JAKARTA, KOMPAS.com - Anggota Komisi III DPR Masinton Pasaribu mengkritik hasil kerja panitia seleksi calon pimpinan Komisi Pemberantasan Korupsi.
Dia menilai, dokumen yang diserahkan Pansel KPK terkait hasil seleksi dan profil calon pimpinan KPK sangat jauh dari standar umumnya.
"Mohon maaf, ibu-ibu mungkin orang-orang yang hebat di bidangnya masing-masing. Tapi untuk urusan Pansel ini, mohon maaf, ini seperti kegiatan ibu-ibu arisan," kata Masinton dalam rapat dengar pendapat dengan pansel KPK, di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Kamis (19/11/2015).
Politisi PDI-P ini menjelaskan, dokumen yang diserahkan Pansel terkait capim KPK hanya tiga lembar untuk setiap orangnya.
Di dalamnya hanya ada identitas umum seperti nama, riwayat pendidikan dan pekerjaan.
Harusnya, kata Masinton, di sana ada penjelasan mengenai proses seleksi setiap capim.
Selain itu, harus ada pula transkrip wawancara Pansel terhadap para capim. Harus ada juga skor dari pansel untuk setiap capim.
"Ini kayaknya ada yang ditutupi. Padahal asasnya adalah transparansi. Kenapa data hasil seleksi tak diserahkan utuh ke kami. Ada apa?" ucap Masinton.
Semua anggota Komisi III pun menyatakan protes yang sama kepada Pansel.
Anggota Komisi III dari Nasdem, Taufiqulhadi, bahkan sampai menunjukkan dokumen yang diterima dari hasil seleksi calon pimpinan Komisi Yudisial sebagai pembanding.
Menanggapi cecaran Komisi III itu, anggota pansel KPK Enny Nurbaningsih mengakui hasil wawancara calon belum ditranskrip semuanya.
Namun dia mengaku akan segera memberinya hari Senin.
"Kalau video wawancaranya sudah ada. Kalau transkripnya akan kami usahakan Senin atau Selasa sudah selesai," ucap Enny.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.