JAKARTA, KOMPAS.com - Gerakan Pemuda Ansor (GP Ansor) mengusulkan nama-nama kiai sepuh untuk memilih Rais 'Aam Syuriyah PBNU lewat cara ahlul halli wal aqdi (ahwa) atau musyawarah mufakat saat Muktamar NU mendatang.
"Beliau-beliau merupakan kyai-kyai sepuh yang tidak lagi diragukan komitmen dan garis lurusnya dalam merawat umat NU selama ini," ujar Nusron Wahid, Ketua Umum GP Ansor dalam rilis pers, Kamis (18/6/2015).
Sesuai hasil Munas Alim Ulama NU, mekanisme pemilihan Rais 'Aam pada Muktamar ke-33 nanti akan dilakukan lewat metode ahwa tersebut. Ada 9 kiai senior yang akan dipilih untuk bermusyawarah.
Nusron mengatakan, metode tersebut sudah diputuskan dalam Munas Alim Ulama yang merupakan forum tertinggi setelah muktamar, serta dihadiri oleh 27 dari 34 pengurus wilayah NU ditambah anggota pleno PBNU yang terdiri dari pengurus harian Syuriyah, Tanfidziyah, A’wan, dan Mustasyar, serta Ketua Lembaga, Lajnah, dan Badan Otonom.
Ia menegaskan, pihaknya siap mengamankan keputusan Munas Alim Ulama NU. Karena itu, tidak ada alasan bagi siapapun yang mengatasnamakan NU untuk menolaknya. Sikap tersebut merespons adanya pihak yang dinilainya berupaya mementahkan apa yang telah diputuskan Munas Alim Ulama NU.
"Toh dengan metode Ahwa tidak ada yang dilanggar. Dalam AD/ART memang diputuskan bahwa pemilihan Rais 'Aam itu dengan musyawarah mufakat dan atau pemilihan. Kalau kyai-kyai sudah memutuskan untuk jalan mufakat melalui mekanisme Ahwa ya harus kita amankan," ujarnya.
Nusron mengingatkan kembali bahwa pemimpin tertinggi di NU itu memang adalah syuriyah. Sementara tanfidziyah adalah pelaksana organisasi. Untuk itu, dia mempertanyakan jika justru posisi syuriyah dipertanyakan tanfidziyah.
Terkait dengan para kiai yang layak sebagai ahwa, berikut nama-nama yang diusulkan GP Ansor:
1. KH Muchit Muzadi (Kakak KH Hasyim Muzadi) dari Jember
2. KH Tolhah Hasan dari Malang
3. KH Nawawi Abdul Djalil dari Pasuruan
4. KH. Anwar Mansur, Lirboyo Kediri
5. KH. Nurul Huda Djazuli, Ploso Kediri
6. KH. Maemun Zubair, Sarang, Rembang
7. KH. Sya'roni Ahmadi, Kudus
8. KH Dimyati Rois, Kendal
9. Habib Lutfi bin Yahya, Pekalongan
10. KH. Sanusi Baco, Makasar
11. KH. Ma'ruf Amin, Jakarta
12. Muhtadi Dimyati, Banten
13. KH. Ahmad Shodiq, Lampung Timur
14. KH Mahtum Hanan, Babakan Ciwaringin Cirebon
15. KH. Nuh Addawwami, Garut
16. Tuan Guru Turmudzi Badrudin, Lombok
17. KH Kholilurrahman, Martapura
18. KH. Mudarris, Sumsel
19. KH Mahmudin Pasaribu, Musthofawiyah Sumut
20. KH Bagindo Letter, Sumbar.