JAKARTA, KOMPAS.com - Sidang tertutup yang digelar Mahkamah Kehormatan Dewan (MKD) saat memeriksa Ketua DPR Setya Novanto dicurigai sebagai upaya tawar menawar antara Majelis MKD dengan Novanto sebagai pihak terlapor.
Kecurigaan tersebut dinilai wajar jika menimbulkan kemarahan publik.
"Ini menegaskan bahwa semua yang berada di dalam ruangan sidang harus dicurigai berkomplot dengan sesuatu yang menentang nurani publik tentang kebenaran, keadilan, dan kejujuran," ujar peneliti Forum Masyarakat Peduli Parlemen Indonesia (Formappi) Lucius Karus, kepada Kompas.com, Selasa (8/12/2015).
Menurut Lucius, apa yang dipersoalkan oleh publik sebenarnya bukan hanya fisik ruangan yang terbuka atau tertutup. (baca: Jokowi Diminta Tak Hanya Sekadar Marah, tetapi Juga Laporkan Novanto ke Polisi)
Namun, yang diinginkan publik sesungguhnya menyangkut sesuatu yang substansial, yakni kesediaan MKD untuk jujur pada kebenaran.
Perubahan sikap MKD jika dibandingkan pada dua sidang sebelumnya juga memperlihatkan bahwa MKD telah menjadi lahan pertarungan politik ketimbang etik. (Baca: Rapat Paripurna Ditunda Tiba-tiba, Pimpinan DPR Ingin Hadang Kasus Novanto?)
"Saya hampir yakin bahwa tim lobi Setnov sudah berhasil meyakinkan dengan cara yang transaksional kepada elite partai, untuk membebaskan Novanto dari sanksi pemberhentian sebagai anggota DPR," kata Lucius.
Sidang pemeriksaan Novanto tidak bisa dipantau publik atas persetujuan mayoritas pimpinan dan anggota MKD. Mereka menyetujui permintaan Novanto agar sidang berlangsung tertutup.
Menurut anggota MKD dari Fraksi Hanura, Syarifudin Sudding, Novanto meminta agar sidang dilakukan tertutup karena banyak hal yang bersifat rahasia akan dibuka pada persidangan. (baca: Hanya Lima Anggota MKD yang Setuju Sidang Setya Novanto Terbuka)
Selain Sudding, empat orang lainnya meminta sidang tetap digelar terbuka. Mereka adalah Akbar Faizal, Junimart Girsang, Guntur Sasono, dan Darizal Basir.
Ternyata, menurut Anggota MKD Guntur Sasono, tidak ada hal yang bersifat rahasia di dalam pernyataan Novanto. Pasalnya, pernyataan Novanto di MKD sudah pernah disampaikan dalam berbagai kesempatan. (Baca: Setya Novanto Banyak Jawab "Tidak Tahu, Lupa" Saat Ditanya di MKD)
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.