Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kapolri Perintahkan Propam Selidiki Kemungkinan Kelalaian dalam Kasus Salim Kancil

Kompas.com - 02/10/2015, 15:24 WIB
Abba Gabrillin

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com — Kepala Polri Jenderal Badrodin Haiti memastikan bahwa pihaknya akan menindak tegas anggota Polri yang terlibat atau bersalah dalam kasus pembunuhan petani dan aktivis lingkungan hidup, Salim Kancil, di Desa Selok Awar-Awar, Lumajang, Jawa Timur. Badrodin telah meminta Divisi Profesi dan Pengamanan (Propam) Polri untuk menyelidiki, apakah ada keterlibatan atau kelalaian anggota Polri dalam kasus pembunuhan itu.

Penyelidikan kasus ini juga melibatkan Inspektorat Pengawasan Umum (Irwasum) Polri.

"Apakah ada pembiaran, atau penanganan yang lambat, ini akan dijawab dalam hasil pemeriksaan Propam dan Irwasum. Kalau ada yang terlibat, akan ditindak sesuai pelanggaran hukumnya, baik disiplin, pelanggaran kode etik, atau pidana," ujar Badrodin saat ditemui di Mabes Polri, Jumat (2/10/2015).

Hasil pemeriksaan Propam membutuhkan waktu selama sepekan. (Baca: Jika Terbukti Ada Pembiaran dalam Kasus Salim Kancil, Polisi Harus Tanggung Jawab)

Selain itu, menurut dia, jumlah tersangka tidak menutup kemungkinan akan bertambah seiring penyidikan. Penyidik sedang memeriksa rekaman komunikasi melalui pesan singkat di ponsel milik tiap-tiap tersangka.

"Sejauh ini, yang sudah pasti (tersangka) baru sampai kepala desa. Namun, sedang kami kembangkan, apakah di balik kepala desa ada yang membiayai, ada yang mensponsori," kata Badrodin. (Baca: Polisi Tetapkan Kepala Desa sebagai Dalang Pembunuhan Salim Kancil)

Sebelumnya, Kapolres Lumajang Ajun Komisaris Besar Fadly Munzir mengatakan bahwa pada Sabtu (26/9/2015) pukul 06.00 WIB, warga penolak tambang pasir di pesisir Pantai Watu Kecak berencana menggelar demonstrasi di desa setempat. Unjuk rasa itu rencananya digelar pada pukul 09.00 WIB di balai desa setempat.

Namun, sebelum unjuk rasa terlaksana, beberapa warga lebih dulu mendatangi rumah Salim (52) di Dusun Krajan II. Mereka menculik dan membawanya ke Balai Desa Selok Awar-Awar. Di tempat itu, Salim dianiaya secara brutal hingga tewas. Jasadnya dibuang ke jalan dekat makam desa setempat. Ia ditemukan warga lain tergeletak dalam posisi tengkurap di tengah jalan yang diapit areal tebu. Saat ditemukan, tangannya masih terikat.

Beberapa orang lain juga menganiaya Tosan (51), warga Dusun Persil. Tosan berhasil kabur dalam kondisi terluka parah. Saat ini, Tosan dikabarkan dirawat di rumah sakit di Malang.

Polisi sudah menetapkan Kepala Desa Selok Awar-Awar Hariyono sebagai tersangka atas pembunuhan berencana terhadap Salim Kancil. Hariyono disebut sebagai auktor intelektualis atas rencana pembunuhan terhadap Salim Kancil dan Tosan.

Hariyono juga ditetapkan sebagai tersangka kasus penambangan ilegal di daerahnya. Selain Hariyono, polisi juga mengamankan 21 tersangka warga yang terlibat. Dua di antaranya masih di bawah umur dan dikenakan wajib lapor. Semua tersangka saat ini sudah diamankan di Mapolda Jatim untuk memudahkan penyidikan.

Kompas TV Kasus Salim Kancil Diambil Alih Polda Jawa Timur
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

GASPOL! Hari Ini: Hasto Kristiyanto dan Hadirnya Negara Kekuasaan

GASPOL! Hari Ini: Hasto Kristiyanto dan Hadirnya Negara Kekuasaan

Nasional
Kumpulkan 777 Komandan Satuan, KSAD: Jangan Hanya 'Copy Paste', Harus Bisa Berinovasi

Kumpulkan 777 Komandan Satuan, KSAD: Jangan Hanya "Copy Paste", Harus Bisa Berinovasi

Nasional
Bertemu Pratikno, Ketua Komisi II DPR Sempat Bahas Penyempurnaan Sistem Politik

Bertemu Pratikno, Ketua Komisi II DPR Sempat Bahas Penyempurnaan Sistem Politik

Nasional
Waketum Nasdem Mengaku Dapat Respons Positif Prabowo soal Rencana Maju Pilkada Sulteng

Waketum Nasdem Mengaku Dapat Respons Positif Prabowo soal Rencana Maju Pilkada Sulteng

Nasional
Bertemu Komandan Jenderal Angkatan Darat AS, Panglima TNI Ingin Hindari Ketegangan Kawasan

Bertemu Komandan Jenderal Angkatan Darat AS, Panglima TNI Ingin Hindari Ketegangan Kawasan

Nasional
5.791 Personel Polri Dikerahkan Amankan World Water Forum Ke-10 di Bali

5.791 Personel Polri Dikerahkan Amankan World Water Forum Ke-10 di Bali

Nasional
Golkar Buka Suara soal Atalia Praratya Mundur dari Bursa Calon Walkot Bandung

Golkar Buka Suara soal Atalia Praratya Mundur dari Bursa Calon Walkot Bandung

Nasional
Komisi II DPR Ungkap Kemungkinan Kaji Pembentukan UU Lembaga Kepresidenan

Komisi II DPR Ungkap Kemungkinan Kaji Pembentukan UU Lembaga Kepresidenan

Nasional
PKB-Nasdem Merapat, Koalisi Prabowo Diprediksi Makin 'Gemoy'

PKB-Nasdem Merapat, Koalisi Prabowo Diprediksi Makin "Gemoy"

Nasional
Golkar Sedang Jajaki Nama Baru untuk Gantikan Ridwan Kamil di Pilkada DKI Jakarta

Golkar Sedang Jajaki Nama Baru untuk Gantikan Ridwan Kamil di Pilkada DKI Jakarta

Nasional
DPR Segera Panggil KPU untuk Evaluasi Pemilu, Termasuk Bahas Kasus Dugaan Asusila Hasyim Asy'ari

DPR Segera Panggil KPU untuk Evaluasi Pemilu, Termasuk Bahas Kasus Dugaan Asusila Hasyim Asy'ari

Nasional
Sinyal 'CLBK' PKB dengan Gerindra Kian Menguat Usai Nasdem Dukung Prabowo-Gibran

Sinyal "CLBK" PKB dengan Gerindra Kian Menguat Usai Nasdem Dukung Prabowo-Gibran

Nasional
Jadi Presiden Terpilih, Prabowo Tidak Mundur dari Menteri Pertahanan

Jadi Presiden Terpilih, Prabowo Tidak Mundur dari Menteri Pertahanan

Nasional
Polri: Hingga April 2024, 1.158 Tersangka Judi Online Berhasil Ditangkap

Polri: Hingga April 2024, 1.158 Tersangka Judi Online Berhasil Ditangkap

Nasional
Ganjar Bilang PDI-P Bakal Oposisi, Gerindra Tetap Ajak Semua Kekuatan

Ganjar Bilang PDI-P Bakal Oposisi, Gerindra Tetap Ajak Semua Kekuatan

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com