Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Dana Program REDD Plus Akan Digunakan untuk Restorasi Lahan Gambut

Kompas.com - 28/10/2015, 21:46 WIB
Icha Rastika

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Pemerintah berencana menggunakan dana dari program kerja sama penurunan emisi gas rumah kaca dari deforestasi dan degradasi hutan atau REDD+, serta hasil perdagangan karbon (carbon trade) untuk membiayai restorasi lahan gambut. Menurut Wakil Presiden Jusuf Kalla, program restorasi lahan gambut ini memerlukan anggaran yang besar sehingga perlu mencari sumber pendanaan dari luar.

"Sehingga restorasi gambut tidak perlu biaya besar dari APBN, tetapi nanti dibiyai program yang sebenarnya sudah lama sekali tertunda. Program carbon trading yang bisa dibayar kemudian, itu sistemnya yang saya minta dikaji dan sudah dikerjakan," kata Kalla di Kantor Wakil Presiden Jakarta, Rabu (28/10/2015).

Hari ini, Wapres mengadakan rapat dengan Menteri Kehutanan dan Lingkungan Hidup Siti Nurbaya, serta Ketua Tim Pengarah pada Tim Pengendalian Perubahan Iklim Rachmat Witoelar terkait rencana pembiayaan program restorasi lahan gambut. Wapres menyampaikan bahwa Indonesia belum menggunakan sepenuhnya dana yang dijanjikan Norwegia sesuai dengan kesepakatan REDD+.

Masih ada dana yang belum terpakai kurang lebih 970 juta dollar AS dari 1 miliar dollar AS yang dijanjikan. Wapres juga berharap Indonesia memperoleh dana dari negara lain yang membutuhkan karbon melalu carbon trading. (Baca: Presiden Jokowi Bubarkan BP-REDD dan DNPI)

"Setelah (konferensi) di Paris nanti, ada pembicaraan tentang kemungkinan potensi carbon trading lebih terarah sehingga kita perbaiki lingkungan, seperti gambut itu, itu dana dari program yang ada, juga dana dari pihak yang butuh carbon trading dapat dibiayai," tutur Kalla.

Mengenai total anggaran yang diperlukan untuk restorasi lahan gambut, Kalla menyampaikan bahwa pemerintah masih menghitungnya. Pemerintah menyegerakan restorasi lahan gambut setelah tiga bulan ini terjadi kebakaran lahan yang mengakibatakan bencana asap.

Pada pertengahan April 2015, pemerintah memutuskan untuk melanjutkan kerjasama dengan Norwegia terkait penurunan emisi yang tertuang dalam REDD+. Kerja sama ini dilanjutkan meskipun Presiden Joko Widodo membubarkan Badan Pengelola REDD+ yang menjadi salah satu syarat capaian nota kesepakatan Indonesia-Norwegia.

Adapun kesepakatan REDD+ ditandatangani Menteri Luar Negeri RI Marty Natalegawa dan Menteri Lingkungan Hidup Norwegia Erik Solheim pada 2010, disaksikan Presiden Yudhoyono. Sesuai perjanjian itu, Norwegia menghibahkan 1 miliar dollar AS bagi Indonesia untuk mengurangi emisi karbon sektor kehutanan. (Baca: Bertemu PM Norwegia, Jokowi Ingin Lanjutkan REDD Plus)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Jadi Presiden Terpilih, Prabowo Tidak Mundur dari Menteri Pertahanan

Jadi Presiden Terpilih, Prabowo Tidak Mundur dari Menteri Pertahanan

Nasional
Polri: Hingga April 2024, 1.158 Tersangka Judi Online Berhasil Ditangkap

Polri: Hingga April 2024, 1.158 Tersangka Judi Online Berhasil Ditangkap

Nasional
Ganjar Bilang PDI-P Bakal Oposisi, Gerindra Tetap Ajak Semua Kekuatan

Ganjar Bilang PDI-P Bakal Oposisi, Gerindra Tetap Ajak Semua Kekuatan

Nasional
Nasdem Resmi Dukung Prabowo-Gibran, Elite PKS dan PKB Bertemu

Nasdem Resmi Dukung Prabowo-Gibran, Elite PKS dan PKB Bertemu

Nasional
Ahmad Ali Akui Temui Prabowo untuk Cari Dukungan Maju Pilkada Sulteng

Ahmad Ali Akui Temui Prabowo untuk Cari Dukungan Maju Pilkada Sulteng

Nasional
PSI Daftarkan 10 Sengketa Pileg ke MK, Anwar Usman Dilarang Mengadili

PSI Daftarkan 10 Sengketa Pileg ke MK, Anwar Usman Dilarang Mengadili

Nasional
Golkar Lebih Ingin Ridwan Kamil Maju Pilkada Jabar

Golkar Lebih Ingin Ridwan Kamil Maju Pilkada Jabar

Nasional
Polri Lanjutkan Tugas Satgas Pengamanan untuk Prabowo

Polri Lanjutkan Tugas Satgas Pengamanan untuk Prabowo

Nasional
Menhan AS Telepon Prabowo Usai Penetapan KPU, Sampaikan Pesan Biden dan Apresiasi Bantuan Udara di Gaza

Menhan AS Telepon Prabowo Usai Penetapan KPU, Sampaikan Pesan Biden dan Apresiasi Bantuan Udara di Gaza

Nasional
Terima Nasdem, Prabowo: Surya Paloh Termasuk yang Paling Pertama Beri Selamat

Terima Nasdem, Prabowo: Surya Paloh Termasuk yang Paling Pertama Beri Selamat

Nasional
Partai Pendukung Prabowo-Gibran Syukuran Mei 2024, Nasdem dan PKB Diundang

Partai Pendukung Prabowo-Gibran Syukuran Mei 2024, Nasdem dan PKB Diundang

Nasional
MKMK: Hakim MK Guntur Hamzah Tak Terbukti Langgar Etik

MKMK: Hakim MK Guntur Hamzah Tak Terbukti Langgar Etik

Nasional
Ratusan Bidan Pendidik Tuntut Kejelasan, Lulus Tes PPPK tapi Dibatalkan

Ratusan Bidan Pendidik Tuntut Kejelasan, Lulus Tes PPPK tapi Dibatalkan

Nasional
Surya Paloh Ungkap Alasan Nasdem Tak Jadi Oposisi Pemerintahan Prabowo

Surya Paloh Ungkap Alasan Nasdem Tak Jadi Oposisi Pemerintahan Prabowo

Nasional
Golkar: Belum Ada Pernyataan Resmi Pak Jokowi Keluar dari PDI-P, Kami Enggak Mau 'Ge-er'

Golkar: Belum Ada Pernyataan Resmi Pak Jokowi Keluar dari PDI-P, Kami Enggak Mau "Ge-er"

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com