Gatot mengatakan, awalnya Fuad selaku Kepala Biro Keuangan dipanggil oleh pihak Kejati Sumut dan Kejaksaan Agung. Kemudian, Fuad melaporkan hal tersebut kepada Gatot. "Ia akan penuhi panggilan itu untuk didampingi pengacara," kata dia.
Setelah itu, Gatot menyarankan Fuad untuk didampingi Kaligis untuk mendampinginya hingga mendaftarkan gugatan ke PTUN Medan. "Ketika staf saya dipanggil Kejati dan Kejagung, dipenuhi panggilan itu dan didampingi pengacara, dalam hal ini OC Kaligis," kata Gatot.
Gatot mengatakan, setelah gugatan diajukan ke PTUN, ia tidak lagi tahu kelanjutannya. Sementara itu, dalam kesempatan yang sama, Evi mengaku tidak melakukan komunikasi intensif dengan M Yagari Bhastara alias Gerry, anak buah Kaligis yang juga membela Fuad dalam sidang gugatan di PTUN.
"Tidak benar saya ada komunikasi dengan Gerry. Saya hanya remind (mengingatkan) Gerry sementara Pak OC ingin berlanjut," kata Evi.
Dalam kasus ini, KPK telah mencegah Gatot dan Evi bepergian keluar negeri. Kasus ini bermula dari perkara korupsi dana bantuan sosial yang mengaitkan sejumlah pejabat di Pemerintah Provinsi Sumatera Utara. Kasus korupsi yang kini ditangani Kejaksaan Agung itu digugat oleh Pemprov Sumatera Utara.
Sebelum dilimpahkan ke Kejaksaan Agung, kasus ini mengendap di Kejaksaan Tinggi. Dalam proses gugatan ke PTUN Medan itu, PK kemudian membongkar dugaan praktik penyuapan yang dilakukan oleh Gerry kepada tiga hakim dan satu panitera. Ketiga hakim PTUN Medan itu adalah Tripeni Irianto Putro, Amir Fauzi, dan Dermawan Ginting. Adapun satu panitera tersebut bernama Syamsir Yusfan.
KPK menduga, Kaligis terlibat dalam penyuapan ini. Gerry beserta tiga hakim dan panitera tersebut serta Kaligis kini telah ditahan.