"Pemilik antena belum ketemu, kabur," ujar Agus saat ditemui seusai mengikuti acara buka puasa bersama TNI dengan Presiden dan Wakil Presiden di Mabes TNI, Cilangkap, Jakarta Timur, Selasa (7/7/2015).
Agus mengungkapkan, dari hasil investigasi sementara, diketahui bahwa Hercules yang lepas landas dari Lanud Soewondo pada Selasa (30/6/2015) pukul 11.45 WIB itu mengalami kerusakan pada mesin nomor empat. Hal tersebut menyebabkan pilot Hercules memilih untuk menambah kecepatan dan berputar kembali ke arah landasan.
Saat ingin menambah kecepatan, kata Agus, Hercules terhalang antena yang tingginya melebihi 150 kaki. Akibatnya, pilot mengarahkan pesawat ke arah kanan dan menabrak kubah sebelum akhirnya jatuh.
Agus membantah masalah kelebihan beban menjadi penyebab jatuhnya pesawat. Menurut dia, aturan penerbangan sudah mengatur mengenai berat maksimal muatan dalam pesawat.
"Tidak ada, mana ada penerbangan boleh overload. Ngarang itu, tidak ada," kata Agus.
Sebelumnya, saat ditemui pada Kamis (2/7/2015) di Lanud Halim Perdanakusuma, Jakarta, Kepala Dinas Penerangan TNI AU Marsma Dwi Badarmanto mengatakan bahwa meski ada masalah mesin, pesawat jenis angkut militer itu sebenarnya bisa saja selamat jika tidak menabrak antena.
Dwi meyakini, jika hal itu terjadi di bandara seperti Halim yang tak memiliki hambatan di luar lapangan udara dengan antena tinggi, pesawat bisa kembali selamat. Namun, menurut dia, di lingkungan Lanud Soewondo, Medan, terdapat antena-antena tinggi.
Padahal, dalam aturan penerbangan, sebut Dwi, tidak boleh ada obstacle atau gangguan pada navigasi penerbangan.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.