Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Saat Yenti Singgung Laporan Harta Kekayaan di Samping Budi Waseso...

Kompas.com - 31/07/2015, 16:53 WIB
Fabian Januarius Kuwado

Penulis


JAKARTA, KOMPAS.com
- Anggota panitia seleksi calon pimpinan KPK Yenti Ginarsih 'tidak enak hati' saat membahas soal Laporan Harta Kekayaan Penyelenggara Negara (LHKPN) bagi calon pimpinan KPK dalam jumpa pers di Mabes Polri, Jakarta, Jumat (31/7/2015). Pasalnya, saat itu hadir pula Kepala Bareskrim Polri Komjen Budi Waseso.

Jumpa pers di ruang rapat Bareskrim itu digelar oleh Yenti, anggota Pansel KPK lainnya Destry Damayanti, Budi Waseso dan Kepala Divisi Humas Polri Irjen Anton Charliyan.

Awalnya, Yenti menjelaskan bahwa pihaknya akan meminta calon pimpinan KPK yang lolos seleksi untuk mengisi LHKPN. Namun, Yenti ingat Budi Waseso yang belum juga menyerahkan LHKPN kepada Komisi Pemberantasan Korupsi setelah menjabat sebagai pemimpin Bareskrim Polri.

"Jika yang bersangkutan terseleksi atau diangkat . . . hee.. hee.. he.. jangan tersinggung, ya Pak. Jadi enggak enak dengan Kabareskrim soal LHKPN . . .," ujar Yenti kepada Budi yang duduk di sebelahnya.

Yenti sempat meneruskan kalimatnya. Namun, ia kembali ingin memastikan Budi tidak marah atas pernyataannya.

"Jadi, LHKPN itu tidak ada masalah jika . . . He..he..he.. enggak apa-apa kan, Pak?" tanya Yenti.

Mendengar pertanyaan Yenti, Budi Waseso tersenyum sembari menganggukan kepalanya.

"Enggak apa-apa," ujar Budi.

"Takutnya saya enggak bisa keluar dari sini," seloroh Yenti disambut tawa orang-orang yang ada di ruangan.

"Enggak apa-apa, jujur itu," timpal Budi.

Setelah itu, Yenti melanjutkan penjelasannya soal penyerahan LHKPN bagi para calon pimpinan KPK.

"Ketika diangkat atau dinyatakan terseleksi, dia harus bersedia mengisi LHKPN. Tapi kan kita tahu sendiri bahwa mau mengisi atau tidak itu tidak ada sanksinya. Lalu gimana? Yang pasti soal integritas akan tetap jadi pertimbangan pansel," ujar pakar ilmu pencucian uang itu.

Sejak menjabat Kabareskrim pada 19 Januari 2015, Budi belum memenuhi kewajibannya mengisi LHKPN. Ia mengaku sulit mengisi laporan tersebut.

Menurut dia, pengisian LHKPN perlu dilakukan secara hati-hati agar rincian laporan kekayaan dapat terhitung dengan baik. (baca: Budi Waseso Mengaku Sulit Mengisi Laporan Harta Kekayaan)

"Tidak mudah, begitu sulitnya mengisi itu. Semua itu harus jujur, kalau tidak, itu namanya pembohongan publik," ujar Budi saat ditemui seusai mengikuti upacara HUT ke-69 Bhayangkara di Mako Brimob Kelapa Dua Depok, Jawa Barat, Rabu (1/7/2015).

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Menhan AS Telepon Prabowo Usai Penetapan KPU, Sampaikan Pesan Biden dan Apresiasi Bantuan Udara di Gaza

Menhan AS Telepon Prabowo Usai Penetapan KPU, Sampaikan Pesan Biden dan Apresiasi Bantuan Udara di Gaza

Nasional
Terima Nasdem, Prabowo: Surya Paloh Termasuk yang Paling Pertama Beri Selamat

Terima Nasdem, Prabowo: Surya Paloh Termasuk yang Paling Pertama Beri Selamat

Nasional
Partai Pendukung Prabowo-Gibran Syukuran Mei 2024, Nasdem dan PKB Diundang

Partai Pendukung Prabowo-Gibran Syukuran Mei 2024, Nasdem dan PKB Diundang

Nasional
MKMK: Hakim MK Guntur Hamzah Tak Terbukti Langgar Etik

MKMK: Hakim MK Guntur Hamzah Tak Terbukti Langgar Etik

Nasional
Ratusan Bidan Pendidik Tuntut Kejelasan, Lulus Tes PPPK tapi Dibatalkan

Ratusan Bidan Pendidik Tuntut Kejelasan, Lulus Tes PPPK tapi Dibatalkan

Nasional
Surya Paloh Ungkap Alasan Nasdem Tak Jadi Oposisi Pemerintahan Prabowo

Surya Paloh Ungkap Alasan Nasdem Tak Jadi Oposisi Pemerintahan Prabowo

Nasional
Golkar: Belum Ada Pernyataan Resmi Pak Jokowi Keluar dari PDI-P, Kami Enggak Mau 'Ge-er'

Golkar: Belum Ada Pernyataan Resmi Pak Jokowi Keluar dari PDI-P, Kami Enggak Mau "Ge-er"

Nasional
Politeknik KP Sidoarjo Buka Pendaftaran, Kuota Masyarakat Umum 80 Persen

Politeknik KP Sidoarjo Buka Pendaftaran, Kuota Masyarakat Umum 80 Persen

Nasional
Surya Paloh: Nasdem Dukung Pemerintahan Prabowo-Gibran

Surya Paloh: Nasdem Dukung Pemerintahan Prabowo-Gibran

Nasional
Kenaikan Pangkat TNI: 8 Perwira Pecah Bintang, Kabais Resmi Berpangkat Letjen

Kenaikan Pangkat TNI: 8 Perwira Pecah Bintang, Kabais Resmi Berpangkat Letjen

Nasional
JK Nilai Konflik Papua terjadi karena Pemerintah Dianggap Ingin 'Merampok'

JK Nilai Konflik Papua terjadi karena Pemerintah Dianggap Ingin "Merampok"

Nasional
Biasa Koordinasi dengan PPATK, Dewas Nilai Laporan Wakil Ketua KPK Aneh

Biasa Koordinasi dengan PPATK, Dewas Nilai Laporan Wakil Ketua KPK Aneh

Nasional
Kementerian KP Luncurkan Pilot Project Budi Daya Udang Tradisional Plus di Sulsel

Kementerian KP Luncurkan Pilot Project Budi Daya Udang Tradisional Plus di Sulsel

Nasional
Soal PDI-P Tak Hadiri Penetapan Prabowo-Gibran, Djarot Bilang Tidak Tahu

Soal PDI-P Tak Hadiri Penetapan Prabowo-Gibran, Djarot Bilang Tidak Tahu

Nasional
Rencana Revisi, DPR Ingin Sirekap dan Digitalisasi Pemilu Diatur UU

Rencana Revisi, DPR Ingin Sirekap dan Digitalisasi Pemilu Diatur UU

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com