JAKARTA, KOMPAS - Selasa, 20 Oktober 2015, yang jatuh pada pekan depan, pemerintahan Presiden Joko Widodo dan Wakil Presiden Jusuf Kalla genap berumur satu tahun.
Tiga bulan sebelum dilantik sebagai presiden dan wapres, Jokowi dan Kalla berjuang untuk memenangi pemilihan presiden. Perjuangan itu antara lain terlihat dalam debat dengan calon presiden Prabowo Subianto dan calon wakil presiden Hatta Rajasa. Mari kita lihat debat kelima di Hotel Bidakara, Jakarta Selatan, Senin, 5 Juli 2014. Mari kita kenang kembali sebagian debat itu.
Moderator debat, Sudharto P Hadi, bertanya tentang strategi Jokowi-Kalla menyerasikan pertumbuhan ekonomi, keadilan, aspek sosial, dan kelestarian lingkungan.
Jokowi dengan tenang antara lain mengatakan, "Kekurangan kita saat ini adalah melaksanakan. Merencanakannya, kita sudah banyak sekali."
Dalam debat selanjutnya, Prabowo bertanya kepada Jokowi, "Apakah Bapak setuju atau tidak kita harus menambah 2 juta hektar sawah?"
Dalam jawabannya, Jokowi mengulangi lagi pernyataan sebelumnya. "Yang kami pertanyakan, bagaimana melaksanakan, mengimplementasikan visi-misi itu," kata Jokowi balik bertanya kepada Prabowo.
"Karena, yang banyak sekarang adalah membuat visi-misi, membuat rencana, membuat wacana, tetapi tidak diimplementasikan, tidak segera dilaksanakan, tidak segera diputuskan. Itu problemnya," tutur Jokowi diiringi tepuk tangan para pendukungnya.
"Kalau hanya ingin, akan, akan, banyak sekali. Saya kira yang paling penting bagaimana mengimplementasikan ini, bagaimana bisa melaksanakan ini, betul-betul real, yang betul-betul konkret, yang betul-betul nyata, yang bisa betul-betul dirasakan manfaatnya oleh rakyat," begitu tegas Jokowi diiringi gemuruh tepuk tangan, tawa riang, dan siutan.
Dalam debat ini, Kalla juga mengajukan pertanyaan kepada Prabowo-Hatta. "Pada hari Kamis lalu di Bandung, Bapak bicara ada pihak-pihak yang ingin merombak demokrasi ke kleptokrasi, kekuasaan para maling-maling. Kami, Pak Jokowi dan partai pendukung kami, tidak ada yang namanya maling-maling itu, tidak ada maling di bidang energi, tidak ada mafia minyak, tidak ada mafia daging, tidak ada mafia beras, tidak ada mafia gula dan tembakau di dalam diri kami. Pidato Bapak itu ditujukan kepada siapa?" tanya Kalla saat itu.
Sejak debat itu, kata mafia minyak dan mafia bidang lainnya banyak dibicarakan orang di Indonesia. Namun, perbincangan mafia minyak dan gas menurun dan semakin lirih pada saat ini.
Tetapi, pekan lalu, Uchok Sky Khadafi dari Center for Budget Analysis mengatakan, dengan pembubaran Petral (Pertamina Energi Trading Limited), para mafia maling minyak belum reda. "Para pelakunya hanya berganti baju," ujarnya. (J Osdar)
Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 13 Oktober 2015, di halaman 2 dengan judul "Kosakata 'Akan, Akan' Itu Banyak Sekali".
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.