Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mereka Terus Berani Bersama "Herky"

Kompas.com - 03/07/2015, 16:13 WIB


JAKARTA, KOMPAS
- Kecelakaan pesawat angkut militer Hercules C-130 dengan registrasi A-1310 milik Skuadron 32 TNI Angkatan Udara di Medan, Sumatera Utara, Selasa (30/6), menjadi duka Indonesia. Dalam keterbatasan anggaran, para prajurit TNI tetap teguh mengabdikan jiwa dan raganya demi menjaga kedaulatan dan keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia dengan terus berani menerbangkan Hercules, yang kerap disebut "Herky".

Musibah yang merenggut 12 prajurit TNI AU itu tidak memadamkan keberanian penerbang militer lain untuk menerbangkan pesawat yang tergolong sudah uzur tersebut. Mereka selalu mempersiapkan diri sebaik mungkin demi mengantisipasi berbagai kemungkinan gangguan penerbangan.

"Tua dan muda itu relatif karena ada juga pesawat yang baru berusia setahun jatuh. Karena itu (ukuran) yang dipakai laik atau tidak laik terbang," kata Letnan Kolonel (Pnb) Fata Patria dalam perbincangan dengan Kompas di Lanud Halim Perdanakusuma, Jakarta, Kamis (2/7).

Fata sudah menjadi penerbang Hercules begitu tamat Akademi Angkatan Udara pada 1998. Sejak tahun 2000, ia bergabung di Skuadron 31, Pangkalan Udara TNI AU Halim Perdanakusuma.

Seorang rekannya semasa pendidikan turut menjadi korban dalam kecelakaan yang menimpa pesawat Hercules C-130 di Magetan, Jawa Timur, pada 2009. Ketika bencana tsunami meluluhlantakkan Aceh pada 26 Desember 2004, Fata merupakan pilot yang pertama kali mendaratkan pesawat berbadan besar itu di Aceh. Pengalaman tersebut sungguh melekat dalam benaknya. Fata kerap terharu saat mengenang betapa hancurnya Aceh akibat tsunami ketika itu. Ia merasa senang bisa membantu korban tsunami, tetapi ia juga sedih menyadari keterbatasannya dalam mengevakuasi korban.

Boleh jadi karena itu pula, walaupun kecelakaan pesawat Hercules telah terjadi beberapa kali di Indonesia, ia tidak gentar untuk kembali menerbangkannya. "Sebagai pilot, mental kami ketika masuk pesawat sudah siap mengantisipasi kondisi darurat," tutur lulusan program pascasarjana Australian National University itu.

Tidak bercerita

Insiden selama penerbangan juga bukan tak pernah dihadapi Fata, tetapi ia tak pernah menceritakannya kepada keluarganya. Ia tidak mau membuat mereka khawatir.

Kolonel (Pnb) Purwoko Aji Prabowo juga pernah mengalami insiden saat menerbangkan Hercules. Ketika ia masih berpangkat kapten, pesawat yang diterbangkannya mengalami gangguan mesin. Ia tengah menerbangkan pesawat Hercules dari Jakarta menuju Madiun saat salah satu dari empat mesin pesawat itu tak berfungsi. Beruntung, ketika itu pesawat sudah tidak jauh dari Lanud Iswahjudi, Madiun. Ia menyiapkan pendaratan dengan tiga mesin. Pesawat pun mendarat dengan baik.

"Rata-rata penerbang Hercules pernah mengalami satu mesin mati, tetapi kami bisa mengantisipasi dengan latihan menggunakan simulator," tuturnya.

Saat ditanya mengenai tanggapan keluarga soal insiden itu, Purwoko mengaku tak pernah menceritakan hal tersebut kepada istri dan anaknya. "Menurut saya itu tugas tentara. Jadi, ketika pulang ke rumah, ya, bersikap biasa saja," ujar Purwoko.

Purwoko menilai penerbang harus memiliki kepercayaan diri, tetapi juga tak boleh angkuh. Dengan demikian, penerbang bisa lebih cermat dan berhati-hati saat mempersiapkan diri dan pesawat sebelum terbang. Dari sisi sumber daya manusia, dia menilai penerbang Hercules rata-rata memiliki pengalaman memadai. Mereka harus menjalani tahapan pelatihan berjenjang yang membutuhkan jam terbang cukup tinggi, dimulai dari menjadi kopilot hingga menjadi pilot tamu penting (VVIP) penumpang pesawat Hercules.

Belajar dari kecelakaan Hercules C-130 A-1310, Purwoko dan Fata hanya berharap pemerintah tetap menaruh perhatian pada penyediaan pesawat baru dan pemeliharaan pesawat yang baik. Menurut mereka, kedua hal tersebut akan sangat membantu para penerbang-penerbang muda dalam bertugas.

