional
Gibran Bertemu Ma'ruf Amin, Saat Wapres Termuda Sowan ke yang Paling Tua

Gibran Bertemu Ma'ruf Amin, Saat Wapres Termuda Sowan ke yang Paling Tua

Nasional
Anies Dinilai Masih Berpeluang Maju Pilkada Jakarta, Mungkin Diusung Nasdem dan PKB

Anies Dinilai Masih Berpeluang Maju Pilkada Jakarta, Mungkin Diusung Nasdem dan PKB

Nasional
Petuah Jokowi-Ma'ruf ke Prabowo-Gibran, Minta Langsung Kerja Usai Dilantik

Petuah Jokowi-Ma'ruf ke Prabowo-Gibran, Minta Langsung Kerja Usai Dilantik

Nasional
Kejagung Periksa 3 Saksi Terkait Kasus Korupsi Timah, Salah Satunya Pihak ESDM

Kejagung Periksa 3 Saksi Terkait Kasus Korupsi Timah, Salah Satunya Pihak ESDM

Nasional
Tak Dukung Anies Maju Pilkada Jakarta, PKS Dinilai Ogah Jadi “Ban Serep” Lagi

Tak Dukung Anies Maju Pilkada Jakarta, PKS Dinilai Ogah Jadi “Ban Serep” Lagi

Nasional
2 Prajurit Tersambar Petir di Mabes TNI, 1 Meninggal Dunia

2 Prajurit Tersambar Petir di Mabes TNI, 1 Meninggal Dunia

Nasional
Usung Perubahan Saat Pilpres, PKB-Nasdem-PKS Kini Beri Sinyal Bakal Gabung Koalisi Prabowo

Usung Perubahan Saat Pilpres, PKB-Nasdem-PKS Kini Beri Sinyal Bakal Gabung Koalisi Prabowo

Nasional
[POPULER NASIONAL] Anies-Muhaimin Hadir Penetapan Presiden-Wapres Terpilih Prabowo-Gibran | Mooryati Soedibjo Tutup Usia

[POPULER NASIONAL] Anies-Muhaimin Hadir Penetapan Presiden-Wapres Terpilih Prabowo-Gibran | Mooryati Soedibjo Tutup Usia

Nasional
Sejarah Hari Posyandu Nasional 29 April

Sejarah Hari Posyandu Nasional 29 April

Nasional
Tanggal 27 April 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 27 April 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
Wakil Ketua KPK Dinilai Punya Motif Buruk Laporkan Anggota Dewas

Wakil Ketua KPK Dinilai Punya Motif Buruk Laporkan Anggota Dewas

Nasional
Jokowi Ungkap Kematian akibat Stroke, Jantung dan Kanker di RI Capai Ratusan Ribu Kasus Per Tahun

Jokowi Ungkap Kematian akibat Stroke, Jantung dan Kanker di RI Capai Ratusan Ribu Kasus Per Tahun

Nasional
Temui Jokowi, Prabowo dan Gibran Tinggalkan Istana Setelah 2 Jam

Temui Jokowi, Prabowo dan Gibran Tinggalkan Istana Setelah 2 Jam

Nasional
AJI Nilai Sejumlah Pasal dalam Draf Revisi UU Penyiaran Ancam Kebebasan Pers

AJI Nilai Sejumlah Pasal dalam Draf Revisi UU Penyiaran Ancam Kebebasan Pers

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com