Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Saksi Ahli Sebut Pernyataan Ketua KY soal Hakim Sarpin Bukan Pidana

Kompas.com - 09/10/2015, 01:22 WIB
Fabian Januarius Kuwado

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com -- Penyidik Direktorat Tindak Pidana Umum Bareskrim Mabes Polri memeriksa Direktur Pusat Kajian Antikorupsi (Pukat) Universitas Gajah Mada (UGM) Zainal Arifin Mochtar, Kamis (8/10/2015). Zainal diperiksa sebagai saksi ahli meringankan dengan tersangka dugaan pencemaran nama baik dan fitnah yang dilaporkan Hakim Sarpin Rizaldy, yakni Ketua Komisi Yudisial Suparman Marzuki.

Usai pemeriksaan, Zainal yang pernah ditunjuk sebagai salah satu moderator debat calon presiden dalam perhelatan Pilpres 2014 lalu tersebut mengatakan bahwa pernyataan Suparman soal Sarpin di media massa tidak tepat jika masuk ke ranah pidana.

"Karena dia (Suparman) menyampaikan dalam rangka menjalankan tugas. Tugasnya, salah satunya mengawasi hakim. Salah satunya hakim Sarpin," ujar Zainal di Kompleks Mabes Polri, Rabu sore.

Zainal juga telah meneliti kalimat Suparman di sejumlah media massa yang dilaporkan Sarpin sebagai bentuk pencemaran nama baik serta fitnah. Menurut Zainal, pernyataan Suparman di sejumlah media massa itu sama sekali tidak mencemarkan nama baik hakim di Pengadilan Negeri Jakarta Selatan tersebut.

"Pencemaran nama baiknya di sisi mana saya enggak bisa mellihat. Normal-normal saja itu beritanya," ujar Zainal.

Zainal menyayangkan mengapa peristiwa itu bisa sampai masuk ke ranah pidana. Dia tidak dapat membayangkan jika peristiwa serupa Suparman dan Sarpin itu terjadi di tingkatan eksekutif dan legislatif negara ini. Bisa-bisa, masing-masing lembaga tinggi negara tersebut saling lapor dengan tuduhan pencemaran nama baik dan fitnah.

"Kalau melakukan pengawasan lalu dituduh mencemarkan nama baik kan bahaya. Kan bisa rusak struktur ketatanegaraan kalau cara berpikirnya seperti itu," ujar Zainal.

Pemeriksaan Zainal, diakuinya, tidak lama, yakni hanya sekitar satu jam. Penyidik hanya bertanya soal pandangannya atas perkara tersebut.

Perkara ini diawali dari laporan Sarpin di Bareskrim Mabes Polri, 30 Maret 2015. Sarpin melaporkan dua Komisioner Komisi Yudisial yakni Suparman Marzuki dan Taufiqurrahman Syahuri atas dugaan pencemaran nama baik serta fitnah terhadap dirinya. Sarpin menganggap kedua terlapor telah mencemarkan nama baiknya melalui media massa terkait putusan praperadilan yang diajukan Komisaris Jenderal (Pol) Budi Gunawan terhadap Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK). Dalam sidang itu, Sarpin memutuskan memenangkan Budi Gunawan sehingga status tersangkanya gugur.

Belakangan, penyidik menetapkan kedua terlapor sebagai tersangka. Dalam perjalanan pemeriksaan, kedua tersangka meminta penyidik untuk memeriksa saksi ahli yang meringankan.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Ini Status Perkawinan Prabowo dan Titiek Soeharto

Ini Status Perkawinan Prabowo dan Titiek Soeharto

Nasional
Bersikukuh Rampas Aset Rafael Alun, Jaksa KPK Ajukan Kasasi ke Mahkamah Agung

Bersikukuh Rampas Aset Rafael Alun, Jaksa KPK Ajukan Kasasi ke Mahkamah Agung

Nasional
Pengamat Sebut Kemungkinan Prabowo Gandeng PDI-P Masih Terbuka, Ganjalannya Hanya Jokowi

Pengamat Sebut Kemungkinan Prabowo Gandeng PDI-P Masih Terbuka, Ganjalannya Hanya Jokowi

Nasional
Obituari Tumbu Saraswati, Politikus Senior PDI-P Sekaligus Pendiri TPDI

Obituari Tumbu Saraswati, Politikus Senior PDI-P Sekaligus Pendiri TPDI

Nasional
Wakil Ketua KPK Bantah Serang Balik Dewas dengan Laporkan Albertina Ho

Wakil Ketua KPK Bantah Serang Balik Dewas dengan Laporkan Albertina Ho

Nasional
Nurul Ghufron Gugat Dewas KPK ke PTUN Jakarta

Nurul Ghufron Gugat Dewas KPK ke PTUN Jakarta

Nasional
JK Puji Prabowo Mau Rangkul Banyak Pihak, tapi Ingatkan Harus Ada Oposisi

JK Puji Prabowo Mau Rangkul Banyak Pihak, tapi Ingatkan Harus Ada Oposisi

Nasional
Mantan Anak Buah SYL Mengaku Dipecat Lantaran Tolak Bayar Kartu Kredit Pakai Dana Kementan

Mantan Anak Buah SYL Mengaku Dipecat Lantaran Tolak Bayar Kartu Kredit Pakai Dana Kementan

Nasional
Beri Selamat ke Prabowo-Gibran, JK: Kita Terima Kenyataan yang Ada

Beri Selamat ke Prabowo-Gibran, JK: Kita Terima Kenyataan yang Ada

Nasional
DPR Bakal Kaji Ulang Desain Pemilu Serentak karena Dianggap Tak Efisien

DPR Bakal Kaji Ulang Desain Pemilu Serentak karena Dianggap Tak Efisien

Nasional
Komisi II Sebut 'Presidential Threshold' Jadi Target Rencana Revisi UU Pemilu

Komisi II Sebut "Presidential Threshold" Jadi Target Rencana Revisi UU Pemilu

Nasional
Nyanyi 'Pertemuan' di Depan Titiek Soeharto, Prabowo: Sudah Presiden Terpilih, Harus Tepuk Tangan walau Suara Jelek

Nyanyi "Pertemuan" di Depan Titiek Soeharto, Prabowo: Sudah Presiden Terpilih, Harus Tepuk Tangan walau Suara Jelek

Nasional
Fraksi Golkar Bakal Dalami Usulan Hakim MK soal RUU Pemilu dan Pembentukan UU Lembaga Kepresidenan

Fraksi Golkar Bakal Dalami Usulan Hakim MK soal RUU Pemilu dan Pembentukan UU Lembaga Kepresidenan

Nasional
Politikus Senior PDI-P Tumbu Saraswati Meninggal Dunia, Penghormatan Terakhir di Sekolah Partai

Politikus Senior PDI-P Tumbu Saraswati Meninggal Dunia, Penghormatan Terakhir di Sekolah Partai

Nasional
Bubar Jalan dan Merapat ke Prabowo, Koalisi Perubahan Dinilai Hanya Jual Gimik Narasi Kritis

Bubar Jalan dan Merapat ke Prabowo, Koalisi Perubahan Dinilai Hanya Jual Gimik Narasi Kritis

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com