Kepala Dinas Penerangan TNI Angkatan Udara Marsekal Pertama Dwi Badarmanto, secara terpisah, mengatakan, dari hasil evaluasi pada beberapa kecelakaan pesawat milik TNI AU, faktor utama penyebab kecelakaan terletak pada peralatan, bukan pada persoalan sumber daya manusia. Dia menilai TNI AU memiliki banyak pilot yang berkualitas.

Dia mengakui, ketersediaan anggaran untuk alat utama sistem persenjataan (alutsista) TNI AU masih jauh dari kebutuhan minimum. Selain anggaran alutsista, Dwi juga berharap agar kesejahteraan dan pendidikan personel TNI AU diperhatikan. Dengan demikian, peristiwa semacam ini bisa dihindari dan Indonesia tak lagi kehilangan penerbang terbaik. (Antony Lee)

* Artikel ini terbit di harian Kompas edisi 3 Juli 2015 dengan judul "Mereka Terus Berani Bersama 'Herky'".

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Tanggal 22 April 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 22 April 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
TNI Tembak 2 Anggota OPM yang Serang Pos Prajurit di Paro Nduga, tapi Berhasil Melarikan Diri

TNI Tembak 2 Anggota OPM yang Serang Pos Prajurit di Paro Nduga, tapi Berhasil Melarikan Diri

Nasional
Sebut Jaksa TI Tak Punya Mercy, KPK: Foto di Rumah Tetangga

Sebut Jaksa TI Tak Punya Mercy, KPK: Foto di Rumah Tetangga

Nasional
Kasus Korupsi Timah, Kejagung Dalami Kepemilikan Jet Pribadi Harvey Moeis

Kasus Korupsi Timah, Kejagung Dalami Kepemilikan Jet Pribadi Harvey Moeis

Nasional
Prabowo Minta Pendukung Tak Gelar Aksi saat MK Bacakan Putusan Sengketa Pilpres 2024

Prabowo Minta Pendukung Tak Gelar Aksi saat MK Bacakan Putusan Sengketa Pilpres 2024

Nasional
Demokrat Sampaikan Kriteria Kadernya yang Bakal Masuk Kabinet Mendatang

Demokrat Sampaikan Kriteria Kadernya yang Bakal Masuk Kabinet Mendatang

Nasional
Antam Fokus Eksplorasi 3 Komoditas, Pengeluaran Preliminary Unaudited  Capai Rp 17,43 Miliar

Antam Fokus Eksplorasi 3 Komoditas, Pengeluaran Preliminary Unaudited Capai Rp 17,43 Miliar

Nasional
KPK Akan Panggil Kembali Gus Muhdlor sebagai Tersangka Pekan Depan

KPK Akan Panggil Kembali Gus Muhdlor sebagai Tersangka Pekan Depan

Nasional
Gibran Dikabarkan Ada di Jakarta Hari Ini, TKN: Agenda Pribadi

Gibran Dikabarkan Ada di Jakarta Hari Ini, TKN: Agenda Pribadi

Nasional
Unjuk Rasa di Patung Kuda Diwarnai Lempar Batu, TKN Minta Pendukung Patuhi Imbauan Prabowo

Unjuk Rasa di Patung Kuda Diwarnai Lempar Batu, TKN Minta Pendukung Patuhi Imbauan Prabowo

Nasional
Pemerintahan Baru Indonesia dan Harapan Perdamaian Rusia-Ukraina

Pemerintahan Baru Indonesia dan Harapan Perdamaian Rusia-Ukraina

Nasional
Prabowo Terima Kunjungan Eks PM Inggris Tony Blair di Kemenhan, Ini yang Dibahas

Prabowo Terima Kunjungan Eks PM Inggris Tony Blair di Kemenhan, Ini yang Dibahas

Nasional
KPK Sebut Surat Sakit Gus Muhdlor Ganjil: Agak Lain Suratnya, Sembuhnya Kapan Kita Enggak Tahu

KPK Sebut Surat Sakit Gus Muhdlor Ganjil: Agak Lain Suratnya, Sembuhnya Kapan Kita Enggak Tahu

Nasional
Panglima AL Malaysia Datang ke Indonesia, Akan Ikut Memperingati 3 Tahun KRI Nanggala

Panglima AL Malaysia Datang ke Indonesia, Akan Ikut Memperingati 3 Tahun KRI Nanggala

Nasional
Beralasan Sakit, Gus Muhdlor Tak Penuhi Panggilan KPK

Beralasan Sakit, Gus Muhdlor Tak Penuhi Panggilan KPK

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com