"Saya kira reshuffle ini baru gelombang pertama. Karena kita semua tahu ekspektasi publik, masih beberapa figur tidak tepat," ujar Hendrawan dalam diskusi di Jakarta, Sabtu (15/8/2015).
Hendrawan mengatakan, Presiden Joko Widodo "mencicil" perombakan kabinet untuk menjaga stabilitas politik. Jika reshuffle dilakukan sekaligus dalam satu waktu, kata dia, kemungkinan akan muncul kegaduhan.
"Jokowi maksudnya begitu melakukan perubahan, tetapi jangan sampai ada kegaduhan politik. Ini kan smooth," kata Hendrawan.
Dia menilai, sejumlah menteri yang diganti oleh Presiden Jokowi sudah tepat untuk kondisi Indonesia saat ini.
"Darmin, misalnya, jam terbangnya lebih tinggi. Menteri-menteri ini punya pengalaman, jam terbang, dan track record yang baik," kata dia.
Pada Rabu (12/8/2015), Jokowi mengganti lima menteri dan sekretaris kabinet dalam Kabinet Kerja. Mereka adalah Luhut Binsar Pandjaitan yang menjabat Menko Polhukam untuk menggantikan Tedjo Edhy Purdijatno, sedangkan Menko Perekonomian Sofyan Djalil digeser menjadi Menteri PPN/Kepala Bappenas, menggantikan Andrinof Chaniago.
Jabatan Menko Perekonomian diisi oleh mantan Gubernur Bank Indonesia Darmin Nasution. Sementara itu, Rizal Ramli menduduki posisi Menko Kemaritiman, menggantikan Indroyono Soesilo.
Menteri Perdagangan yang sebelumnya dijabat Rachmat Gobel "diestafetkan" kepada mantan pejabat BPPN, Thomas Lembong. Adapun politisi PDI Perjuangan Pramono Anung dilantik sebagai Sekretaris Kabinet untuk menggantikan Andi Widjajanto.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.